BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Dalam Hinduisme dan Budhisme ini, menyangkut tentang upacara dan kebaktian khususnya dalam agama hindu, karena agama Hindu adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk negri India sekarang. Agama ini timbul dari bekas-bekas reruntuhan ajaran-ajaran weda dengan mengambil pokok pikiran dan bentuk-bentuk rupa india purbakala. Agama hindu juga suatu agama yang berevolusi dan merupaka kumpulan adat istiadat dan suatu cara hidup daripada merupakan kumpulan kepercayaan.
Sedangkan agama Budha merupakan agama yang bergerak dalam pemikiran Hindu pada kebanyakan prinsipnya, yang agama-agama itu berasal dari Sidharta Gautama.
Dari agama Hindu ituah muncul dari sistem kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang maka terjadilah upacara dan kebaktian untuk pemuja roh-roh tersebut, supaya didalam kehidupan mereka terjadi aman dari segalanya dan mendapatkan kenikmatan hidup atas upacara-upacara dan kebaktian yang telah mereka lakukan kepada Dewa-dewa roh-roh tersebut, dan dengan memberikan sesajen-sesajen dari hasil pertaniannya.
Sedangkan agama Budha merupakan agama yang bergerak dalam pemikiran Hindu pada kebanyakan prinsipnya, yang agama-agama itu berasal dari Sidharta Gautama.
Dari agama Hindu ituah muncul dari sistem kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang maka terjadilah upacara dan kebaktian untuk pemuja roh-roh tersebut, supaya didalam kehidupan mereka terjadi aman dari segalanya dan mendapatkan kenikmatan hidup atas upacara-upacara dan kebaktian yang telah mereka lakukan kepada Dewa-dewa roh-roh tersebut, dan dengan memberikan sesajen-sesajen dari hasil pertaniannya.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Upacara dan Kebaktian
1. Pengertian Upacara
Upacara adalah suatu rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama. Dalam suatu upacara yang terkait dengan aturan adat dan agama, seperti upacara ritual (ritus), sembahyang, upacara kurban, dan lain-lain. Sedangkan di dalam agama Hindu yang terkait dengan upacara keagamaan, seperti persembahyangan, persembahan atau korban (Yahna), dan lainnya.
Upacara juga merupakan suatu aspek terakhir dari unsur keimanan dalam sistem agama Hindu, karena itu ia merupakan kedudukan yang sangat penting pula yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap umat Hindu.
Dalam kitab Reg Weda, yang dikemukakan ada 4 macam cara untuk mencapai tujuan atau pemujaan kepada Tuhan di dalam maksud upacara tersebut yaitu:
a. Dengan melalui cara mengucapkan mantra-mantra, cara ini dikenal pula dengan istilah bhakti-marga.
b. Dengan melalui cara menyanyikan lagu-lagu pujian atau Hymn misalnya melagukan mantera dan storta, cara ini dikenal dengan istilah wibhukti-marga.
c. Dengan melalui cara keilmuan, misalnya mengamati dan mengamalkannya, cara ini dikenal dengan Jnana-Marga.
d. Dengan melalui cara melakukan yadnya yaitu yang disebut ajaran karma-marga.
2. Pengertian kebaktian
Biasanya pengertian kebaktian ini lebih cenderung pada agama Kristen, tetapi disini pengertian kebaktian itu berdasarkan agama Hindu.
Kebaktiana berasalh dari kata bakti yaitu patuh, tunduk, dan hormat. Jadi bisa dikatakan bahwa kebaktianadalah merupakansesuatu hal yang dilakukan oelh orang-orang yang beragama Hindu untuk beribadah kepadaroh-roh nenek moyang yang suci. Maksudnya dalamarti ibadah tersebut adalah merupakan patuh, tunduk, dan hormat kepada roh-roh nenek moyang yang suci, dari cara pelaksanaannya yang mereka lakukan adalah dengan cara-cara yang sacral seperti ritual, upacara kurban, sembahyang, doa dan lain-lain, serta mereka menganggap bahwa ibadah itu merupakan hal yang skral pula.
B. Upacara-upacara dan Kebaktian dalam Agama Hindu
1. Upacara dalam agama Hindu
Yang termasuk upacara di dalam agama hindu ini adalah sebagai berikut:
a. Ritual (ritus)
Dalam upacara keagamaan, ritual ini merupakan kepercayaan kepada kesakralan sesuatu menuntut ia diperlakukan secara khusus yang tidak dpat dipahami secara ekonomi dan rasional, seperti cara perlakuan terhadap sesuatu yang disakralkan, yaitu melakukan tawaf di sekeliling ka’bah, pada umumnya tidak dapat dipahami keuntungan dan alasan rasional, upacara, persembahan, sesajen, dan lain-lain.
Sebagai kata sifat, ritual adalah segala yang dihubungkan atau disangkutkan, sedangkan sebagai kata benda adalah segala yang bersifat upacara keagamaan, seperti upacara gereja katolik.
Dalam agama upacara ritual ini biasa dikenal dengan ibadat, kebaktian, berdoa, atau sembahyang.
Sedangkan di dalam agama Hindu, ada dua macam ritual Hindu yang lazim di kalangan orang Hindu masa kini, yaitu sebagai ritual keagamaan vedis dan agamis. Ritual-ritual vedis meliputi kurban-kurba kepada para dewa, suatu upacara kurban berupa melakukan persembahan seperti sesajian makanan-makanan dan dalam kesempatan tertentu berupa binatang. Biasanya sesajin ini ditempatkn pada baki suci di lemparkan ke dalam api suci yang di nyalakan di atas altar pengorbanan.
Suatu perbedaan antara upacara-upacara keagaman umum yang besar dengan upacara domestik. Upacara-upacara keagaman umum dilakukan dengan rumusan samhita dan memerlukan perapian. Sedangkan upacara keagamaan domestik dilakukan di depan tungku keluarga oleh kepala keluarga yang menggunakan rumusan dari kumpulan doa-doa khusus.
Ritual vedis bertujuan untuk mengangkat, memperkuat prosedur-prosedur sekular yang berkaitan dan bertujuan untuk menetapkan suatu hubungan antara dunia ilahi dengan dunia manusia.
Ritual agamis memusatkan perhatian pada penyembahan antara dunia ilahi dengan dunia manusia.
Ritual agamis memusatkan perhatian pada penyembahan pujaan-pujaan pelaksanaan puasa serta pesta-pesta yang termasuk bagian agama Hindu yang merakyat. Barang pujaan, yang hanya merupakan tanda untuk makhluk tertinggi melambangkan yang ilahi.
Bentuk khas dari praktik keagamaan Hindu adalah cara penyembahan yang disebut puja. Dalam suatu rangkaian ritual, modelnya wang-wangian. Makanan dan minuman di persembahkan kepadanya. Patung tersebut diarak keluar dari halaman kuil.
Dalam agama vedis, Agni adalah dewa yang menjadi tempat kesatuan antara dunia ilahi dan dunia manusiawi. Agni sebagai api melahap pengurbanan dan sebagai imam mempersembahkannya kepada dewa-dewa yang ada di atas. Ia adalah peneggah antara dewa dan manusia
b. Upacara kurba
Ritus-ritus inisiasi dipraktekkan untuk menysucikan situasi-situasi kritis dan marginal dalam hidup indivdu dan kolektif. Persiapan-persiapan sebelum kelairan, upacara-upapcara sekitar kelahiran, inisiasi memberikan nama waktu pubertas, perawinan, sakit dan upacara-upacara pemakaman diselenggarakan di seluruh dunia untuk mencegah bahaya-bahaya yang tersembunyi.
Upacara kurban mempunyai tempat utama karena dengan manusia religus mengadakan pesembahan diri kepada dewa lewat suatu pemberian, dan hubungan serta komunikasi yang erat antara dia dengan dewa ditetapkan lewat keikutsertaan dan ambil bagian dalam persembahan yang disucikan, sebagai unsur dari fenomena sebagai dampak dalam agama-agama di dunia.
Upacara kurban dalam Hindu, yang berupa persembahan hadiah dengan maksud untuk memperoleh keuntungan-keuntungan dari Tuhan, seperti kemakmuran, kesehatan, panjang umur, ternak, keturunan, dan lain-lain. Upacara kurban bukan hanya suatu pesembahan, tetapi juga suatu penyucian, suatu perpindahan dari yang profane kepada yang kudus, yang mengubah bentuk kurban yang dipersembahkan maupun orang yang mempersembahkannya. Melalui kurban itulah komunikasi antara yang kudus dan yang profane di bangun, yang juga merupakan suatu tindakan penghormatan kepada dewa-dewa dengan peribadahan.
Upacara-upacara kurban dibedakan menjadi upacara kurban domestik dan umum sesuai dengan hadir tidaknya imam-imam dan menurut jumlah api yang digunakan upaara-upaara kurban domestik dijalankan dengan mnggungakan api, melemparkan butiran-butiran beras yang direndam dengan minyak mentega dan mengucapkan mantra-mantra. Sedangkan kepala rumah tangga melakukannya di atas perapiannya sendiri, persembahan yang dilakukan merupakan hasil-hasil bumi yang mereka tanam.
Upacara-upacara kurban umum dilakukan oleh imam-imam di altar, dijalankan dengan mnggunakan api, melemaparkan butiran-butiran beras Yang direndam dengan minyak mentega dan mengucapkan mantra-mantra. Tetapi upaara-upacara ini tidak menggunakan persembahan dari hasil-hasil bumi, tetapi dengan binatang seperti kurban kuda, upacara ini merupakan pesta kerajaan dan rakyatnya.
Dari aspek lain, upaara kurban adalah suatu penyatuan mistik di dalam mana pengurban melahirkan masa depannya sendiri di altar, dan melalui uptttacara kurbanlah manusia menebus keberadaanya dari para dewa.
C. Sembahyang
Pada tiap hari raya piodalan, tempat-tempat suci dan pada hari-hari tertentu, orang-orang mengadakn upacara persembahyangan yang disertai pula dengan upacara banten. Persembahyangan ini ada yang dilakukan sendiri-sendiri dan ada pula secara besama-sama.
Rangkaian persembahyangan baik yang dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang merupakan hasil keputusan mahasabha perisada hidup Dharma Indonesia ke VI di Jakarta tahun 1991, sebagai berikut:
1. Persiapan sembahyang
Yang meliputi persiapan secara lahir dan batin. Secara lahir persiapan itu dapat meliputi kebersihan badan, sikap duduk yang baik, pengaturan nafas, sikap tangan dan lain-lain. Yang merupakan sarana penunjang persiapan ini yaitu pakaian yang bersih yang tidak mengganggu ketenangan pikiran, adanya bunga dan dupa sedangkan persiapan atin adalah ketenangan dan kesucian pikiran.
2. Puja Trisadhya
Setelah sikap badan itu baik, maka dilanjutkan dengan melaksanakan puja Trisdhya, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Asana, merupakan sikap duduk bersila (bagi pria) dan bersimpuh (bagi wanita) serta memusatkan pikiran kehadapan HyangWidhi, dengan mantra-mantra.
b. Pranayama, mengatur jalannya nafas, gunanya untuk menenangkan dan mengheningkan pikiran agar dapat menyatu dengan Hyang Widhi yang di sertai mantra-mantra
c. Karasoddhana (pembersihan tangan)
d. Mantra Trisandhya
3. Urutan-urutan sembah
Urutan-urutan sembah, baik pada waktu sembahyang sendiri maupun bersama-sama yang dipimpin oleh seorang pemangku. Namun terlebih dahulu yang perlu diperhatikan adalah sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang ialah kedua telapak tangan dikatupkan dan diletakkan di depan ubun-ubun adapun urutan-urutan sembah tersebut sebagai berikut:
a. Sembahyang puyung
b. Sembah kehadapan Hyang Widhi dalam manifestasnya sebagai sanghyang Aditya
c. Sembah kehadapan HyangWidhi sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembayangan. Ista Dewata artinya Dewata (pewujudan Tuhan) yang dipuja pada kwatu persembahyangan saat itu.
d. Sembah kepada Hyang Widhi seagai pemberi Anugrerah
e. Sembah Puyung, Sebagai Penghormatan pada dewa yang tak terpikirkan yang Maha Tinggi dan Ghaib.
Setelah persembahyangan selesai, maka dilanjutkan dengan mohon tirtha dan bija,. Tirtha adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara tertentu dan disebut dengan Tirtha Wangsuh pada Hyang Widhi. Tirtha ini dipercikkan di kepala, diminum dan dipakai mencuci muka yang bertujuan agar pikiran dan hati kita menjadi bersih dan suci, yaitu bebas dari kotoran, noda dan dosa, kecemaran dan sejenisnya.
Sedangkan wija adalah biji kertas yang di cuci dengan air cendana. Wiji ini sebagai lambang kumara yaitu putra atau bija Bharata (Dewa) Siwa. Kumara adalah benih ke-siwa-an yang bersemayam di dalam diri setiap orang.
4. Doa
Dalam agama Hindu, doa yang disebut juga mantra, Stawa atau Brahma merupakan bagian yang penting dalam menumbuhkan dan memantapkan keyakinan kita terhadap adanya Hyang Widhi. Doa-doa ini selalu disampikan pada setiap kegiatan atau kejadian untk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Doa merupakan salah satu unsur keyakinan yang mempunyai kedudukan yang penting dan memiliki kegunaan serta manfat yang besar dalam pembinaan etika, moral, dan spiritual, oleh karena itu doa harus diyakini dan diucapkan atau disampaikan dengan kesucian serta ketulusan hati kepada HyangWidhi, sebagai puja dan puji guna tercapainya satu tujuan yang diharapkan di dalam hidup ini
Fungsi dan tujuan doa dalam kehidupan ini, yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai pernyataan rasa syukur atas anugerah Hyang Widhi yang telah menciptakan dunia dengan segala isinya, termasuk segala sesuatu yang diperlukan bagi kehidupan manusia dan semua makhluk.
b. Sebagai Sadhana untuk mohon perlindungan dan keselamatan serta agar selalu di jauhkan dari segala caobaan, rintangan, godaan hidup yang ingin mengganggu kehidupan kita.
c. Dengan doa, kita memohon anugerah kehadapan Hyang Widhi berupa kesucian lahir dan batin, kesempurnaan moral dan spiritual serta kebahagiaan hidup di dunian dan di akhirat.
Cara dan sikap berdoa, ada beberapa cara dan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Doa yang dilakukan dengan pengucapan kata-kata suci atau mantram
b. Doa yang dilakukan dengan bahasa simbul dalam bentuk upacara
c. Doa yang dilakukan dengan menggunakan upacara dan mantram sekaligus
Doa-doa ini dlakukan dengan mengucapkan mantram sesuai dengan tujuan masing-masing, tanpa menggunakan sarana atau bahasa simbul.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Upacara adalah suatu rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan adat atau agama. Dan juga merupakan aspek terakhir dari unsur keimanan dalam agama Hindu.
Cara untuk mencapai tujuan atau pemujaan terhadap Tuhan dalam agama hindu di dalam kitab Reg Weda, ada 4 macam, yaitu:
1. Melalui cara mengucapkan mantra-mantra
2. Melalui cara mengyanyikan lagu-lagi
3. Melaluui cara keilmuan
4. Melalui cara Yadnya
5.
Upacara-upacaranya yaitu:
1. Ritual (ritus)
2. Upacara kurban
3. Sembahyang
4. Doa
Sedangkan kebaktian adalah tunduk, patuh dan hormat kepada roh-roh nenek moyang yang suci, dan mereka anggap seperti ibadah dan cara pelaksaannya itu merupakan cara-cara yang mereka anggap sakral, seperti ritual, upacara kurban, sembahyang, doa dan lain-lain. Di dalam kepercayaan agama Hindu.
1. Pengertian Upacara
Upacara adalah suatu rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama. Dalam suatu upacara yang terkait dengan aturan adat dan agama, seperti upacara ritual (ritus), sembahyang, upacara kurban, dan lain-lain. Sedangkan di dalam agama Hindu yang terkait dengan upacara keagamaan, seperti persembahyangan, persembahan atau korban (Yahna), dan lainnya.
Upacara juga merupakan suatu aspek terakhir dari unsur keimanan dalam sistem agama Hindu, karena itu ia merupakan kedudukan yang sangat penting pula yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap umat Hindu.
Dalam kitab Reg Weda, yang dikemukakan ada 4 macam cara untuk mencapai tujuan atau pemujaan kepada Tuhan di dalam maksud upacara tersebut yaitu:
a. Dengan melalui cara mengucapkan mantra-mantra, cara ini dikenal pula dengan istilah bhakti-marga.
b. Dengan melalui cara menyanyikan lagu-lagu pujian atau Hymn misalnya melagukan mantera dan storta, cara ini dikenal dengan istilah wibhukti-marga.
c. Dengan melalui cara keilmuan, misalnya mengamati dan mengamalkannya, cara ini dikenal dengan Jnana-Marga.
d. Dengan melalui cara melakukan yadnya yaitu yang disebut ajaran karma-marga.
2. Pengertian kebaktian
Biasanya pengertian kebaktian ini lebih cenderung pada agama Kristen, tetapi disini pengertian kebaktian itu berdasarkan agama Hindu.
Kebaktiana berasalh dari kata bakti yaitu patuh, tunduk, dan hormat. Jadi bisa dikatakan bahwa kebaktianadalah merupakansesuatu hal yang dilakukan oelh orang-orang yang beragama Hindu untuk beribadah kepadaroh-roh nenek moyang yang suci. Maksudnya dalamarti ibadah tersebut adalah merupakan patuh, tunduk, dan hormat kepada roh-roh nenek moyang yang suci, dari cara pelaksanaannya yang mereka lakukan adalah dengan cara-cara yang sacral seperti ritual, upacara kurban, sembahyang, doa dan lain-lain, serta mereka menganggap bahwa ibadah itu merupakan hal yang skral pula.
B. Upacara-upacara dan Kebaktian dalam Agama Hindu
1. Upacara dalam agama Hindu
Yang termasuk upacara di dalam agama hindu ini adalah sebagai berikut:
a. Ritual (ritus)
Dalam upacara keagamaan, ritual ini merupakan kepercayaan kepada kesakralan sesuatu menuntut ia diperlakukan secara khusus yang tidak dpat dipahami secara ekonomi dan rasional, seperti cara perlakuan terhadap sesuatu yang disakralkan, yaitu melakukan tawaf di sekeliling ka’bah, pada umumnya tidak dapat dipahami keuntungan dan alasan rasional, upacara, persembahan, sesajen, dan lain-lain.
Sebagai kata sifat, ritual adalah segala yang dihubungkan atau disangkutkan, sedangkan sebagai kata benda adalah segala yang bersifat upacara keagamaan, seperti upacara gereja katolik.
Dalam agama upacara ritual ini biasa dikenal dengan ibadat, kebaktian, berdoa, atau sembahyang.
Sedangkan di dalam agama Hindu, ada dua macam ritual Hindu yang lazim di kalangan orang Hindu masa kini, yaitu sebagai ritual keagamaan vedis dan agamis. Ritual-ritual vedis meliputi kurban-kurba kepada para dewa, suatu upacara kurban berupa melakukan persembahan seperti sesajian makanan-makanan dan dalam kesempatan tertentu berupa binatang. Biasanya sesajin ini ditempatkn pada baki suci di lemparkan ke dalam api suci yang di nyalakan di atas altar pengorbanan.
Suatu perbedaan antara upacara-upacara keagaman umum yang besar dengan upacara domestik. Upacara-upacara keagaman umum dilakukan dengan rumusan samhita dan memerlukan perapian. Sedangkan upacara keagamaan domestik dilakukan di depan tungku keluarga oleh kepala keluarga yang menggunakan rumusan dari kumpulan doa-doa khusus.
Ritual vedis bertujuan untuk mengangkat, memperkuat prosedur-prosedur sekular yang berkaitan dan bertujuan untuk menetapkan suatu hubungan antara dunia ilahi dengan dunia manusia.
Ritual agamis memusatkan perhatian pada penyembahan antara dunia ilahi dengan dunia manusia.
Ritual agamis memusatkan perhatian pada penyembahan pujaan-pujaan pelaksanaan puasa serta pesta-pesta yang termasuk bagian agama Hindu yang merakyat. Barang pujaan, yang hanya merupakan tanda untuk makhluk tertinggi melambangkan yang ilahi.
Bentuk khas dari praktik keagamaan Hindu adalah cara penyembahan yang disebut puja. Dalam suatu rangkaian ritual, modelnya wang-wangian. Makanan dan minuman di persembahkan kepadanya. Patung tersebut diarak keluar dari halaman kuil.
Dalam agama vedis, Agni adalah dewa yang menjadi tempat kesatuan antara dunia ilahi dan dunia manusiawi. Agni sebagai api melahap pengurbanan dan sebagai imam mempersembahkannya kepada dewa-dewa yang ada di atas. Ia adalah peneggah antara dewa dan manusia
b. Upacara kurba
Ritus-ritus inisiasi dipraktekkan untuk menysucikan situasi-situasi kritis dan marginal dalam hidup indivdu dan kolektif. Persiapan-persiapan sebelum kelairan, upacara-upapcara sekitar kelahiran, inisiasi memberikan nama waktu pubertas, perawinan, sakit dan upacara-upacara pemakaman diselenggarakan di seluruh dunia untuk mencegah bahaya-bahaya yang tersembunyi.
Upacara kurban mempunyai tempat utama karena dengan manusia religus mengadakan pesembahan diri kepada dewa lewat suatu pemberian, dan hubungan serta komunikasi yang erat antara dia dengan dewa ditetapkan lewat keikutsertaan dan ambil bagian dalam persembahan yang disucikan, sebagai unsur dari fenomena sebagai dampak dalam agama-agama di dunia.
Upacara kurban dalam Hindu, yang berupa persembahan hadiah dengan maksud untuk memperoleh keuntungan-keuntungan dari Tuhan, seperti kemakmuran, kesehatan, panjang umur, ternak, keturunan, dan lain-lain. Upacara kurban bukan hanya suatu pesembahan, tetapi juga suatu penyucian, suatu perpindahan dari yang profane kepada yang kudus, yang mengubah bentuk kurban yang dipersembahkan maupun orang yang mempersembahkannya. Melalui kurban itulah komunikasi antara yang kudus dan yang profane di bangun, yang juga merupakan suatu tindakan penghormatan kepada dewa-dewa dengan peribadahan.
Upacara-upacara kurban dibedakan menjadi upacara kurban domestik dan umum sesuai dengan hadir tidaknya imam-imam dan menurut jumlah api yang digunakan upaara-upaara kurban domestik dijalankan dengan mnggungakan api, melemparkan butiran-butiran beras yang direndam dengan minyak mentega dan mengucapkan mantra-mantra. Sedangkan kepala rumah tangga melakukannya di atas perapiannya sendiri, persembahan yang dilakukan merupakan hasil-hasil bumi yang mereka tanam.
Upacara-upacara kurban umum dilakukan oleh imam-imam di altar, dijalankan dengan mnggunakan api, melemaparkan butiran-butiran beras Yang direndam dengan minyak mentega dan mengucapkan mantra-mantra. Tetapi upaara-upacara ini tidak menggunakan persembahan dari hasil-hasil bumi, tetapi dengan binatang seperti kurban kuda, upacara ini merupakan pesta kerajaan dan rakyatnya.
Dari aspek lain, upaara kurban adalah suatu penyatuan mistik di dalam mana pengurban melahirkan masa depannya sendiri di altar, dan melalui uptttacara kurbanlah manusia menebus keberadaanya dari para dewa.
C. Sembahyang
Pada tiap hari raya piodalan, tempat-tempat suci dan pada hari-hari tertentu, orang-orang mengadakn upacara persembahyangan yang disertai pula dengan upacara banten. Persembahyangan ini ada yang dilakukan sendiri-sendiri dan ada pula secara besama-sama.
Rangkaian persembahyangan baik yang dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang merupakan hasil keputusan mahasabha perisada hidup Dharma Indonesia ke VI di Jakarta tahun 1991, sebagai berikut:
1. Persiapan sembahyang
Yang meliputi persiapan secara lahir dan batin. Secara lahir persiapan itu dapat meliputi kebersihan badan, sikap duduk yang baik, pengaturan nafas, sikap tangan dan lain-lain. Yang merupakan sarana penunjang persiapan ini yaitu pakaian yang bersih yang tidak mengganggu ketenangan pikiran, adanya bunga dan dupa sedangkan persiapan atin adalah ketenangan dan kesucian pikiran.
2. Puja Trisadhya
Setelah sikap badan itu baik, maka dilanjutkan dengan melaksanakan puja Trisdhya, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Asana, merupakan sikap duduk bersila (bagi pria) dan bersimpuh (bagi wanita) serta memusatkan pikiran kehadapan HyangWidhi, dengan mantra-mantra.
b. Pranayama, mengatur jalannya nafas, gunanya untuk menenangkan dan mengheningkan pikiran agar dapat menyatu dengan Hyang Widhi yang di sertai mantra-mantra
c. Karasoddhana (pembersihan tangan)
d. Mantra Trisandhya
3. Urutan-urutan sembah
Urutan-urutan sembah, baik pada waktu sembahyang sendiri maupun bersama-sama yang dipimpin oleh seorang pemangku. Namun terlebih dahulu yang perlu diperhatikan adalah sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang ialah kedua telapak tangan dikatupkan dan diletakkan di depan ubun-ubun adapun urutan-urutan sembah tersebut sebagai berikut:
a. Sembahyang puyung
b. Sembah kehadapan Hyang Widhi dalam manifestasnya sebagai sanghyang Aditya
c. Sembah kehadapan HyangWidhi sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembayangan. Ista Dewata artinya Dewata (pewujudan Tuhan) yang dipuja pada kwatu persembahyangan saat itu.
d. Sembah kepada Hyang Widhi seagai pemberi Anugrerah
e. Sembah Puyung, Sebagai Penghormatan pada dewa yang tak terpikirkan yang Maha Tinggi dan Ghaib.
Setelah persembahyangan selesai, maka dilanjutkan dengan mohon tirtha dan bija,. Tirtha adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara tertentu dan disebut dengan Tirtha Wangsuh pada Hyang Widhi. Tirtha ini dipercikkan di kepala, diminum dan dipakai mencuci muka yang bertujuan agar pikiran dan hati kita menjadi bersih dan suci, yaitu bebas dari kotoran, noda dan dosa, kecemaran dan sejenisnya.
Sedangkan wija adalah biji kertas yang di cuci dengan air cendana. Wiji ini sebagai lambang kumara yaitu putra atau bija Bharata (Dewa) Siwa. Kumara adalah benih ke-siwa-an yang bersemayam di dalam diri setiap orang.
4. Doa
Dalam agama Hindu, doa yang disebut juga mantra, Stawa atau Brahma merupakan bagian yang penting dalam menumbuhkan dan memantapkan keyakinan kita terhadap adanya Hyang Widhi. Doa-doa ini selalu disampikan pada setiap kegiatan atau kejadian untk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Doa merupakan salah satu unsur keyakinan yang mempunyai kedudukan yang penting dan memiliki kegunaan serta manfat yang besar dalam pembinaan etika, moral, dan spiritual, oleh karena itu doa harus diyakini dan diucapkan atau disampaikan dengan kesucian serta ketulusan hati kepada HyangWidhi, sebagai puja dan puji guna tercapainya satu tujuan yang diharapkan di dalam hidup ini
Fungsi dan tujuan doa dalam kehidupan ini, yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai pernyataan rasa syukur atas anugerah Hyang Widhi yang telah menciptakan dunia dengan segala isinya, termasuk segala sesuatu yang diperlukan bagi kehidupan manusia dan semua makhluk.
b. Sebagai Sadhana untuk mohon perlindungan dan keselamatan serta agar selalu di jauhkan dari segala caobaan, rintangan, godaan hidup yang ingin mengganggu kehidupan kita.
c. Dengan doa, kita memohon anugerah kehadapan Hyang Widhi berupa kesucian lahir dan batin, kesempurnaan moral dan spiritual serta kebahagiaan hidup di dunian dan di akhirat.
Cara dan sikap berdoa, ada beberapa cara dan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Doa yang dilakukan dengan pengucapan kata-kata suci atau mantram
b. Doa yang dilakukan dengan bahasa simbul dalam bentuk upacara
c. Doa yang dilakukan dengan menggunakan upacara dan mantram sekaligus
Doa-doa ini dlakukan dengan mengucapkan mantram sesuai dengan tujuan masing-masing, tanpa menggunakan sarana atau bahasa simbul.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Upacara adalah suatu rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan adat atau agama. Dan juga merupakan aspek terakhir dari unsur keimanan dalam agama Hindu.
Cara untuk mencapai tujuan atau pemujaan terhadap Tuhan dalam agama hindu di dalam kitab Reg Weda, ada 4 macam, yaitu:
1. Melalui cara mengucapkan mantra-mantra
2. Melalui cara mengyanyikan lagu-lagi
3. Melaluui cara keilmuan
4. Melalui cara Yadnya
5.
Upacara-upacaranya yaitu:
1. Ritual (ritus)
2. Upacara kurban
3. Sembahyang
4. Doa
Sedangkan kebaktian adalah tunduk, patuh dan hormat kepada roh-roh nenek moyang yang suci, dan mereka anggap seperti ibadah dan cara pelaksaannya itu merupakan cara-cara yang mereka anggap sakral, seperti ritual, upacara kurban, sembahyang, doa dan lain-lain. Di dalam kepercayaan agama Hindu.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanuddin, Agama dalam Kehidupan Masyarakat, Jakarta, PT Raja Grapindo Persada, 2006.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar B.Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990.
Dharamony, Mariasuasai, Fenomenologi Agama, Yogyakarta, Kanisisu, 1995.
Netra, Anak AGung Gde Dka, Tuntunan Dasar Agama Hindu, Jakarta, Hanoman Sakti, 1997.
Shalaby, Ahmad, Agama-agama Besar di Dunia,(Hindu, Jaina, Budha), Jakarta, Bumi Angkasa, 1998.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar B.Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990.
Dharamony, Mariasuasai, Fenomenologi Agama, Yogyakarta, Kanisisu, 1995.
Netra, Anak AGung Gde Dka, Tuntunan Dasar Agama Hindu, Jakarta, Hanoman Sakti, 1997.
Shalaby, Ahmad, Agama-agama Besar di Dunia,(Hindu, Jaina, Budha), Jakarta, Bumi Angkasa, 1998.
0 comments:
Post a Comment