TAKDIR

Wednesday, May 6, 2009

BAB I

PENDAHULUAN

Percaya kepada takdir termasuk salah satu rukun iman yang ke 6. Iman kepada takdir ini mengandung beberapa hikmah dan faedah yang sangat bermanfaat bagi manusia, mengandung pendidikan yang baik serta sebagai sumber keseimbangan batin. Diantara hikmah beriman kepada taqdir ialah:

1. Tenang menghadapi berbagai macam masalah. Setiap manusia pasti selalu ada masalah. Masalah itu kadang membuat kita pusing dan tidak tau berbuat apa. Ada yang belum menyelesaikan tugas, rencana yang gagal, bangkrut semua itu sering dialami okeh setip orang.Orang yang percaya kepada taqdir, mengetahui dan menyadari bahwa segala sesuatu ini yang merencanakan Allah. Masalah apapun tidak menjadikan jatuhnya kepercayaan dirinya sendiri.

2. Tidak putus asa. Percaya kepada taqdir adalah sebagai obat yang mujarab terhadap hati yang terluka. Dia percaya dan tau bahwa hidup bukan untuk bersenang-senang saja. Tetapi adalah untuk hidup,dalam hidup itu pasti kita akan menghadapi kesulitan dan kegagalan. Maka dari itu kita tidak boleh putus asa.

3. Sabar dan tidak mudah bosan. Orang yang beriman kepada taqdir senantiasa akan sabar dan rajin dalam membina dan menegakkan suatu usaha dan cita-cita yang belum berhasil akan ditekuni walaupun dengan jeri payah dan banyak pengorbanan. Orang yang menjadi sabar karena Allah tidak akan menyia-nyiakan jerih payah manusia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Takdir

Yang dimaksud dengan istilah taqdir sebagai judul makalah ini adalah Qadar (al-Qadar khairuhu wa syarruhu) atau qadha dan qadar (al-Qadha wal qadar).

Secara etimologis Qadha adalah bentuk mashdar dari kata kerja qadha yang berarti kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hal ini qadha adalah kehendak atau ketetapan hukum Allah swt terhadap segala sesuatu.

Sedangkan qadar secara etimologis adalah bentuk mashdar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan. Dalam hal ini qadar adalah ukuran atau ketetntuan Allah swt terhadap segala sesuatunya.[1]

Secara terminologis ada ulama yang berpendapat kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama, dan ada pula yang membedakannya. Yang membedakan, mendefinisikan qadar sebagai: “Ilmu Allah swt tentang apa-apa yang akan terjadi pada seluruh makhluk-Nya pada masa yang akan datang”. Dan qadha adalah: “Penciptaan segala sesuatu oleh Allah swt sesuai dengan ilmu dan iradah-Nya”. Sedangkan Ulama yang menganggap istilah Qadha dan qadar mempunyai pengertian yang sama memberikan definisi sebagai berikut: “Segala ketentuan, udang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah swt untuk segala yang ada (maujud), yang mengikat antara sebab dan akibat segala sesuatu yang terjadi”.

Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan kata qadar di dalam al-Quran dengan berbaai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengeretian kekuasan Allah swt untuk menentukan ukuran, susunan, aturan, undang-undang terhadap segala sesuatu, termasuk hukum sebab dan akibat yang berlaku bagi segala yang maujud, baik makhluk hidup maupun yang mati.

B. Ayat Yang Berkenaan Dengan Takdir

ü É=»tGÅ6ø9$#ur ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ !$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû 7's#øs9 >px.t»t6B 4 $¯RÎ) $¨Zä. z`ƒÍÉZãB ÇÌÈ $pkŽÏù ä-tøÿム@ä. @øBr& AOŠÅ3ym ÇÍÈ #\øBr& ô`ÏiB !$tRÏYÏã 4 $¯RÎ) $¨Zä. tû,Î#ÅöãB ÇÎÈ

Artinya:

2. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,

3. Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

4. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya kami adalah yang mengutus rasul-rasul (QS Ad-Dukhan Ayat 2-5)

Malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.

yang dimaksud dengan urusan-urusan di sini ialah segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rezki, untung baik, untung buruk dan sebagainya.[2]

¼ã&é#t«ó¡o `tB Îû ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 ¨@ä. BQöqtƒ uqèd Îû 5bù'x© ÇËÒÈ

Artinya: Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. setiap waktu dia dalam kesibukan (QS Ar-rahman ayat 29)

Maksudnya: Allah senantiasa dalam keadaan Menciptakan, menghidupkan, mematikan, Memelihara, memberi rezki dan lain lain.

Artinya: Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah: 216)

Itu sebabnya, Islam mengajarkan kita untuk melakukan istikharah. Istikharah berarti memohon kepada Allah agar memilihkan dan menentukan [takdir] yang terbaik serta memudahkannya. (Abu Umar Abdullah Al-Hammadi, Misteri Shalat Istikharah (Solo: Pustaka Ar Rayyan, 2006), hlm. 29)

B. Macam-macam Takdir

Taqdir itu bisa dibagi menjadi beberapa bagian

1. Taqdir azali: merupakan ketetapan Allah sejak zaman azali, sebelum penciptaan langit dan bumi.

2. Taqdir seumur hidup sekali Pada saat janin berumur 40 hari, bukankah udah ditetapkan Allah tentang umur, rejeki, jodoh nya.

3. Taqdir setahun sekali pada malam Lailatul Qadar Dalam Surah Ad Dukhan (44) 2-5 Demi Kitab (Al Qur'an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu.[3]

4. Takdir yang berlaku harian atau lebih singkat dari itu Dalam Ar Rahmaan (55) 29 Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya.[4] Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka ni'mat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?
Dalam masalah taqdir ini, janganlah kita terpeleset pada dua hal ini:

a. qadariyah , mereka mengatakan takdir tidak ada

b. jabariyah, semuanya takdir, kita tidak punya apa-apa

Keduanya keliru. Yang benar adalah kita memiliki kemampuan kemampuan, kehendak dan keinginan untuk berbuat / memilih. Namun hasil dari semua itu berada dibawah kehendak, kemampuan ketentuan dan keinginan Allah SWT. Seperti halnya dalam contoh berikut
"Demi jiwa dan Yang membentukkannya, Dan mengilhamkannya kepada kejahatan dan ketakwaan! Beruntunglah orang yang menyucikannya, Dan kecewalah orang yang mengotorinya." (91:7-10) Kita manusia udah ada dari sononya, pilihan untuk berbuat baik dan pilihan berbuat buruk. Yang mana kita pilih, itu adalah kehendak kita. Kalau kita memilih yang buruk, maka bakal mengotori kita dan kita termasuk orang yang rugi. (Ini hukum Allah)

Kalau kita memilih yang baik, sesungguhny akebaikan itu untuk kita sendiri. (Ini hukum Allah) Yang dinilai Allah adalah ikhtiar kita, usaha kita dalam mengisi hidup ini. Pahala dan dosa itu karena ikhtiar kita, kelakuan kita, perbuatan kita. Sedangkan hasil dari perbuatan kita / ikhtiar kita, itu hanyalah wewenang Allah SWT. Untuk itulah kita senantiasa dianjurkan untuk bertawakkal; menggantungkan hasil usaha kita kepada Allah SWT. Dan hendaklah senantiasa ber husnudzan (ber prasangka baik) kepada Allah SWT, karena disebutkan bahwa Allah SWT itu mengikuti persangkaan hamba-Nya

Contoh hadis tentang takdir:

Inilah yang dimaksudkan oleh suatu hadis bahwa doa adalah bagian dari takdir. Makna ini dikuatkan oleh hadis-hadis yang lain.
Dalam kitab Al-Bihar, Nabi saw bersabda:

لايرد القضاء الا الدعاء

“Tidak ada yang dapat menolak qadha’ (takdir) kecuali doa.”
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata

:الدعاء يرد القضاء بعد ماأبرم ابراما

“Doa dapat menolak qadha’ yang telah ditentukan dengan suatu ketentuan.”
Imam Musa Al-Kazhim (sa) berkata:

عليكم بالدعاء فإن الدعاء والطلب إلى الله عز وجل يرد البلاء، وقد قدر وقضى فلم يبق الا امضائه فإذا دعي الله وسئل صرف البلاء صرفا


“Hendaknya kamu berdoa, sesungguhnya doa dan permohonan kepada Allah Azza wa Jalla dapat menolak bala. Allah telah menentukan takdir dan menetapkan qadha’, tinggallah imdha’ (pengesahan)Nya. Jika Allah dipanjatkan doa dan dimohon, Dia akan menyingkirkan bala’ darimu.”

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:

ان الدعاء يرد القضاء المبرم وقد أبرم ابراما - فأكثر من الدعاء فإنه مفتاح كل رحمة ونجاح كل حاجة ولا ينال ما عند الله الا بالدعاء فإنه ليس من باب يكثر قرعه الا أوشك أن يفتح لصاحبه

“Sesungguhnya doa dapat menolak qadha’ mubram yang telah ditentukan dengan suatu ketentuan. Maka hendaknya memperbanyak doa, sesungguhnya doa adalah kunci setiap rahmat, dan kesuksesan setiap kebutuhan. Tidak akan dapat memperoleh apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan doa, karena tidak ada satu pun pintu yang banyak diketok kecuali akan dibuka oleh pemiliknya. Allamah Thabathaba’i mengatakan: Makna hadis tersebut menunjukkan bahwa berdoa itu harus dilakukan secara istiqamah dan terus-menerus, sebagai salah satu syarat terwujudnya hakikat do’a. Dan dengan seringnya berdoa diharapkan dapat membersihkan hati dan membuahkan keikhlasan dalam berdoa.[5]

  • Sabda Rasullullah dari Namir bin Aus : "Doa adalah tentara Allah yang dapat menolak takdir". ( HR. Ibnu Asakir)
  • Sabda Rasullullah dari Ibnu Umar :” Do'a berguna bagi takdir yang sudah atau belum tertuliskan maka hendaknya hamba Allah, engkau banyak berdoa".(HR. Al Hakim)

Dari Shauban bahwa Rasul SAW bersabda : "Do'a itu dapat menolak takdir, perbuatan baik menambah rezeki dan seseorang dapat luput dari rezeki karena durhaka yang dilakukannya." (HR. Al Hakim)


BAB III

PENUTUP

kesimpulan

C. Hikmah Beriman Kepada Takdir

Seorang muslim wajib beriman dengan taqdir sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Allah swt dan rasul-Nya di dalam Al-quran dan sunnah Rasul. Memahami taqdir harus secara benar, karena kesalahan memahami taqdir akan melahirkan pemahaman dan sikap yang salah pula dalam menempuh kehidupa di dunia ini.[6]

Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari beriman kepada taqdir ini, antara lain yaitu:

1. Melahirkan keasaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di dalam semesta ini berjalan sesuai dengan undang-undang, aturan dan hukum yang telah di tetapkan dengan pasti oleh Allah swt. Oleh sebab itu manusia harus mempelajari, memahami, dan mematuhi ketetapan Allah swt tersebut supaya dapat mencapai keberhasilan baik di dunia maupun di akhirat nanti.

2. Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan diakhirat, mengikuti hukum sebab akibat yang telah ditetapkan oleh Allah swt.

3. Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah swt yang memiliki kekuasaan dan kehendak yang mutlak, di samping memiliki kebijakan, keadilan, dan kasih sayang kepada makhluk-Nya.

4. Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia, karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah swt

5. Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena meyakini apa pun yang terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah swt. Di saat memperoleh kebahagiaan dan nikmat dia segera bersyukur kepada Allah swt dan tidak memiliki kesombongan karena semuanya itu di dapat atas izin Allah swt. Di saat mendapat musibah dan kerugian dia bersabar karena meyakini semuanya itu adalah karena kesalahannya sendiri dan karena cobaan dan ujian dari Allah swt yang kelak kemudian juga akan mendatangkan kebaikan.

DAFTAR PUSTAKA

v Al-Maraghi, Ahmad Mushthfa,Terjemah Tafsir al-maraghi, Semarang:Toha Putra:1992

v M.s.Khalit, Kunci untuk Mencari Ayat Al-quran, Surabaya:Bina ilmu:1984

v Imam Jalaludin Al Mahali,Terjemah Tafsir Jalalain,Bandung:1995

v Drs.H. Yunahar Iiyas Lc.Kuliah Aqidah Islam,Yogyakarta:1992

v Quthb Sayyid.Tafsir fi zhalalil Quran, Jakarta:2002 jilid 2

v (Abu Umar Abdullah Al-Hammadi, Misteri Shalat Istikharah (Solo: Pustaka Ar Rayyan, 2006), hlm. 29)



[1] Al-Maraghi, Ahmad Mushthfa,Terjemah Tafsir al-maraghi, Semarang:Toha Putra:1992

[2] Imam Jalaludin Al Mahali,Terjemah Tafsir Jalalain,Bandung:1995

[3] Drs.H. Yunahar Iiyas Lc.Kuliah Aqidah Islam,Yogyakarta:1992

[4] Ibid,h.,2345

[5] Disarikan dari Tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathaba’i, jilid 2: 41.

[6] Quthb Sayyid.Tafsir fi zhalalil Quran, Jakarta:2002 jilid 2