FILSAFAT MODERN

Tuesday, December 1, 2009

BAB I
PENDAHULUAN

Corak utama filsafat Modern yang di anutnya kembali fasionalisme seperti pada masa Yunani Kuno. Gagasan ini disertai oleh Argumen yang kuat, di ajukan oleh Descartes
Gerakan pemikiran Descartes di sebut Renaissnce, dialah orang pertama di akhir abad pertengahan itu yang menyusun Argumentasi kuat, yang di stinat, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan lainya.
Descartes ingin filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen dan di kembalikan kepada semangat filsafat Yunani yaitu filsafat yang berbasis akal.
















BAB II
PEMBAHASAN

A. AVEORISME
Dampak langsung dari gagasan lebih Rushd bisa di telusuri pada mazhab pemikiran yang terkenal dengan sebutan Aveorisme. Istilah ini terkenal setelah Ibn Rushd meninggal dunia.
Aveorisme tidak hanya terikat dengan” intelektual Liberal” dalam sejarah filsafat barat aveorisme juga di kaitkan dengan pemikiran filsafat keagamaan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Aveorisme Yahudi Aveorisme Kristen Aveorisme yahudi berkembang pesat di Andalusia para pengikutmya umumnya memandang Ibn Rushd sejajar dengan filsuf besar mereka: Musa ben Maymun atau Maimonides (wafat 1204) dan Abdurahman ben Ezra (wafat 1167) yang kebetulan keduanya hidup di Andalusia. Tokoh-tokoh penting Aveorisme Yahudi adalah Isaac Al-balag (akhir abad ke-13) yang menerjemahkan Maqasid al-falsafih, karya Imam Al-Ghazali, kedalam bahasa ibrani: Joseph Ibn Casp (lahir 1279) Moses Narboni (wafat 1362), dan Elijah Delmedi (wafat 1493) pengikut Aveorisme yahudi terakhir.
Aveorisme Kristen sebutannya merupakan istilah yang agak paradox karena dunia gereja, khususnya pada abad ke-13 dan ke-14.
Aveorisme yahudi dan Kristen menganggap Ibn Rushd telah berjasa menyelesaikan persoalan pelik yang sama berabad-abad enjadi momok bagi agamawan, yakni bagaimana mendamaikan wahyu dengan akal, filsafat dengan agama, para Nabi dengan Aristetoles. Dalam karyanya yang sudah di terjemahkan ke berbagai bahasa penting Erop. Ibn Rushd menjawab semua persoalan dengan lugas.


B. RENAISSANCE
Renaissance berasal dari bahasa prancis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukan berbagai priode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di eropa.
Orang pertama yang menggunakan istilah ini adalah Jules Michelet, sejarawan Prancis terkenal. Menurutnya, Renaissance adalah priode penemuan manusia dari dunia yang bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan penemian kebangkitan modern.
Ciri utama Renaissance ialah humanism, individualism, lepas dari Agama, Empirisme, dan Renaissance. Hasil yang diperoleh dari watak ini adalah pengetahuan Rasional berkembang. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance, melainkan pada zaman modern.
Zaman modern filsafat di dahului oleh zaman Renaissance. Sebenarnya, secara esensial zaman Renaissance, dalam filsafat tidak berbeda dengan zaman modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah RenaDescartes. Ciri-cirinya yaitu menghidupkan kembali Rasionalisme Yunani (Renaissance).
Descartes diangggap sebagai bapak filsafat modern. Karena dialah orang pertama di akhir abad pertengahan itu yang menyusun Argumentasi yang kuat, yang menyimpulkan bahwa filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, dan bukan lainnya, ia ingin filsafat di lepaskan dari dominasi agama Kristen dan di kembalikan kepada semangat filsafat Yunani kuno, yaitu filsafat yang berbasis pada Akal.

C. HUMANISME
Pada Renaissance muncul aliran kebenaran yang berpusat pada manusia yang kemudian dikenal dengan Humanisme. Aliran ii lahir disebabkan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasannya. Mungkin terjadi dalam aliran ini bahwa manusia selalu menjadi hal yang tinggi, lain hal tak ada. Maka humanisme ini menjadi humanisme ateistis. Tetapi tidak setiap humanisme merupakan humanisme ateistis.
Adapun manausia, pusatt pandangan dan pengetahuan ini, bukanlah manusia pada umumnya, seperti zaman yanag mendahulukannya, melainkan sesuai dengan sifat modern.

D. RENEDESCARTES
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal tahun 1650. ia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar filsafat haruslah akal (rasio). Tokoh-tokoh gereja waktu itu tetap yakin bahwa dasar haruslah iman sebagaimana tersirat didalam Jargon Credo ut Intelligam dari Anselmus itu, untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi itu tertuang di dalam metode Cogito (keragu-raguan).
Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat Descartes meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan, mula-mula ia mencoba meragukan semua yang dapat di indera, objek yang sebenamya tidak mungkin diragukan inilah langkah pertama metode Cogito tesebut. Dia meragukan badannya sendiri, keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan roh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, maka dalam keragu-raguan itu jelaslah ia sedang berfikir, sebab yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas ada "Cogito 1'rLu Sum" (saya berfikir, maka jelaslah saya ada). Tujuan metode ini mempertahankan keraguan akan tetapi metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian.
Konsep, “berfikir" yang digunakan Descartes daalm pengertian yang sangat luas, menurutnya suatu yang meragukan, memahami, mengerti, menolak, berkehendak, membayangkan, ketika muncul dalam mimpi, semuanya adalah bentuk berfikir, karena fikiran selalu berfikir, bahkan ketika saat tidur pun hal-hal yang dapat dirasakan haruslah dengan fikiran bukan dengan indera.
Descartes mengakui ada 3 subtansi yang keberadaanya tidak bisa di ragukan dan sebagai kebenaran yang Clear dan distinct:
1. Pemikiran sebagai makhluk yang berfikir, maka pemikiran, adalah haikat manusia.
2. Tuhan : sebagai wujud yang sempuma, yakni yang menciptakan ide-ide yang sempuma.
3. Keluasan : saya mengerti materi sebgai keluasan/eksistensi.
Ketiga subtansi ini bersumber dalam jiwa manusia sejak lahir, dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman empiric yang bergantung pada subtansi ini.
Embrio dasar rasionalisme Descartes banyak menuai cabang-cabang rasionalisme setidak-tidaknya ada 3 sub mazhab yang berkembang dibelahan dunia barat
1. Rasionalisme dalam kosmo filsafat, adalah system berfikir yang menekankan penalaran dalam menyerap ilmu, berbeda dengan empiris yang menekankan pengalaman khususnya indera dan persepsi.
2. Rasionalisme dalam ranah teologi, lebih mengedepankan akal daripada iman, tidak selalu bersandar pada iman.
3. Rasionalisme pada masa Aufklarung (pencerahan), istilah yang digunakan umuk penyifatan terhadap pandangan-pandangan dunia filsuf-filsuf pada mass itu. Pandan.,,an mereka adalah Opposite meaning dengan iman, otoritas tradisional, puritanisme. Para cendikiawan musyak fikir ini beranggapan bahwa akal adalah piranti reliable dalam perkara yang bertalian dengan kehidupan manusia seperti, iln,u, agama, politik dan lain-lain.


E. SPINOZA (1632-1677)
Spinoza menggunakan deduksi matematis ala Descartes yakni ia mulai dengan meletakkan definisi-definisi kemudian barulah membuat pembuktian berdasar definisi tersebut, sebagai pengikut rasionalisme. Spinoza mengakui hanya ada sate subtansi yaitu Tuhan (sosok yang immaterial).
Dalam arti yang mendalam ajaran Spinoza dapat dipandang sebagai suatu mistik filsafati yang mengajarkan tentang nisbah antara manusia dengan tuhan. Sistem rasionalnya hanya untuk mewujudka suatu usaha guns merumuskan apa yang telah dialami sendiri dalam pengalaman mistis dengan pengertian-pengertian rasional. Yang dimaksud Spinoza dan subtansi adalah apa yang ada dalam dirinya sendiri atau tidak menieflukan pengertian dari sesuatu yang lain, jadi ringkasnya subtansi adalah suatu yang berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada apapun. Jadi jelaslah subtansi itu hams ada saw, sebah jika ada dua subtansi semacam itu tentu akan ada nisbah antara keduanya atau adanya saling ketergantungan.
Berdasarkan keyakinan ini, segala sesuatu di dunia dengan segala isinya, tidak dapat berdiri sendiri. Menurut Spinoza satu substansi mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya, karena tuhan disamakan dengan segala sesuatu yang ada, namun kita hanya mengenal dua ciri saja: pemikiran (jiwa) dan keluasan (tubuh).

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (rasio). Adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes penetahuan yang disebut rasionaiisme. Rasionalisme terbagi menjadi dua macam yaitu dalam bidang agama dan dalam filsafat, dalam bidang agama rasinalisme lawan autoritas dan dalam bidang filsafat rasionalisme lawan emperisisme.
Tokoh pertama rasionalisme adalah Descartes is menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, dan bukan yang lainnya, dia juga berkeinginan filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen dan dikembalikan kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal. Ajaran Spinoza dapat dipandang sebagai suatu filsafati yang mengajarkan tentang nisbah antam manusai dengan tuhan, Spinoza beranggapan bahwa situ subtansi mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya. Sedangkan Leihniz berpendapal bahwa subtansi itu banyak.
Menurut analisis kami. Kami setuju dengan pemikiran Descartes bahwa dasar. Filsafat adalah rasio atau akal karena dengan akal lah seseorang dapat berfikir dan dapat mengetahui kebenaran. Akan tetapi tidak akal saia yang dapat dipergunakan, melainkan perasaan juga dapat digunakan untuk mengetahui sesuatu yang terjadi.








DAFTAR PUSTAKA


Harun, Hardiwijono, 1980. Seri Sejarah Filsafat 2.Yogyakarta: Kanisus.
Asmoro, Achmad, 2005. Filsafat Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tafsir, Ahmad. Filsafat UmumL Bandung: Remaja Rosdakarya.
Poedjawijatna, Prof.I.R. Pembimbing Kearah Filsafat, Pembangaunan, Jakrta, 1978.
Googel. Com.

0 comments: