SEJARAH SINGKAT RASULULLAH

Saturday, October 9, 2010

BAB I
PENDAHULUAN

Nabi Muhammad (bahasa Arab: محمد, juga dikenal sebagai Mohammad, Mohammed, dan kadang-kadang oleh orientalis Mahomet, Mahomed) adalah pembawa ajaran Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi Allah (Rasul) yang terakhir. Menurut biografi tradisional Muslimnya (dalam bahasa Arab disebut sirah), ia lahir sekitar tahun 570, diperkirakan 20 April 570 di Mekkah (atau "Makkah") dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini). Muhammad diriwayatkan memiliki 11 istri.
Muhammad" dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad S.A.W adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasulullah (رسول الله), dan menambahkan kalimat sallallaahu alayhi wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W") setelah namanya. Selain itu Al-Qur'an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Michael H. Hart, dalam bukunya The 100, menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pernikahan
Dr. Thaha Husain dalam bukunya yang berjudul Ah Hamsy As-Sirah, memandang pernikahan Abdullah bin Abdul Muthalib dengan Aminah binti Wahb merupakan peristiwa bernilai sejarah. Pertama, karena kepatuhan Abdullah kepada ayahnya yang sedemikian tinggi sehingga ia rela menyerahkan diri sepenuhnya ketia di bawa oleh ayahnay hendak disembelih – seagai penunaian nazar – oleh ayahnya sendiri di sebuah tempat terletak antara berhala Isaf dan berhala Nailah. Beruntunglah ia karena di selematkan oleh orang-orang Quraisy, sehingga Abdul Mutahlib dapat menerima nasehat dari seorang hakim (ahli nujum) untuk menebus pelaksanaan nazarnya dengan menyembelih ekor unta. Seperti peristiwa yang terjadi antara Nabi Islam dan Ayahnya Nabi Ibrahim a.s. kedua, keselamatan Adullah bin A bdul Muthalib sama sekali bukan suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan, melainkan karena sebab kehadiran seorang Nabi dan Rasul Utusan Allah kepada seluruh bagi umat manusia.
Setelah Abdullah genap berusia 23 tahun, oleh ayahnya ia dinikahkan dengan seorang putrid Banu Zuhrah, yang bernama Aminah binti Wahb. Setelah menikah, Abdullah hanya 3 hari tinggal di rumah mertuanya. Pada berikutnya ia tinggal di pemukiman Abdul Muthali. Tiga bbulam kemudian Abdullah bersama rombongan kepalanya pergi berniaga ke Syam. Meninggalkan ayah dan istrinya di Mekkah. Menurut riwayat ketika itu Aminah sedang mengandung.
Dalam perjalanan kembali ke Mekkah Abdullah tinggal sementara di Yasrib, dan dalam masa persinggahan itu ia jatuh sakit. Sementara itu sebagian rombongan kafilah kembali ke Mekkah lebih dahulu, di Yasrib Abdullah di rawat oleh salah satu keluarga dari Bani An-Najar. Abdullah wafat setelah sakit kurang lebih selama 2 bulan.

B. Kelahiran Nabi Muhammad saw
Ketika umat Islam kehilangan dan kecopotan ideologi hidupnya. Di lahirkan seseorang yang akan membawa perubahan dan pengaruh besar terhadap dunia. Bapaknya yang bernama Abdullah meninggal kurang lebih 7 bulan sebelum ia dilahirkan atau sekitar 2 bulan di dalam kandungan ibunya Siti Aminah.
Menurut sumber berita yang berasal dari Ali bin Harb Al-Mushiliy, Makhsum bin Hani al-Makhzumiy, menuturkan: pada malam kelahiran Nabi Istana Kisra (Maharaja Persia) terguncang-guncang laksana digoyang oleh gempa sehingga 14 pilar penyangga berjatuhan. Api sesembahan Majusi yang selama 10 abad tidak pernah padam, pada malam itu tiba-tiba padam. Air telaga “sawa” yang terkenal di Persia mendadak surut tanpa sebab. Pada malam tersebut juga, Kisra dalam mimpinya melihat kejadian luar biasa aneh dalam mimpinya ia melihat seekor unta liar menggiring seekor kuda jantan menyebrangi sungai Dajlah (Tigris), kemudian cepat b berkembang biak di negerinya.
Nabi dilahirkan di rumah Abu Thalib, pada senin 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 20 April 571 M. kelahirannya membuat Abdul Muthalib sangat gembira, beliau kemudian di bawa oleh kakeknya ke kaki Ka’bah, dan di tempat suti itulah beliau diberi nama Muhammad, nama yang belum pernah ada sebelumnya.
Adapun tahun kelahiran beliau dinamakan tahun Gajah, karena pada tahun itu kota Mekkah di serang oleh pasukan Nasrani yang dipimpin Abrahah dengan bertunggangan Gajah.
Menurut kebudayaan Arab jika seseorang lahir dari keluarga terpandang maka anak tersebut akan di susukan kepada orang lain. Ini bertujuan agar bayi tersebut dapat menghirup udara segar, terhindar dari penyakit kota, dan agar ia dapat berbicara dengan bahasa yang murni serta fasih. Maka kemudian, Nabi Muhammad saw di serahkan ibunya kepada seorang perempuan yang baik, Halimah Sa’diyah dari Bani Sa’ad kabilah Hawazin, yang bermukim tidak jauh dari Mekkah. Disitulah Nabi di asuh dan dibesarkan selama 4 tahun.

C. Kematian Ibu dan Kakek
Selama 4 tahun lamanya nabi dirawat oleh Halimah Sa’diyah, kemudian Nabi dikembalikan kepada Siti Aminah ibunya. Ketika kira-kira berusia 6 tahun, beliau di bawa oleh ibunya ke Madinah bersama dengan Ummu Aisaman, budak peninggalan ayahnya Abdullah. Tujuan perjalanan ini adalah untuk berziarah ke makam ayahnya dan memperkenalkan kepada keluarga neneknya Bani Najjar.
Mereka di Madinah kurang lebih 1 bulan. Dalam perjalanan kembali Ke Mekkah, Aminah jatuh sakit dan meninggal yang kemudian di makamkan di suatu tempat yang bernama Alaa. Betapa sedih dan bingungnya Nabi dengan kematian ibunya tersebut. Jadilah ia seorang yatim piatu, yang tidak mempunyai ayah dan ibu. Maka nabi pun melanjutkan perjalanan kembali ke Mekkah bersama Ummu Aiman.
Kemudian Muhammad saw di asuh oleh kakeknya Abdullah Muthalib. Abdul Muthalib sangat menyayangi Nabi, hal ini dibuktikan seperti yang dikatakan Is’haq: “Maka adalah rasulullah itu hidup di dalam asuhan neneknya Abdul Muthalib ibn Hisyam. Neneknya itu ada mempunyai suatu hamparan tempat duduk di bawah lindungan Ka’bah itu. Anak-anaknya semunya duduk di sekeliling hamparan itu. Kalau dia belum dating, tidak ada seorang pun anak-anaknya yang berani duduk dekat, lantaran amat hormat kepada orang tua itu. Maka datanglah Rasulullah – ketika itu dia masih anak-anak, dia duduk saja ke atas hamparan itu. Maka dating pulalah anak-anak neneknya itu hendak mengambil tangannya menyuruhnya undur. Demi kelihatan Abdul Muthalib diapun berkata: “Biarkan saja cucuku in berbuat sekehendaknya. Demi Tuhan sesungguhnya dia kelah akan mempunyai kedudukan penting. Kalau anak itu didudukkan di pangkuannya, di barut-barutnya punggunya dengan tangannya, di senangkannya hati anak itu dan dibiarkannya apa yang diperbuatnya.
Tetapi tidak beberapa lama kemudian Abdul Muthalib juga meninggal, ketika itu Nabi Muhammad saw berusian 8 tahun. Ini tidak hanya duka cita untuk Nabi sendiri tetapi juga duka cita bagi segenap penduduka Mekkah. Dengan meninggalnya Abdul Muthalib, penduduk Mekkah kehilangan seorang pembesar dan pemimpin yang cerdas, bijaksana, berani, dan perwira yang tidak mudah untuk di cari penggantinya.

D. Pengalaman Penting
Setelah meninggalnya Abdul Muthalib, nabi kemudian di asuh oleh pamanya Abu Thalib. Sebagaimana kakeknya, pamannya Abu Thalib juga sangat menyayangi nabi. Ketika berusia 12 tahun, Muhammad saw mengikuti pamannya berdagang ke negeri Syam. Ketika sampai di Bushra, nabi dan pamannya bertemu dengan “Bukhaira” seorang pendeta Nasrani. Pendeta tersebut menyarankan supaya Abu Thalib segera membawa keponakannya kembali ke Mekkah, sebab ia khawatir orang Yahudi akan menganiaya Nabi. Karena ia melihat pada diri Muhammad pertanda kenabian. Abu Thalib menyegerakan dagangannya dan kembali ke Mekkah.
Diwaktu nabi Muhammad saw berumur ± 15 tahun, terjadilah peristiwa yang bersejarah bagi penduduk Mekah, yaitu peperangan antara suku Quraisy dan Kinanah di satu pihak, dengan suku Qais ‘Ailan di lain pihak. Nabi Muhammad ikut memberikan bantuan kepada paman-pamannya dengan menyediakan keperluan peperangan.
Peperangan terjadi pada bulan suci yaitu bulan Zulkaidah, pada bulan tersebut di larang berkelahi dan menumpahkan darah, dan dianggap melanggar kesucian bulan Zulkaidah yang menurut ideology bangsa Arab peristiwa itu adalah pelanggaran terhadap kesucian. Dengan demikian perang ini dinamakan Herbul figar (perang yang memecahkan kesucian).
Menginjak masa dewasa, nabi berusaha menghidupi dirinya sendiri. Karena kejujurannya seorang Janda bernama Siti Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dibawa berdagang ke Syam. Nabi di temani oleh Maisarah pembantu Siti Khadijah.
Setelah nabi dating dari Syam dengan laba yang banyak, Siti Khadijah sangat gembira. Kemudian Siti Khadijah melamar nabi melalui Abu Thalib pamannya. Setelah mendapat persetujuan nabi, pernikahan pun di langsungkan, nabi berumur ± 25 tahun sedangkan khadijah berusian ± 40 tahun.
Perkawinan ini memba ketenangan dan ketentraman bagi nabip, beliau memperoleh cinta kasih yang tulus dari seorang perempuan yang nantinya merupakan orang yang pertama mengakui kerasulannya, dan selalu menyertai nabi dalam dakwah serta rela menanggung penderitaan dengan berkorban harta sekalipun.
Nabi Muhammad saw semakin di kenal namanya oleh penduduk Mekkah ketika beliau mendamaikan para pemuka Quraisy dalam masalah memperbaiki Ka’bah. Dalam proses perbaikan mereka saling bergotong-royong, tetapi masalah muncul ketika hendak dikembalikan Batu Hitam (Al-Hajarul Aswad) ke tempat semula. Para pemuka Quraisy berselisih paham dan merasa sama-sama berhak untuk meletakkan batu tersebut. Akhirnya di sepakati barang siapa yang dating lebih awal ke Ka’bah di alah yang berhap ternyata yang dating pertama kali adalah Rasullah. Tapi nabi bukan orang yang suka menguasai sesuatu. Maka, di hamparkannya sehelai kain, di letakkannya Hajaral Aswa di tengah-tengah, dan beliau suruh para pemuka Quraisy mengangkat tepi-tepi kain tersebut. Setelah sampai di tempat semua, nabi kembali mengangkat batu hitam tersebut dan meletakkannya.
Kejadian ini membawa kepuasan terhadap para pemuka Quraisy, dan kejadian in terjadi ketika beliau berumur 36 tahun, yang kemudian Nabi Muhammad saw di beri gelar Al-Amien yang berarti yang dipercaya.

E. Muhammad Menjadi Rasul
Ketika menginjak usia 40 tahun, nabi lebih banyak mengerjarkan tahanuts (menyendiri) dari sebelumnya. Berhubung beliau bertahanuts bertepatan dengan bulan Ramadhan nabi membawa bekal lebih banyak, karena akan bertahanuts lebih lama di gua Hirra.
Di malam 17 Ramadhan, tepatnya 6 Agustus 610 M ketika beliau sedang bertahanuts, malaikat Jibril dating membawa wahyu dan menyuruh Nabi membacanya, kabarnya : “Bacalah”, Rasulullah kaget dan menjawab “Aku tidak dapat membaca”. Beliau direngkuh Jibril berulang-ulang sampai nafasnya sesak, dan akhirnya nabi kita menjawab “Apa yang kubaca”, kata Jibril:

Ayat diatas adalah wahyu pertama untuk nabi dan sekaligus bukti diangkatnya beliau sebagai seorang rasul. Ketika itu di usia beliau mencapai 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun bulan (Qamariah) atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut tahun matahari (Syamsiah).
Kurang lebih setengah tahun sesudah wahyu pertama, turunlah wahyu yang kedua, yang berbunyi sebagai berikut:

Wahyu ini memperjelas apa yang harus disampaikan Rasulullah saw, yaitu mengajak umat manusia menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ini awal perintah penyiaran agma Allah kepada seluruh umat manusia.

F. Dakwah Rasulullah saw
Dalam menyiarkan agama Islam atau berdakwah, ada 2 cara yang dilakukan Rasulullah:
1. Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Dengan turunya wahyu kedua, mulailah nabi berdakwah, tapi dengan cara sembunyi-sembunyi. Mulai dari yang tinggal satu rumah dengan beliau, sahabat terdekat, dan orang-perorang. Seruannya adalah agar mereka tidak menyembah berhala dan hanya menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa yang pertama beriman adalah Siti Khadijah istri N abi sendiri. Kemudian anak paman Nabi yang masih mudaa, Ali bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah seorang budak nabi yang kemudian dijadikan anak angkat. Setelah itu Abu Bakar juga beriman dan memeluk Islam.
Dengan perantara Abu Bakar inilah banyak orang yang memeluk Islam, antara lain: Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan beberapa penduduk Mekkah dari kabilah Quraisy.
2. Dakwah secara terang-terangan
Tiga tahun lamanya nabi menyampaikan da’watul afraad (dakwah secara sembunyi-sembunyi dari satu rumah ke rumah yang lain). Kemudian turunlah ayat surah al-Hijr: 94 yang berbunyi:

Ayat tersebut mengisyaratkan agar nabi menyampaikan ajaran Islam secara terang-terangan. Kemudian mulailah nabi berceramah di tempat-tempat umum, yang diragukan kepada kerabat sendiri, penduduk Mekkah pada umumnya, dari berbagai macam lapisan masyarakat, bangsawn maupun sahaya, serta orang-orang yang datang ke Mekkah menunaikan haji.
Dengan dakwah secara terang-terangan ini dan agama yang baru yang diserukan, Rasulullah menjadi perhatian dan buah bibir masyarakat di kota Mekkah. Dakwah inipun menimbulkan kecaman dari orang-orang Quraisy.
Menurut Ahmad Syalabi, ada 5 faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu:
1). Meraka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan. 2). Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy. 3). Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. 4). Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab. 5). Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara yang dilakukan orang Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad, mulai dengan cara diplomatic dan bujuk rayu, inipun tidak berhasil. Sehingga orang Quraisy menngkatkan kekerasan fisik yang telah lama dilakukan.
Kekejaman yang dilakukan para Quraisy, menimbulkan dorongan agar Nabi menghindarikan shahabat-sahabatnya keluar Mekkah. Pada bulan ke-5 kerasulan, nabi menetapkan Habsyah (Eithopia) sebagai negeri tempat pengungsian, karena Negus (naga) negeri itu adalah seorang yang adil.
Menguatnya posisi Islam dikarenakan dengan masuknya dua tokoh besar (Hamzah dan Umar bin Khattab) memperkeras reaksi kaum Quraisy. Mereka menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Cara yang ditempuh ialah pembaikotan. Akibat baikot ini, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaran yang tiada tandingannya. Pembaikotan ini berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari apa yang mereka lakukan sungguh keterlaluan.
Namun tidak lama setelah itu, Abu Thalib paman Nabi yang merupakan pelindung utamanya meninggal di usian 87 tahun. Tiga hari kemudian, khadijah istri nabi meninggal pula. Peristiwa ini terjadi tahun ke sepuluh kerasulan. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad saw.
Untuk menghibur nabi yang sedang berduka cita, Allah swt memerintahkan beliau Isra’ Mi’raj, dari Mekkah ke Baitul Maqdis di Pelestina, kemudian terus naik ke langit ke tujuh dan sidratul Muntaha. Disitulah nabi menerima perintah langsung shalat lima waktu. Isra’ Mi’raj ini bertujuan agar nabi memiliki kekuatan bathin dan menambah keyakinan beliau sebagai seorang Rasul yang diutus ketengah umat untuk menyampaikan risalah-Nya. Peristiwa ini juga menjadi ujian bagi kaum Muslim, apakah mereka beriman dan percaya kepada kejadian luar biasa yang sulit diterima logika. Peristiwa ini terjadi pada malam 27 Rajab tahunh ke-10 kerasulan.

G. Wafatnya Rasulullah
Karena masa tugasnya hampir selesai, Rasulullah berniat melaksanakan haji wada’ (haji perpisahan). Pada tanggal 25 Zulkaidah tahun ke-10 kerasulan, Rasulullah meninggalkan Madinah menuju Mekkah dengan kaum muslimin yang ikut mengerjakan haji ± 100.000 orang.
Sebelum menyelesaikan ibadah haji Rasulullah saw berpidato di bukit Arafah pada tanggal 8 Zulhijah, bertepatan 7 Maret 632 M. kira-kira 3 bulan setelah haji wada’, nabi demam beberapa hari, sehingga tidak dapat mengimami shalat berjamaah, maka Abu Bakar yang menggantikan beliau.
Pada tanggal 12 rabiul awal tahun 11 H atau 8 Juni 632 M. nabi wafat di usianya yang ke-63 tahun.
Selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah berdakwah menyerukan risalah-Nya. Dan kemudian beliau wafat dengan tidak meninggalkan harta waris untuk anak istrinya. Tetapi beliau meninggalkan dua pusaka yang diwariskan kepada seluruh umatnya. Soalnya:


H. Perubahan yang Dibawa Oleh Nabi Muhammad saw Terhadap Bangsa Arab
Perubahan yang dibawa Nabi meliputi segala bidang kehidupan sebab utama perubahan dan kemenangan terbesar terletak pada agama yang dibawa Nabi, agama Islam yang memuat ajakan-ajakan tentang kepercayaan, politik, kemasyarakatan, yang kesemuanya di terapkan oleh Muhammad saw dalam kehidupan bangsa Arab.
1. Segi keagamaan
Bangsa Arab di zaman zahiliyah, menyembah patung-patung dan batu-batu berhala dan mereka menyembelih hewan-hewan korban di hadapan patung-patung itu untuk memuliakannya. Kemudian datanglah agama Islam yang membawa undang-undang dari Allah swt yakni Alquran, yang mengatur kehidupan mereka baik mengenai hubungan antar individu maupun mengenai keeper cayaan (rukun iman) dan mengenai ibadat (rukun islam). Kitab suci Alquran benar-benar telah menghidupkan jiwa bangsa Arab.
2. Segi kemasyarakatan
Satu pengaruh yang sangat signifikan dari agama Islam terhadap bangsa Arab adalah timbulnya kesadaran akan arti pentingnya disiplin dan ketaatan. Islamlah yang pertama-tama mengangkat derajat wanita, memberikan hak-hak kepada wanita sesuai dengan keberhasilannya. Islam menegakkan pula ajaran persamaan antara manusia dan pemberantasan perbudakan
3. Segi politik
Bangsa Arab sebelum Islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri-sendiri, satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Sesudah bangsa Arab memeluk agama Islam kekabilahan itu ditinggalkan, dan timbullah kesatuan persaudaraan dan kesatuan agama, yakni kesatuan umat manusia di bawah satu naungan panji kalimamt syahadat.


BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Dari makalah yang kami susun ini, akhirnya kami dapat mengambil poin-poin kesimpulannya, yaitu:
1. Terjadi beberapa hal anek sewaktu Nabi akan dilahirkan, salah satunya adalah api sesembahan Majusi yang tidak pernah padam selama 10 abad tiba-tiba padam pada malam akan dilahirkannya Nabi.
2. Walaupun seorang yatim piatu, namun nabi tetap semangat menjalani kehidupan. Buktinya ketika berusia 12 tahun, ia sudah ikut pamannya Abu Thalib berniaga ke Syam.
3. Nabi Muhammad adalah seseorang yang adil dan bijaksana, yaitu dengan mendamaikan para pemuka Quraisy yang berselisih paham masalah peletakkan batu hitam (al-hajarul aswad) yang kemudian beliau di beri gelar al-amien (dapat dipercaya).
4. Sifat sabar yang diselimuti Rasulullah sewaktu menyampaikan dakwah Islam menghadapi tantangan dari para Quraisy.
5. Ada dua pusaka yang harus kita pegang seperti yang disabdakan nabi, yaitu Al-quran dan As-Sunnah.
6. Banyak perubahan yang dibawa Nabi melalui ajaran Islam dan hal ini terjadi di segala segi kehidupan. Di antaranya, segi keagamaan, kemasyarakatanl, dan politik.

DAFTAR PUSTAKA


Al-Qur’an dan Terjemahnya, Khadim al-Haramain Asy-Syarifain.
Hamka, Prof. Dr., Sejarah Ummat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975 (cetakan kelima, Jilid 1).
Munawir, Imam, Kebangkitan Islam dan Tantangan yang di Hadapi dari Masa Ke Masa,.PT. Bina Ilmu Surabaya, 1984. (Cetakan kedua).
Yatim., M.A., Dr. Badri, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, PT. Rajawali Grafindo Persada. Jakarta.

0 comments: