BIOGRAFI SINGKAT QURAISH SHIHAB

Monday, December 22, 2008

A. Biografi Pengarang

1. Nama Tafsir
Nama kitab tafsir yang akan saya bahas adalah Tafsir al-Misbah (pesan, kesan dan keserasian al-Quran).
2. Nama Pengarang
(Lahir Rappang, sulawisi selatan, 16 februari 1944)
Ulama dan cendikiawan muslim Indonesia ini dikenal ahli di bidang Al-qur’an, Quraish sebagai seorang pakar al-qur’an mampu menterjemahkan dan menyampaikan al-qur’an dalam konteks masa kini dan masa modern.
Quraish shihab adalah putra Prof. KH Abdurrahman shihab, seorang ulama dan guru besar di bidang tafsir. Abdurrahman shihab di pandang sebagai salah seorang tokoh pendidik yang memiliki reputasi baik dikalangan masyarakat maupun Sulawisi Selatan. Kontribusinya di dunia pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Makassar (dulu: Ujung Pandang), yaitu *Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar dikawasan indosesia timur, dan IAIN Alauddin di Makassar. Ia juga tercatat sebagi mantan rektor pada perguruan tinggi tersebut. UMI(1959-1965) dan IAIN Alauddin (1972-1977).
Quraish memdapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap bidang studi tafsir dan ayahnya yang sering mengajak anaknya duduk bersama. Pada saat seperti inilah sang ayah menyampaikan nasihat yang kebanyakan berupa ayat Al-Qur’an
Pendidikan formalnya mulai dari sekolah dasar di Makassar. Setelah itu ia melanjutkan studi disekolah lanjutan tinggi pertama di kota Malang sambil “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis al- falaqiyah di kota yang sama. Untuk lebih mendalami studi keislamannya, Quraish dikirim oleh ayahnya ke al-Azhar, Cairo, pada tahun 1958 dan diterima dikelas dua tsanawiyah. Kemudian ia melanjutkan studi ke Universitas al-azhar pada fakultas Ushuluddin jurusan tafsir dan hadis. Pada tahun 1967 ia meraih gelar Lc (setingkat sarjana S-1). Dua tahun kemudian (1969) Quraish berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul al-Ijaz at-Tasyi’I li al-qur’an al- karim (kemukjizatan Al- qur’an al-karim dari segi Hukum).
Pada tahun 1973 ia dipanggil pulang ke Makassar oleh ayahnya yang ketika itu menjabat rektor untuk membantu mengelola pendidikan IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis adan kemahasiswaan sampai 1980. Disamping itu memduduki jambatan resmi itu, ia juga sering mewakili ayahnya yang uzur dalam menjalankan tugas pokok tertentu. Berturut-turut setelah itu, Quraish diserahi berbagai jabatan, seperti koordinator perguruan tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia Bagian Timur. Dan pembantu pimpinan kepolisian Indonesia Timur dibidang pembinaan mental. Di celah-celah kesibukannya ia merampungkan beberapa tugas penelitian, antara lain penelitian dengan tema “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur” (1975) dan masalah Wakaf Sulawisi selatan”(1978).
Untuk mewujutkan cita-citanya mandalami studi tafsir, pada 1980 Quraish kembali menuntut ilmu ke almameternya, al-Azhar mengambil spesialisasi dalam studi tafsir al-qur’an. Ia hanya melakukan waktu 2 tahun untuk meraih gelar doktor dalam bidang ini. Disertasinya yang berjudul Nazm ad-Durar li al-biqa’i Tahqiq wa dirasah ( kajian kitab Nazm ad-Durar (Rangkaian Mutiara) karya al-Biqa’i berhasil dipertahankan dengan pridikat summa cum laude dan memperoleh penghargaan mumtaz ma’a martabah asy-syaraf al-ula (sarjana teladan dengan prestasi istimewa).
Setelah pulang ketanah air, Quraish kembali mengabdi di tempat tugasnya semula, IAIN Alauddin Makassar. Namun, 2 tahun kemudian (1984) ia ditarik ke Jakarta sebagai dosen pada fakultas Ushuluddin dan program pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah.
Karena keahliannya dalanm bidang kajian Al-Qur’an Quraish tidak memerlukan waktu lama untuk dikenal di kalangan masyarakat intelektual Indonesia. Dalam waktu singkat ia segera dilibatkan dalam berbagi forum nasional antara lain menjadi ketua *majlis Ulama Indonesia (MUI,1984), anggota *Lajnah pentashih Mushaf Al-qur’an Departemen Agama(1989) dan anggota badan pertimbangan pendidikan nasional (1989). Selain itu juga aktif berbagai organisasi, seperti organisasi penghimpunan ilmu-ilmu syariat, konsorsium ilmu-ilmu agama Depdibud, dan *ikatan Cendekiawan Muslim se-indonesia (ICMI). Disamping itu ia tetap memberikan ceramah keagamaan dalam berbagai forum dan menghindari berbagai kegiatan ilmiah, baik didalam maupun di luar negeri. Pada tahun 1993 pemerintah mempercayakan untuk mengemban tugas sebagi rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu ia juga menjadi direktur pendidikan Kader Ulama (KPU), yang merupakan salah satu usaha MUI untuk membina kader ulama di tanah air. Quraish juga pernah memangku jabatan menteri Agama RI pada Kabinet Pembangunan VII (1997-1998). Ia kemudian diangkat pemerintah RI menjadi duta besar RI untuk Mesir (1999-2003). Selanjutnya ia kembali UIN Jakarta sebagai guru besar.
Di bidang intelektual, kontribusinya terbukti dari beberapa karya tulisnya. Karyanya berupa artikel singkat muncul secara rutin pada rubric “Pelita Hati” dalam surat kabar Pelita, dan pada rubric “Hikmah” dalam surat kabar Republika, adapun yang berupa urutan tafsir muncul pada rubrik “tafsir al-Amanah” dalam majalah Amanah, yang kemudian dikompilasikan dan diterbitkan menjadi buku dengan judul Tafsir al-Amanah Jilid I. sejumlah makalah dan ceramah tertulisnya sejak 1975 dikumpulkan dan diterbitkan dalam bentuk dua buah buku dengan judul “Membumikan Al-Quran” (Mizan, 1992) dan Lentera Hati (Mizan, 1994). Karya lainya ialah Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Makassar: IAIN Alauddin, 1984); Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987), Mahkota Tuntunan Ilahi (Tafsir al-Fatih [Jakarta: Untagma, 1988]), Wawasan al-Quran (1996), Mengungkap Lentera Hati (Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Quran [1998]), Mukjizat Al-Quran Di tinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Imiah, dan Pemberitaan Gaib (1998), dan Tafsir al-Misbah yang terdiri dari 15 Jilid diterbitkan Lentera Hati.
3. Informasi Mengenai Tafsir al-Misbah
Tafsir al-Misbah. Oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab dan diterbitkan oleh Lentera Hati. Tafsir al-Misbah adalah sebuah tafsir al-Quran lengkap 30 Juz pertama dalam kurun waktu 30 tahun terakhir yang ditulis oleh tafsir terkemuka Indonesia. Warna keindonesiaan penulis memberi warna yang menarik dan khas serta sangat relevan untuk memperkaya khasanah pemahana dan penghayatan umat Islam terhadap rahasia makna ayat Allah SWT.
Tafsir al-Misbah terdiri dari 15 Jilid, yaitu jilid 1 terdiri dari surah al-Fatihah sampai dengan al-Baqarah, Jilid 2 surah Ali Imran sampai dengan an-Nisa, jilid 3 surah al-Maidah, jilid 4 surah al-An’am, jilid 5 surah al-A’raf sampai dengan at-Taubah, jilid 6 surah Yunus sampai dengan ar-Raa’d, jilid 7 surah Ibrahim sampai dengan al-Isra, jilid 8 surah al-Kahf sampai dengan al-Anbiya, jilid 9 surah al-Hajj sampai dengan al-Furqan, jilid 10 surah asy-Syu’ara sampai dengan al-‘Ankabut, jilid 11 surah ar-Rum sampai dengan Yasin, jilid 12 surah as-Saffat sampai dengan az-Zukhruf, jilid 13 surah ad-Dukhan sampai dengan al-Waqi’ah, jilid 14 surah al-Hadad sampai dengan al-Mursalat, dan jilid 15 surah Juz A’mma.
4. Isi ringkas kata pengantar
M.Quraish Shihab memulai dengan menjelaskan tentang maksud-maksud firman Allah swt sesuai kemampuan manusia dalam menafsirkan sesuai dengan keberadaan seseorang pada lingkungan budaya dan kondisisosial dan perkambangan ilmu dalam menangkap pesan-pesan al-Quran. Keagungan firman Allah dapat menampung segala kemampuan, tingkat, kecederungan, dan kondisi yang berbeda-beda itu.
Seorang mufassir di tuntut untuk menjelaskan nilai-nilai itu sejalan dengan perkembangan masyarakatnya, sehingga al-Quran dapat benar-benar berfungsi sebagai petunjuk, pemisah antara yang haq dan bathil serta jalan keluar bagi setiap probelam kehidupan yang dihadapi, Mufassir dituntut pula untuk menghapus kesalah pahaman terhadap al-Qur’an atau kandungan ayat-ayat.
M. Qurish Shihab juga memasukkan tentang kaum Orientalis mengkiritik tajam sistematika urutan ayat dan surah-surah al-Quran, sambil melemparkan kesalahan kepada para penulis wahyu. Kaum orientalis berpendapat bahwa ada bagian-bagian al-Quran yang ditulis pada masa awal karir Nabi Muhammad saw.
Contoh bukti yang dikemukakannya antara lain adalah: QS. Al-Ghasiah. Di sana gambaran mengenai hari kiamat dan nasib orang-orang durhaka, kemudian dilanjutkan dengan gambaran orang-orang yang taat.
Kemudian beliau mengambil tokoh-tokoh para ulama tafsir, tokoh-tokohnya seperti: Fakhruddin ar-Razi (606 H/1210 M). Abu Ishaq asy-Syathibi (w. 790 H/1388 M), Ibrahim Ibn Umar al-Biqa’I (809-885 H/1406-1480 M), Badruddin Muhammad ibn Abdullah Az-Zarkasyi (w 794 H) dan lain-lain yang menekuni ilmu Munasabat al-Quran/keserasian hubungan bagian-bagian al-Quran, mengemukakan bahkan membuktikan keserasian di maksud, paling tidak dalam 6 hal:
a. Keserasian kata demi kata dalam satu surah
b. Keserasian kandungan ayat dengan fashilat yakni penutup ayat
c. Keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya
d. Keserasian uraian awal satu surah dengan penutupnya
e. Keserasian penutup surah dengan uraian surah sesudahnya
f. Keserasian tema surah dengan nama surah.

B. Sekilas Tentang Isi Tafsir
1. Metodologi yang digunakan oleh M. Quraish Shihab
M. Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya menggunakan metode tafsir maudhui (tematik) yaitu penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat al-Quran yang tersebar dalam berbagai surah yang membahas masalah yang sama, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat tersebut, dan selanjutnya menarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok bahasan.
Menurutnya, dengan metode ini pendapat al-Quran tentang berbagai masalah kehidupan dapat diungkap sekaligus dapat di jadikan bukti bahwa ayat al-Quran sejalan dengan perkembangan iptek dan kemajuan peradaban masyrakat.
Metode maudu’i ini memiliki beberapa keistimewaan antara lain:
a. Menghindari problem atau kelemahan metode lain yang di gambarkan
b. Menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadits nabi satu cara terbaik dalam menafsirkan al-Quran.
c. Dapat membuktikan bahwa persoalan yang disentuh al-Quran bukan bersifat teoritis semata-mata. Ia dapat memperjelas kembali fungsi al-Quran sebagai kitab suci.
d. Metode ini memungkinkan seseorang untuk menolak anggapan adanya ayat-ayat yang bertentangan dalam al-Quran. Ia sekaligus dapat dijadikan bukti bahwa ayat-ayat al-Quran sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Salah satu contoh penafsiran M. Quraish Shihab pada surah al-Baqarah (2) ayat 76-77.
     •                      •       
Artinya:
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata:" kamipun Telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang Telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; Tidakkah kamu mengerti?". Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?(QS. Al-Baqarah: 76-77)
Bukti lain tentang ketidakwajaran mengharap terlalu banyak diantara mereka yang beriman dan mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw. adalah apa dikemukakan oleh ayat ini yaitu yang dimulai dengan kata Dan. Ayat ini – menurut al-Biqa’i seakan-akan menyatakan bahwa mereka itu karena sedemikian durhakanya kepada Allah sampai-sampai berani menyembunyikan kandungan firman-Nya dan memutarbalikannya, dan mereka juga hampir-hampir tidak pernah berucap benar, maka karena itu apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, kepada Nabi Muhammad saw. mereka dengan berpura-pura dipenuhi oleh kemunafikan berkata: “Kami pun telah beriman sebagaimana umat Islam beriman.” Tetepai mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan berulang-ulang kepada mereka apa yang telah diterangkan Allah kepada kamu menyangkut kebenaran yang kita ketahui bersama dan yang telah disampaikan oleh para nabi dan rasul yang diutus kepada kita? Apakah kamu menyampaikan itu, supaya dengan demikian mereka yakni umat Nabi Muhammad saw. dapat mengalahkan hujjah kamu dihadapan Tuhan kamu? Tidakkah kamu mengerti bahwa yang demikian itu tidak wajar kamu lakukan?” Allah atau siapa pun yang berakal dan mendengar ucapan mereka pasti akan berkata bahwa: “Tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan”.
Ayat ini menguraikan bahwa sebagian mereka yang mengaku memeluk Islam, sebenarnya hanya berpura-pura. Hanya di hadapan umat Islam mereka mengaku beriman. Tetapi apabila mereka menyendiri satu dengan yang lain tanpa disaksikan oleh seorang mukmin, ada di antara orang-orang Yahudi yang tetap disaksikan oleh seorang mukmin, ada di antara orang-orang Yahudi yang tetap menganut kepercayaan mereka yang menegur dan mengecam orang-orang Yahudi yang masuk Islam dengan berkata secara sembunyi-sembunyi: “Apakah kamu menceritakan kepada merka, yakni kaum muslim, apa yang telah diterangkan Allah kepada kamu?” Yakni mengapa kalian menyampaikan bahwa dalam kitab Taurat disebutkan tentang kedatangan Nabi Muhammad saw. ini tidak wajar, lanjut yang mengecam itu. Karena dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjah kamu dihadapan Tuhan kamu. Maksudnya, penyampaian hakikat itu memperkuat posisi umat Islam menghadapi orang-orang Yahudi.
Ayat ini juga dapat berarti bahwa orang-orang Yahudi yang mempertahankan keyakinan agamanya berkata kepada yang berpura-pura memeluk Islam: “Apakah kalian menyampaikan kepada orang-orang Islam sesuatu yang akan membuka kedok serta mempermalukan kamu kelak di hari kemudian di hadapan Tuhan. Karena ketika itu, kaum muslim akan berkata kepada kamu, “Bukankah kalian telah menyampaikan kepada kamu apa yang terdapat dalam kitab suci Taurat tentang hakikat ajaran Islam dan kebenaran Nabi kami?” ini akan menambah malu kalian di hari kemudian. Karena, tidak sama yang mengakui kebenaran lalu menutup-nutupinya (menjadi munafik) dengan yang tidak mengakuinya walaupun dia mengetahui. Maksudnya, ia munafik berbohong dua kali; sekali berpura-pura masuk Islam, dan di kali lain tahu kebenaran tetapi tidak sepenuh hati menerimanya. Tidakkah kamu berakal? Yakni tidak adakah pengetahuan yang kamu miliki yang dapat menghalangi kamu mengucapkan sesuatu yang dapat memperkuat posisi kaum muslimin dan mempermalukan kamu kelak di sisi Allah? Demikian kecaman mereka. Allah balik mengecam, karena seakan-akan mereka tidak sadar bahwa Allah mengetahui segala sesuatu. Allah berfirman menyangkut orang-orang Yahudi itu: “Tidakkkah mereka mengetahui, baik mereka yang munafik maupun yang secara tegas menolak beriman, bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? Yakni, apa yang mereka rahasiakan dengan apa yang mereka nyatakan, sama-sama dalam pengetahuan Allah. Keduanya jelas dan sama tingkat kejelasannya di sisi Allah.
Rahasia adalah apa yang Anda tidak bisikkan kepada orang lain. Ia adalah yang Anda ketahui tetapi Anda tidak ingin diketahi orang lain. Adapun yang nyata adalah apa yang diketahui orang lain atau Anda tidak keberatan bika diketahui orang lain. Ayat ini menyatkan bahwa Allah mengetahui yang dirahasiakan dan mengetahhui juga apa yang dinyatakan. Di tempat lain, Allah menembahkan juga yang lebih rahasia (QS. Thaha[20]: 7). Yakni bahwa selain yang disebutkan di atas Allah swt. juga mengetahui apa yang berada di bawah sadar manusia dan sudah dilupakannya dan atau yang belum dikerjakan dan akan dirahasiakannya.
2. Beberapa pendekatan penafsiran dalam kitab tafsir al-Misbah
a. Ayat dengan ayat
Tafsir surah al-Baqarah ayat 63
               
Artinya:
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa". (QS. Al-Baqarah: 63)
Ayat ini berbicara tentang peristiwa yang mereka alami ketika menolak melaksanakan kandungan kitab suci taurat. Ketika itu, Allah memerintahkan malaikat mengangkat gunung Thunsina ke atas kepala mereka.
Tafsir surah al-A’raf ayat 7
     •  
Artinya:
“Maka Sesungguhnya akan kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang Telah mereka perbuat), sedang (kami) mengetahui (keadaan mereka), dan kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka)”. (QS. Al-A’raf: 7)
Tafsir surah al-Baqarah ayat 93
                             
Artinya:
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". dan Telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi Karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat[74] perbuatan yang Telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat)”. (QS. Al-Baqarah: 93).
b. Munasabah akhir surah dengan awal surah
Surah an-Naba ayat 40
               
Artinya:
“Sesungguhnya kami Telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang Telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata:"Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah". (QS. An-Naba: 40).
Akhir suran an-Naba ini menguraikan tentang keinginan orang-orang kafir untuk tidak wujud sebagai manusia tetapi sebagai tanah atau tidak dibangkitkan dari kubur dan tetap berada di sana menyatu dengan tanah.
Surah an-Naziat 1
•  
Artinya:
“Demi (Malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras”,
Awal surah an-Naziat ini menguraikan tetnang malaikat-malaikat yang mencabut nyawa manusia baik yang mukmin atau yang kafir
c. Munasabah uraian awal satu surah dengan penutupnya
Surah al-Mursalat ini diuraikan pengingkaran kaum musyrikin terhadap keniscayaan kiamat dan karena itu mereka wajar mendapat kecelakaan yang berlipat ganda.
Akhir surah al-Mursalat di akhiri dengan pertanyaan bahwa kalau merka tidak mempercayai informasi al-Quran maka tidak lagi selainnya yang dapat mereka percayai.
Ternyata tetap berisi keras meragukan dan menolak bahkan saling membicarakan hal tersebut baik dengan tujuan mengejek atau senda gurau atau menampakkan kemustahilannya.
Awal surah al-Naziat
•   •           

Artinya:
1. Demi (Malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,
2. Dan (Malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,
3. Dan (Malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
4. Dan (Malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,
5. Dan (Malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia)
Karena itulah awal surah ini mengajukan pertanyaan yang tujuannya adalah menampakkan kebenaran atas sikap mereka, serta memperingatkan dan mengancam mereka.

DAFTAR PUSTAKA


Azzan Drs. Ahmad, Metodologi Ilmu Tafsir, Tafakur, Bandung, 2007.
Baidan, Dr. Nashruddin, Metodelogi Penafsiran Al-Quran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002, Jilid 1 dan 5.
Tim Cendikiawan Muslim, Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta Jilid 7.

UPACARA DAN KEBAKTIAN

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam Hinduisme dan Budhisme ini, menyangkut tentang upacara dan kebaktian khususnya dalam agama hindu, karena agama Hindu adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk negri India sekarang. Agama ini timbul dari bekas-bekas reruntuhan ajaran-ajaran weda dengan mengambil pokok pikiran dan bentuk-bentuk rupa india purbakala. Agama hindu juga suatu agama yang berevolusi dan merupaka kumpulan adat istiadat dan suatu cara hidup daripada merupakan kumpulan kepercayaan.
Sedangkan agama Budha merupakan agama yang bergerak dalam pemikiran Hindu pada kebanyakan prinsipnya, yang agama-agama itu berasal dari Sidharta Gautama.
Dari agama Hindu ituah muncul dari sistem kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang maka terjadilah upacara dan kebaktian untuk pemuja roh-roh tersebut, supaya didalam kehidupan mereka terjadi aman dari segalanya dan mendapatkan kenikmatan hidup atas upacara-upacara dan kebaktian yang telah mereka lakukan kepada Dewa-dewa roh-roh tersebut, dan dengan memberikan sesajen-sesajen dari hasil pertaniannya.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Upacara dan Kebaktian
1. Pengertian Upacara
Upacara adalah suatu rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama. Dalam suatu upacara yang terkait dengan aturan adat dan agama, seperti upacara ritual (ritus), sembahyang, upacara kurban, dan lain-lain. Sedangkan di dalam agama Hindu yang terkait dengan upacara keagamaan, seperti persembahyangan, persembahan atau korban (Yahna), dan lainnya.
Upacara juga merupakan suatu aspek terakhir dari unsur keimanan dalam sistem agama Hindu, karena itu ia merupakan kedudukan yang sangat penting pula yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap umat Hindu.
Dalam kitab Reg Weda, yang dikemukakan ada 4 macam cara untuk mencapai tujuan atau pemujaan kepada Tuhan di dalam maksud upacara tersebut yaitu:
a. Dengan melalui cara mengucapkan mantra-mantra, cara ini dikenal pula dengan istilah bhakti-marga.
b. Dengan melalui cara menyanyikan lagu-lagu pujian atau Hymn misalnya melagukan mantera dan storta, cara ini dikenal dengan istilah wibhukti-marga.
c. Dengan melalui cara keilmuan, misalnya mengamati dan mengamalkannya, cara ini dikenal dengan Jnana-Marga.
d. Dengan melalui cara melakukan yadnya yaitu yang disebut ajaran karma-marga.
2. Pengertian kebaktian
Biasanya pengertian kebaktian ini lebih cenderung pada agama Kristen, tetapi disini pengertian kebaktian itu berdasarkan agama Hindu.
Kebaktiana berasalh dari kata bakti yaitu patuh, tunduk, dan hormat. Jadi bisa dikatakan bahwa kebaktianadalah merupakansesuatu hal yang dilakukan oelh orang-orang yang beragama Hindu untuk beribadah kepadaroh-roh nenek moyang yang suci. Maksudnya dalamarti ibadah tersebut adalah merupakan patuh, tunduk, dan hormat kepada roh-roh nenek moyang yang suci, dari cara pelaksanaannya yang mereka lakukan adalah dengan cara-cara yang sacral seperti ritual, upacara kurban, sembahyang, doa dan lain-lain, serta mereka menganggap bahwa ibadah itu merupakan hal yang skral pula.

B. Upacara-upacara dan Kebaktian dalam Agama Hindu
1. Upacara dalam agama Hindu
Yang termasuk upacara di dalam agama hindu ini adalah sebagai berikut:
a. Ritual (ritus)
Dalam upacara keagamaan, ritual ini merupakan kepercayaan kepada kesakralan sesuatu menuntut ia diperlakukan secara khusus yang tidak dpat dipahami secara ekonomi dan rasional, seperti cara perlakuan terhadap sesuatu yang disakralkan, yaitu melakukan tawaf di sekeliling ka’bah, pada umumnya tidak dapat dipahami keuntungan dan alasan rasional, upacara, persembahan, sesajen, dan lain-lain.
Sebagai kata sifat, ritual adalah segala yang dihubungkan atau disangkutkan, sedangkan sebagai kata benda adalah segala yang bersifat upacara keagamaan, seperti upacara gereja katolik.
Dalam agama upacara ritual ini biasa dikenal dengan ibadat, kebaktian, berdoa, atau sembahyang.
Sedangkan di dalam agama Hindu, ada dua macam ritual Hindu yang lazim di kalangan orang Hindu masa kini, yaitu sebagai ritual keagamaan vedis dan agamis. Ritual-ritual vedis meliputi kurban-kurba kepada para dewa, suatu upacara kurban berupa melakukan persembahan seperti sesajian makanan-makanan dan dalam kesempatan tertentu berupa binatang. Biasanya sesajin ini ditempatkn pada baki suci di lemparkan ke dalam api suci yang di nyalakan di atas altar pengorbanan.
Suatu perbedaan antara upacara-upacara keagaman umum yang besar dengan upacara domestik. Upacara-upacara keagaman umum dilakukan dengan rumusan samhita dan memerlukan perapian. Sedangkan upacara keagamaan domestik dilakukan di depan tungku keluarga oleh kepala keluarga yang menggunakan rumusan dari kumpulan doa-doa khusus.
Ritual vedis bertujuan untuk mengangkat, memperkuat prosedur-prosedur sekular yang berkaitan dan bertujuan untuk menetapkan suatu hubungan antara dunia ilahi dengan dunia manusia.
Ritual agamis memusatkan perhatian pada penyembahan antara dunia ilahi dengan dunia manusia.
Ritual agamis memusatkan perhatian pada penyembahan pujaan-pujaan pelaksanaan puasa serta pesta-pesta yang termasuk bagian agama Hindu yang merakyat. Barang pujaan, yang hanya merupakan tanda untuk makhluk tertinggi melambangkan yang ilahi.
Bentuk khas dari praktik keagamaan Hindu adalah cara penyembahan yang disebut puja. Dalam suatu rangkaian ritual, modelnya wang-wangian. Makanan dan minuman di persembahkan kepadanya. Patung tersebut diarak keluar dari halaman kuil.
Dalam agama vedis, Agni adalah dewa yang menjadi tempat kesatuan antara dunia ilahi dan dunia manusiawi. Agni sebagai api melahap pengurbanan dan sebagai imam mempersembahkannya kepada dewa-dewa yang ada di atas. Ia adalah peneggah antara dewa dan manusia
b. Upacara kurba
Ritus-ritus inisiasi dipraktekkan untuk menysucikan situasi-situasi kritis dan marginal dalam hidup indivdu dan kolektif. Persiapan-persiapan sebelum kelairan, upacara-upapcara sekitar kelahiran, inisiasi memberikan nama waktu pubertas, perawinan, sakit dan upacara-upacara pemakaman diselenggarakan di seluruh dunia untuk mencegah bahaya-bahaya yang tersembunyi.
Upacara kurban mempunyai tempat utama karena dengan manusia religus mengadakan pesembahan diri kepada dewa lewat suatu pemberian, dan hubungan serta komunikasi yang erat antara dia dengan dewa ditetapkan lewat keikutsertaan dan ambil bagian dalam persembahan yang disucikan, sebagai unsur dari fenomena sebagai dampak dalam agama-agama di dunia.
Upacara kurban dalam Hindu, yang berupa persembahan hadiah dengan maksud untuk memperoleh keuntungan-keuntungan dari Tuhan, seperti kemakmuran, kesehatan, panjang umur, ternak, keturunan, dan lain-lain. Upacara kurban bukan hanya suatu pesembahan, tetapi juga suatu penyucian, suatu perpindahan dari yang profane kepada yang kudus, yang mengubah bentuk kurban yang dipersembahkan maupun orang yang mempersembahkannya. Melalui kurban itulah komunikasi antara yang kudus dan yang profane di bangun, yang juga merupakan suatu tindakan penghormatan kepada dewa-dewa dengan peribadahan.
Upacara-upacara kurban dibedakan menjadi upacara kurban domestik dan umum sesuai dengan hadir tidaknya imam-imam dan menurut jumlah api yang digunakan upaara-upaara kurban domestik dijalankan dengan mnggungakan api, melemparkan butiran-butiran beras yang direndam dengan minyak mentega dan mengucapkan mantra-mantra. Sedangkan kepala rumah tangga melakukannya di atas perapiannya sendiri, persembahan yang dilakukan merupakan hasil-hasil bumi yang mereka tanam.
Upacara-upacara kurban umum dilakukan oleh imam-imam di altar, dijalankan dengan mnggunakan api, melemaparkan butiran-butiran beras Yang direndam dengan minyak mentega dan mengucapkan mantra-mantra. Tetapi upaara-upacara ini tidak menggunakan persembahan dari hasil-hasil bumi, tetapi dengan binatang seperti kurban kuda, upacara ini merupakan pesta kerajaan dan rakyatnya.
Dari aspek lain, upaara kurban adalah suatu penyatuan mistik di dalam mana pengurban melahirkan masa depannya sendiri di altar, dan melalui uptttacara kurbanlah manusia menebus keberadaanya dari para dewa.

C. Sembahyang
Pada tiap hari raya piodalan, tempat-tempat suci dan pada hari-hari tertentu, orang-orang mengadakn upacara persembahyangan yang disertai pula dengan upacara banten. Persembahyangan ini ada yang dilakukan sendiri-sendiri dan ada pula secara besama-sama.
Rangkaian persembahyangan baik yang dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang merupakan hasil keputusan mahasabha perisada hidup Dharma Indonesia ke VI di Jakarta tahun 1991, sebagai berikut:
1. Persiapan sembahyang
Yang meliputi persiapan secara lahir dan batin. Secara lahir persiapan itu dapat meliputi kebersihan badan, sikap duduk yang baik, pengaturan nafas, sikap tangan dan lain-lain. Yang merupakan sarana penunjang persiapan ini yaitu pakaian yang bersih yang tidak mengganggu ketenangan pikiran, adanya bunga dan dupa sedangkan persiapan atin adalah ketenangan dan kesucian pikiran.
2. Puja Trisadhya
Setelah sikap badan itu baik, maka dilanjutkan dengan melaksanakan puja Trisdhya, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Asana, merupakan sikap duduk bersila (bagi pria) dan bersimpuh (bagi wanita) serta memusatkan pikiran kehadapan HyangWidhi, dengan mantra-mantra.
b. Pranayama, mengatur jalannya nafas, gunanya untuk menenangkan dan mengheningkan pikiran agar dapat menyatu dengan Hyang Widhi yang di sertai mantra-mantra
c. Karasoddhana (pembersihan tangan)
d. Mantra Trisandhya
3. Urutan-urutan sembah
Urutan-urutan sembah, baik pada waktu sembahyang sendiri maupun bersama-sama yang dipimpin oleh seorang pemangku. Namun terlebih dahulu yang perlu diperhatikan adalah sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang ialah kedua telapak tangan dikatupkan dan diletakkan di depan ubun-ubun adapun urutan-urutan sembah tersebut sebagai berikut:
a. Sembahyang puyung
b. Sembah kehadapan Hyang Widhi dalam manifestasnya sebagai sanghyang Aditya
c. Sembah kehadapan HyangWidhi sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembayangan. Ista Dewata artinya Dewata (pewujudan Tuhan) yang dipuja pada kwatu persembahyangan saat itu.
d. Sembah kepada Hyang Widhi seagai pemberi Anugrerah
e. Sembah Puyung, Sebagai Penghormatan pada dewa yang tak terpikirkan yang Maha Tinggi dan Ghaib.
Setelah persembahyangan selesai, maka dilanjutkan dengan mohon tirtha dan bija,. Tirtha adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara tertentu dan disebut dengan Tirtha Wangsuh pada Hyang Widhi. Tirtha ini dipercikkan di kepala, diminum dan dipakai mencuci muka yang bertujuan agar pikiran dan hati kita menjadi bersih dan suci, yaitu bebas dari kotoran, noda dan dosa, kecemaran dan sejenisnya.
Sedangkan wija adalah biji kertas yang di cuci dengan air cendana. Wiji ini sebagai lambang kumara yaitu putra atau bija Bharata (Dewa) Siwa. Kumara adalah benih ke-siwa-an yang bersemayam di dalam diri setiap orang.
4. Doa
Dalam agama Hindu, doa yang disebut juga mantra, Stawa atau Brahma merupakan bagian yang penting dalam menumbuhkan dan memantapkan keyakinan kita terhadap adanya Hyang Widhi. Doa-doa ini selalu disampikan pada setiap kegiatan atau kejadian untk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Doa merupakan salah satu unsur keyakinan yang mempunyai kedudukan yang penting dan memiliki kegunaan serta manfat yang besar dalam pembinaan etika, moral, dan spiritual, oleh karena itu doa harus diyakini dan diucapkan atau disampaikan dengan kesucian serta ketulusan hati kepada HyangWidhi, sebagai puja dan puji guna tercapainya satu tujuan yang diharapkan di dalam hidup ini
Fungsi dan tujuan doa dalam kehidupan ini, yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai pernyataan rasa syukur atas anugerah Hyang Widhi yang telah menciptakan dunia dengan segala isinya, termasuk segala sesuatu yang diperlukan bagi kehidupan manusia dan semua makhluk.
b. Sebagai Sadhana untuk mohon perlindungan dan keselamatan serta agar selalu di jauhkan dari segala caobaan, rintangan, godaan hidup yang ingin mengganggu kehidupan kita.
c. Dengan doa, kita memohon anugerah kehadapan Hyang Widhi berupa kesucian lahir dan batin, kesempurnaan moral dan spiritual serta kebahagiaan hidup di dunian dan di akhirat.
Cara dan sikap berdoa, ada beberapa cara dan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Doa yang dilakukan dengan pengucapan kata-kata suci atau mantram
b. Doa yang dilakukan dengan bahasa simbul dalam bentuk upacara
c. Doa yang dilakukan dengan menggunakan upacara dan mantram sekaligus
Doa-doa ini dlakukan dengan mengucapkan mantram sesuai dengan tujuan masing-masing, tanpa menggunakan sarana atau bahasa simbul.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Upacara adalah suatu rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan adat atau agama. Dan juga merupakan aspek terakhir dari unsur keimanan dalam agama Hindu.
Cara untuk mencapai tujuan atau pemujaan terhadap Tuhan dalam agama hindu di dalam kitab Reg Weda, ada 4 macam, yaitu:
1. Melalui cara mengucapkan mantra-mantra
2. Melalui cara mengyanyikan lagu-lagi
3. Melaluui cara keilmuan
4. Melalui cara Yadnya
5.
Upacara-upacaranya yaitu:
1. Ritual (ritus)
2. Upacara kurban
3. Sembahyang
4. Doa
Sedangkan kebaktian adalah tunduk, patuh dan hormat kepada roh-roh nenek moyang yang suci, dan mereka anggap seperti ibadah dan cara pelaksaannya itu merupakan cara-cara yang mereka anggap sakral, seperti ritual, upacara kurban, sembahyang, doa dan lain-lain. Di dalam kepercayaan agama Hindu.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin, Agama dalam Kehidupan Masyarakat, Jakarta, PT Raja Grapindo Persada, 2006.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar B.Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990.
Dharamony, Mariasuasai, Fenomenologi Agama, Yogyakarta, Kanisisu, 1995.
Netra, Anak AGung Gde Dka, Tuntunan Dasar Agama Hindu, Jakarta, Hanoman Sakti, 1997.
Shalaby, Ahmad, Agama-agama Besar di Dunia,(Hindu, Jaina, Budha), Jakarta, Bumi Angkasa, 1998.

EVALUASI PENDIDIKAN PADA ANAK

Friday, December 19, 2008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dinegara-negara yang sudah maju, pendidikan di pandang sebagai sarana utama untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Untuk beberapa masalah sosial untuk beberapa masalah tertentu. Kesejahteraan bangsa dibebankan kepundak sekolah dan universitas. Diakui bahwa kritik-kritik sering muncul tentang sistem pendidikan yang sering berubah dan tidak seimbang. Kurikulum yang kurang tepat dengan mata pelajaran yang terlalu banyak dan tidak berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan dan lain sebagainya. Namun masalah yang paling parah pada setiap sistem pendidikan yaitu kurangnya evaluasi yang efektif.
Kesadaran akan hal tersebut merupakan salah satu langkah kearah perbaiklan, evaluasi dapat memberikan pendekatan yang lebih banyak lagi dalam memberikan informasi kepada pendidikan untuk membantu perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan. Singkatnya evaluasi telah diterima secara luas dalam pendidikan dan bidang-bidang lainnya yang relevan.
Paper ini membicarakan tentang pemahaman interaksi edukatif dari aspek evaluasi dan pengaruhnya terhadap pendidikan dan lebih dalam lagi membahas tentang pengertian evaluasi dan pembagian-pembagiannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalah dalam rumusan masalah ini meliputi:
- Memahami pengertian evaluasi dalam belajar.
- Mengetahui objek dan subjek evaluasi
- Mengetahui ragam evaluasi dan ragam alat evaluasi
- Mengetahui jenis dan teknik dalam evaluasi belajar
- Memahami pengaruh evaluasi terhadap pendidik, anak didik, orang tua peserta didik dan masyarakat.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan paper ini adalah:
1. Ingin mengetahui pengertian dan pentingnya evaluasi dalam sistem belajar mengajar
2. Ingin mengetahui objek, subjek, ragam, jenis dalam evaluasi
3. Ingin mengetahui pengasuh evaluasi terhadap pendidik, anak didik, orang tua, peserta didik dan masyarakat.

D. Metode Penelitian
Dalam penulisan paper ini, penulis menggunakan metode library research atau metode kepustakaan dimana seluruh data yang dipaparkan dalam paper ini berasal dari sumber-sumber bacaan yang ada hubungannya dengan karya tulis ini.

E. Sistematika Penulisan
Paper ini disusun atas 3 bab:
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan metode penelitian.
BAB II Pembahasan terdiri dari pengertian interaksi edukatif dari aspek evaluasi, objek dan subjek dalam evaluasi, ragam evaluasi, ragam alat evaluasi, jenis dan teknik evaluasi dan pengasuh evaluasi terhadap anak didik, pendidik orang tua didik dan masyarakat
BAB III Penutup, yang terdiri dari kesimpulan



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. (M.Chabib Thoha, 1996: 5-6).
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang menurut Tardif (1989) berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Selain kata evaluasi dan asesement ada pula kata lain yang searti dan relatif lebih masyhur dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan.
Tes THB (tes Hasil Belajar) dan TPB (Tes Prestasi Belajar) adalah alat-alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar-mengajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proeses belajar mengajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran. Sementara itu, istilah evaluasi biasanya digunakana untuk menilai hasil pembelajaran para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti Evaluasi Belajar Tahap Akhir dan Evaluasi Belajar tahap Akhir Nasional (EBTA dan EBTANAS). (Muhibbin Syah, 1996: 158-159).
Penegertian evaluasi ialah:
1. Merpakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat,
2. Kegiatan yang dimaksud merupakan bagian integral dari penddiikan sehingga arah dan tujuan evaluasi harus sejalan dengan tujuan pendidikan/pengajaran.
3. Evaluasi harus memiliki dan berdasarkan kriteria keberhasilan yaitu keberhasilan dari:
a. Belajar, mahasiswa
b. Mengajar dosen dan
c. Program pengajaran
4. Evaluasi merupakan suatu ters, maka evaluasi dilaksananakan sepanjang kegiatan program pendidikan.
5. Evaluasi bernialai positif, yaitu mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar mahasiswa, kemampuan mengajar dosen serta menyempurnakan program pengajaran.
6. Evaluasi merupakan alat (the means) bukan tujuan (the end), yang digunakan untuk menilai apakah proses perkembangan telah berjalan semestinya? Dan apakah tujuan pendidikan telah tercapai dengan program dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.
7. Evaluasi adalah bagian yang sangat penting dalam suatu sistem yaitu sistem pengajaran untuk mengetahui apakah sistem itu baik atau tidak. Evaluasi yang diteliti akan membawa pangajaran yang efektif. (slameto, 1997: 58).

B. Tujuan Dilaksanakannya Evaluasi
1. Memperoleh informasi yang diperlukan untuk meningkatkan produkutivitas serta efektivitas belajar siswa.
2. Memperoleh bahan feed back.
3. Memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan mengajar guru,
4. Memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbaiki, menyempurnakan serta mengembangkan program.
5. Mengetahhui kesukaran-kesukaran apa yang dialami siswa selama belajar dan bagaimana mencari jalan keluarnya. (Slameto, 1998: 15).

C. Prosuder Evaluasi
Prosedur dalam mengadakan evaluasi dapat dibagi atas beberapa langkah atau beberapa step. Menurut Mochtar Buchari M, Ed, membagi Prosedur evaluasi atas enam langkah pokok.
1. Perencanaan ialah merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dilaksanakan dalam suatu proses pendidikan didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai dalam program.
2. Perencanaan ialah menetapkan aspek-aspek yang harus dinilai
3. Perencanaan iaah menentukan metode evaluasi yang akan dipergunakan
4. Perencanaan ialah memilih atau menyususn alat-alat evaluasi yang akan di pergunakan.
5. Perencanaan ialah menentukan kriteria yang akan dipergunakan
6. Perencanaan ialah menetapkan frekuensi evaluasi.(Wayan Nurkancana, P.P.N. Sumartana, 1986: 8-9).

D. Mengapa Dalam Pendidikan Diperlukan Evaluasi
Ada tiga alasan utama mengapa dalam kegiatan pendidikan selalu meemrlukan evaluasi. Pertama, apabila dilihat dari pendekatan proses, kegiatan pendidikan secara sederhana dapat digambarkan dalam segitaga sebagaimana dikemukakan oleh David McKay ang menggambarkan interaksi ketiga proses tersebut sebagai berikut:

Educational
Objectives


Learning Experiences Evaluation Prosedures
(Julian Stanley dan Kenneth D. Hopkins, 1978: 6)
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui hubungan interpendensi antara tujuan pendidikan, proses belajar-mengajar, dan prosedur evaluasi. Tujuan pendidikan akan mengarahkan bagaimana pelaksanaan proses belajar-mengajar yang seharusnya dilaksanan, sekaligus merupakan kerangka acuan untuk melaksanakan kegiatan evaluasi hasil belajar.
Alasan kedua, kegiatan mengevaluasi terhadap hasil belajar merupakan salah satu ciri dari pendidik profesional.
Ketiga, bila dilihat dari pendekatan kelembamgaan, kegiatan pendidikan adalah merupakan kegiatan manajemen, yang meliputi kegiatan planning, programming, organizing, actuating, controlling dan evaluating. Dua hal yang terakhir ini hampir merupakan titik lemah dalam manajemen tradisional yang menganggap bahwa fungsi control dan evaluasi pada setiap proses termasuk pendidikan, dianggap sebagai upaya mengurangi kebebasan dan kemerdekaan para pelaksana kegiatan tersebut. oleh karena itu berdasarkan tiga alasan utama tersebut di atas evaluasi sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, baik ditinjau dari segi profesionalisme tugas kependidikan, proses dan manajemen pendidikan itu sendiri mengharuskan adanya aktivitas evaluasi. (M. Chabib Thoha. 1996: 4).

E. Objek Evaluasi
Objek atau sasaran penelitian adalah segela sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.
Dengan masih menggunakan diagram tentang transformasi, maka obyek penilaian meliputi:
a. Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal:
1. kemampuan
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/ sekolah/institusi, maka calom siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan.
2. kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku.
3. Sikap-sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejela gambaran kepribadian yang memancar keluar.
4. Inteligensi
Untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli.dalam hal ini yang terkenal adalah tes bantuan Binet dan Simon yang dikenal dengan tes Binet- Simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang lain misalnya SPM, Tintum dan sebagainya.
b. Transformasi
unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi obyek penilaian antara lain:
1) Kurikulum/materi
2) Metode dan cara penelitian
3) Sarana pendidikan/media
4) Sistem administrasi
5) Guru dan persoalan lainya
c. Output
Penelitian terhadap lulusan sesuatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program.

F. Subyek Evaluasi
Yang dimaksud dengan subyek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut sebagai subyek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.
Contoh:
a. Untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau penciptaan, maka sebagai subyek evaluasi adalah guru.
b. Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan sebuah skala, maka sebagai sudyeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk
c. Untuk melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana menggunakan sebuah alat ukur yang sudah distandardisir, maka subyeknya adalah ahli-ahli psikologi. (Suharsimi Arikunto, 1997: )

G. Ragam Evaluas
1. Pretest Dan Test
Kegiatan pre tes dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi tarap pengetahuan siswa mengenai bahan akan disajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan sering tidak memperlakukan instrument tertulis.
Post test adalah kebalikan dari pre test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui tarap penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan cukup dengan menggunakan instrumen sederhana yang berisi item-item yang jumlahnya singkat terbatas.
2. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
3. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrumen evaluasi jenis ini dititik beratkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan.
4. Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuan ialah memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi dignostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit/kesulitan)
5. Evaluasi Sumatif
Ragam penilaian sumatif dilakukan untuk mengatur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran.
6. Ebta Dan Ebtanas
EBT (evaluasi belajar tahap akhir) dan EBTANAS (evaluasi belaja tahap Akhir Nasional) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa. Namun, EBTA dan EBTANAS ini dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu seperti jenjeng SD dan MI (madrasah ibtidaiyah). Dan seterusnya. (Muhibbin Syah: 1996: 158-159).

H. Ragam Alat Evaluasi
1. Bentuk Obyektif
a. Tes benar salah
Tes ini merupakan alat evaluasi yang paling bersahaja, baik dalam hal susun item-itemnya maupun dalam hal cara menjawabnya. Soal-soal dalam tes ini berbentuk pertanyaan pilihan hanya dua macam yakni benar dan salah.
b. Tes pilihan berganda
Iten-item dalam tes pilihan berganda biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang dapat di jawab dengan memilih salah satu dari empat atau lima alternatif jawaban yang mengiringi setiap soal
c. Tes pencocokan (menjodohkan)
Tes pencocokan (matching test) di susun dalam dua daftar yang masing-masing memuat kata, istilah atau kalimat yang diletakkan bersebelahan tugas siswa Dalam menjawab item-item soal ialah mencari pasangan yang selaras antara kalimat atau istilah yang ada pada daftar.
d. Tes isian
Alat tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan pendek yang ada pada bagian-bagian yang memuat istilah atau nama tertentu yang dikosongkan. Tugas siswa dalam hal ini berpikir untuk menemukan kata-kata yang relevan dengan karangan tersebut.
e. Tes Perlengkapan
Cara menyelesaikan tes melengkapi pada dasarnya sama dengan cara menyelesaikan tes isian. Perbedaan terletak pada kalimat. Kalimat-kalimat yang digunakan sebagai isntrumen


2. Bentuk subyektif
Alat evaluasi yang berbentuk tes subyektif adalah alat pengukur prestasi belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan skor atau angka pasti, hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para siswa. Instrument evaluasi mengambil bentuk essay examination. (Muhibbin Syah, 1999: 180-181).

I. Jenis-jenis Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
 Fungsi: untuk memperbaiki proses belajar mengajar kearah yang lebih baik, atau memperbaiki program satuan pelajaran yang telah digunakan.
 Aspek-aspek yang dinilai: yang berkenaan dengan hasil kemajuan belajar murid, meliputi: pengetahuan, ketentraman,sikap dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah disajikan.
 Waktu pelaksanaan: setiap akhir pelaksanaan satuan program belajar mengajar.
2. Evaluasi Sumatif:
 Fungsi: untuk menentukan angka/nilai murid setelah mengikuti program pengajaran dalam satu catur wulan, semester, akhir tahun atau akhir dari suatu program bahan pelajaran dari suatu unit pendidikan.
 Aspek-aspek yang dinilai ialah kemajuan belajar, meliputi: pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan murid tentang materi pelajaran yang sudah diberikan.
 Waktu pelaksanaan: akhir catur wulan, semester, atau akhir tahun.
3. Evaluasi Placement ( penempatan)
 Fungsi: untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak tersebut dapat ditetapkan pada posisinya yang tepat.
 Aspek-aspek yang dinilai: meliputi: keadaan fisik, psikis, bakat, kemampuan/pengetahuan, keterampilan, sikap dan lain-lain aspek yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan anak selanjutnya.
 Waktu pelaksanaan: penilaian ini sebaiknya dilaksanakan sebelum anak mengikuti proses belajar-mengajar yang permulaan. Atau anak tersebut baru akan mengikuti pendidikan di suatu tingkat tertantu.
4. Evaluasi diagnostik:
 Fungsi: untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu. Dan bagimana usaha untuk memecahkannya.
 Aspek-aspek yang dinilai: hasil belajar, latar belakang kehidupan anak, keadaan keluarga lingkungan dan lain-lain.
 Waktu pelaksanaan: dapat dilaksanakan setiap saat sesuai dengan kebutuhan. (abu Ahmadi, Widodo Supriyono, 1991: 151-152).

J. Teknik-teknik Evaluasi
1. Teknik- teknik Tindak Lanjut Jangka Panjang
Teknik ini digunakan untuk menilai siswa yang telah lulus dan telah bekerja atau menempati pekerjaan tertantu.
2. Teknik Penelitian Perubahan Perilaku dalam Jangka Panjang
Ada tiga teknik yang dapat digunakan, yakni:
a. Observasi langsung terhadap si pelaku
b. Pengukuran tak langsung terhadap si pelaku
c. Pengukuran dengan bantuan oaring lain
3. Teknik Pengukuran dalam Kontek Latihan (training)
a. teknik pengukuran langsung dengan sistem evaluasi kemampuan bekerja (job performance) berdasarkan laporan dari para supervisor.
b. Pengukuran dampak secara tidak langsung mengukur perubahan-perubahan dalam aspek produktivitas, tingkat kekeliruan, kecepatan atau kualitas kerja.
c. Pengukuran berdasarkan informasi pihak kedua, dengan mewawancarai si pelaku, kuesioner, catatan harian si pelaku sendiri, wawancara dengan atasannya.
d. Teknik mengukur reaksi-reaksi dalam jangka panjang observasi langsung terhadap sikapnya terhadap pekerjaan.
4. Teknik pengukuran dalam kontek pendidikan
a. Teknik pengukuran langsung dalam hal ini ada pekerjaan dan laporan secara formal. Caranya diambil sample dari siswa dan diamati serta dibuat catatan harian.
b. Pengukuran dampak secara tidak langsung mengatur perubahan-perubahan dalam standar hidup, kualitas kehidupan, kesadaran sosial, partisipasi dalam kegiatan pemerintahan/pembangunan
c. Pengukuran berdasarkan informasi pihak kedua
d. Observasi langsung tentang usaha-usaha pendidikan lanjutan. (Oemar Hamalik, 1990, 269-217).

K. Pengaruh Evaluasi Terhadap Belajar
1. Fungsi evaluasi bagi pendidik
Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima macam fungsi, yaitu:
a. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya.
b. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
c. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik.
d. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya
2. Fungsi evaluasi bagi peserta didik
Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan berfungsi:
a. Mengetahui kemampuandan hasil belajar
b. Memperbaiki cara belajar, dan
c. Menumbuhkan motivasi dalam belajar
Bagi sekolah, evaluasi pendidikan berfungsi:
a. Mengukur mutu hasil pendidikan
b. Mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah
c. Membuat keputusan kepada peserta didik, dan
d. Mengadakan perbaikan kurikulum
3. Fungsi evaluasi bagi orang tua peserta didik
Bagi orang tua peserta didik, fungsi evaluasi pendidikan adalah untuk:
a. Mengetahui hasil belajar anaknya:
b. Meningkatkan pengawasan dan bimbingan serta bantuan kepada anaknya dalam usaha belajar, dan
c. Mengarahkan pemilihan jurusan, atau jenis sekolah pendidikan lanjutan bagi anaknya.
4. Fungsi evaluasi bagi masyarakat dan pemakai jasa pendidik
Pemakai jasa pendidikan, adalah untuk:
a. Mengetahui kemajuan sekolah
b. Ikut mengadakan kritik dan saran perbaikan bagi kurikulum pendidikan pada sekolah tersebut, dan
c. Lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usahanya membantu lembaga pendidikan (M.Chobib Thoha, 1996: 7).
5. Memberikan petunnjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
 Evaluasi yaitu proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai
Evaluasi juga mengetahui tarap kesiapan daripada anak-anak untuk menempuh suatu pendidikan tertentu.
 Fungsi Evaluasi dalam pendidikan
a. Untuk mengetahui tarap kesiapan daripada anak-anak untuk menempuh suatu pendidikan tertentu
b. Untuk mengetahui jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan
c. Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat dilanjutkan dengan bahasa yang baru atau tidak
d. Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi dalam bimbingan tentang jenis pendidikan atau jenis jabatan yang cocok untuk anak tersebut.
e. Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi untuk menentukan apakah seorang anak dinaikan kedalam kelas yang lebih tinggi atau tidak
f. Untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh anak-anak sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum
g. Untuk menafsirkan apakah seorang anak telah matang untuk dilepaskan kedalam masyarakat
h. Untuk mengadakan seleksi, untuk mendapatkan calon yang paling cocok untuk suatu jabatan atau suatu pendidikan tertentu.
i. Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang di gunakan dalam lapangan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta Pendidikan
Arikunto, Suhasimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 1990. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bandung, Citra Aditya Bakti.
Nurkancana, Wayan, Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
Slameto, 1998, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Sudijono, Anas. 1998, Pengatar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Syah, Muhibbin, 1999. Psikologi Belajar, Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu.
Syah, Muhibbin. 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Thoha, M, Chabib. 1996. Teknik Evaluasi Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester, (SKS), Jakarta: Bumi Aksara.

MOTIVASI KERJA

BAB I
PENDAHULUAN


Manajer atau pemimpin adalah orang-orang yang mencapai hasil melalui orang lain. Orang lain itu adalah para bawahan. Berhubung dengan itu menjadi kewajiban dari setiap pemimpin agar para bawahannya berprestasi. Prestasi bawahan, terutama disebabkan oleh dua hal yaitu: kemampuan dan daya dorong. Kemampuan dan sifat-sifat pribadi, sedang daya dorong dipengaruhi oleh sesuautu yang ada dalam diri seseorang dan hal-hal lain di luar dirinya.
Daya dorong yang ada dalam diri seseorang, sering disebut motivasi. Daya dorong di luar diri seseorang, harus ditimbulkan pemimpin dan agar hal-hal di luar diri seseorang itu turut mempengaruhinya, pemimpin harus memilih berbagai sarana atau alat yang sesuai dengan orang itu.
Sejak adanya hubungan atasan-bawahan, manusia telah berusaha meneliti daya dorong yang menyebabkan bawahan bertindak. Sejarah menunjukkan bahwa daya dorong itu berbeda dari masa ke masa. Dengan kata lain teori motivasi yang berlaku umum tidak akan pernah ada.
Dalam sejarahnya teori motivasi berkembang di era tahun 1950-an. Mula-mula orang menganggap bahwadaya dorong itu adalah ketakutan, pada akhirnya ternyata bukan demikian. Diadakan percobaan dengan penerapan perbaikan cara kerja sebagai hasil penelitian “time and motion studies”, ternyata bahwa hal ini bukan sepenuhnya benar. Pengertian yang mendalam kepada manusia ternyata menjadi kunci ditemukannya daya pendorong manusia untuk bertindak.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi Kerja
Menuurt arti katanya, motivasi atau motivation berarti motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan. Dalam kamus administrasi, Drs. The Liang Gie CS, memberikan perumusan akan motivating atau pendorong kegiatan sebagai berikut: “pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer dalam memberikan insprasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawannya untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan ornag-orang atau karyawan agar mereka besemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari ornag-orang tersebut.
Di bawah ini tercantum beberapa definisi atau pengertian motivasi kerja dari sejumlah penulis sebagai berikut:
• George R. Terry berpendapat “motivasi kerja adalah suatu keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak sesuatu”.
• Dr. Sondan P. Siagian, MPA berpendapat bahwa: “Motivasi kerja merupakan keseluruhan proses pemberian motiv berkerja para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.
• Wahjosumadjo menyatakan, “motivasi kerja merupakan suatu prsoses psikologis yang mencerminkan interaski antara sikap kebutuhan persepsi dan kepuasan yang terjadi pada diri seseorang
• G. Terry mengemukakan bahwa “Motivasi diartikan sebagai mengusahakan supaya seseorang dapat menyelesaikan mempekerjaan dengan semangat karena ia ingin melaksanakannya”.
• M. Manullang memberikan pengertian motivasi sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang-orang karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang-orang tersebut.

B. Dasar-dasar Pokok Motivasi Kerja
Pada dasarnya motivasi dapat mamacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produkitvitas kerja karyawan sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaaan., sumber motivasi ada tiga faktor, yakni (1). Kemungkinana untuk berkembang, (2). Jenis pekerjaan ,dan (3). Apakah mereka dapat merasa bagga menjadi bagian dari perusahaan tempat mereka bekerja. Di samping itu terdapat beberapa aspek yang terpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, yakni: rasa aman dalam bekerja, mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif. Lingkungan kerja yang menyengangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari manajemen. Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, pekerjaan yang menarik menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan, kejelasan akan standar keberhasilan, output yang diharapkan serta, bangga terhadap pekerjaan dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.
Pada dasarnya proses dapat digambarkan jika seseorang tidak puas akan mengakibatkan ketegangan, yang pada akhirnya akan mencapai jalan atau tindakan untuk memenuhi dan terus mencari kepuasan yang menurut ukurannya sendiri sudah sesuai dan harus terpenuhi. Sebagai contohnya, beberapa karyawan secara regular menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berbicara atau mendiskusikan sesuatu di kantor, yang sebenarnya hanya untk memuaskan kebutuhan sosialnya. Langkah ini sebagai suat usaha yang bagus, namun tidak produktif dapat mewujudkan hasil kerja atau target kerja.

C. Teori-teori Motivasi Kerja
1. Teori A. H. Maslow
Teori motivasi yang sangat terkenal adalah toeri kebutuan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri atas lima kebutuhan, yaitu: kebutuhan secara fisiologis, rasa aman, social, penghargan dan aktualisasi diri. Seperti terlihat pada gambar berikut:


Aktualisasi diri
Kebutuhan untuk menggunakan , skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian dan kritik terhadap Sesutu

Penghargaan diri
Kebutuhan akan harga diri, kebutuhan dihormati dan dihargai orang lain

Kepemilikan sosial
Kebutuhan merasa memiliki, kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai

Rasa aman
Kebutuhan rasa aman, kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup

Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis, kebutuhan makan, minum, perlindungan fisik, seksual, sebagai kebutuhan terendah


Diagram di atas menjelaskan bahwa urutan dan rangkaian kebutuhan seseorang selalu mengikuti alur yang dijelaskan oleh teori Maslow. Semakin ke atas kebutuhan seseorang semakin sedikit jumlah atau kuantitas manusia yang memiliki kriteria kebutuhannya, contohnya kebutuhan kategori self actualization/kebutuhan kebebasan diri untuk merealisasikan cita-cita/harapan individu untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya. Jika dilihat dari struktur dan keadaan masyarakat Indonesia, sumber daya manusia kita masih banyak pada peringkat kebutuhan fisiologis.
2. Teori David Mc Uelland
David Mc Clelland direktur pusat penelitian kepribadian di universitas Harvard menganalisis tentang tiga kebutuhan manusia yang sangat penting di dalam organisasi tentang motivasi mereka. Mc Clelland theory of needs memfokuskan kepada tiga hal, yaitu:
• Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan (Need for a chievement); kemampuan untuk mencapai hubungan kepada standar perusaahn yang telah ditentukan juga perjuangan karyawan untuk menuju keberhasilan.
• Kebuthan dalam kekuasaan/ororitas kerja (need for power), kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam keadaan yang wajar dan bijaksana dalam tugasnya masing-masing.
• Kebutuhan untk berafiliasi (need for affiliation); hasrat untuk bersahabat dan mengenal lebik dekat rekan kerja dalam organisasi.
3. Toeri Mc Gregor
Dogles Mc Gregor mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang manusia; negative dengan tanda x dan positif dengan tanda Y. Setelah melakukan penyelidikan tentang perjanjian seorang manajer dan karyawan, Mc. Gregor merumuskan asumsi-asumsi dan perilaku manusia dalam organisasi sebagai berikut:
Teori X (negative) merumuskan asumsi seperti:
• Manusia sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia akan menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja.
• Semenjak manusia tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus dia tur dan di kontrol bahkan mungkin ditakuti untuk menerima sanksi hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.
• Manusia akan menghindari tanggung jawabnya dan mencari tujuan formal sebisa mungkin.
• Kebanyakan manusia menempatkan keamanan dan di atas faktor lainnya yang berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan menggambarkannya dengan sedikit ambisi.
Sebaliknya teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
• manusia dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar, lumrah dan alamiah
• Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrakan diri sendiri jika mereka melakukan komitmen yang sangat objektif.
• Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah tersebar secara meluas diberbagai kalangan tidak hanya dari kalangan top manajement/dewan direksi jadi teori MC. Gregor ini lebih memihak kepada asumsi-asusmi Y dari perilaku sumber daya manusia di dalam organisasi. Boleh jadi, ide-ide secara partisipasi manusia dalam kepuasan kerjanya.
4. Teori M. Scott Myers
M. Scott Myers dari Texas menelaah 5 kelompok karyawan yaitu: ilmuwan, insinyur, penyelia pembuatan, teknisis pria yang dibayar berdasarkan jam, dan perakitan wanitan. Myers menerangkan 2 tipe karyawan: pencari motivas adalah karyawan yang dimotivasi oleh keberhasilan pelaksanaan, tanggung jawab, pertumbuhan, pengembangan, pekerjaan itu sendiri dan pengakuan, sedangkan pengelak motivasi biasanya terlalu memikirkan/merasa tidak puas dengan faktor-faktor seperti upah dan tunjangannya. Karena itu manajer yang ingin memotivasi karyawan harus menentukan orientasi kelompok dan sesudah itu menerapkan langkah-langkah perbaikan yang layak.
5. Toeri Frederick Herzberg
Menurut teori Herzberg, faktor-faktor yang berperan sebagai motivator terhadap pegawai, yakni yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik terjadi dari:
• Achievement (keberhasilan pelaksanaan)
Agar seorang bawahan dapat berhasil dalam pekerjaannya, maka pemimpin harus mempelajari bawahannya dan pekerjaannya dengan memberikan kesempatan agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil. Selanjutnya agar pemimpin memberi semangat pada para pegawainya sehingga pegawai telah berhasil mengerjakan pekerjaannya, pemimpin harus menyatakan keberhasilan itu.
• Recognition (pengakuan)
Pengakuan terhadap keberhasilan pegawai dapat dilakukan berbagai cara, yaitu:
- Memberi surat penghargaan
- Memberi hadiah berupa uang tunai
- Memberi medali, surat penghargaan, dan hadiah uang tunai
- Memberi kenaikan gaji dan promosi
• The work it self (pekerjaan itu sendiri)
Pemimpin membuat usaha-usaha yang riil dan meyakinkan, sehingga pegawai mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan berusaha menghindarkan kebosanan dalam pekerjaan pegawai serta mengusahakan agar pegawai sudah tepat dalam pekerjaannya.
• Responsibilities (tanggung jawab)
Agar responsibilities benar-benar menjadi motivator bagi pegawai, pemimpin harus menghindari supervise yang ketat, dengan memberikan pegawai bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi.
• Advancement (pengembangan)
Agar faktor ini benar-benar berfungsi sebagai motivator maka pemimpin dapat memulainya dengan melatih bawahannya untuk pekerjaan yang lebih bertanggung jawab. Selanjutnya pemimpin memberi rekomendasi tentang pegawai yang siap untuk mengembangkan, untuk menaikkan pangkatnnya atau dikirim mengikuti pendidikan atau latihan lanjutan.

D. Motivasi Bersifat Positif
Setiap pemimpin harus mempelajari setiap perilaku karyawan agar bisa menggunakan motivasi yang tepat dan cocok.
• Penghargaan terhadap pekerjaan
Kebanyakan manusia senang menerima pengakuan terhadap pekerjaan yang diselesaikannya dengan baik, berdiam diri saja tidak cukup. Terutama apabila pekerjaan baik dihargai tanpa, komentar, sementara pekerjaan jelek selalu diberikan teguran. Bagaimana penghargaan terhadap pekerjaan yang teselesaikan dengan baik akan menyenangkan hati itu.
• Komunikasi dan informasi
Pemberian informasi yang jelas akan sangat berguna untuk menghindari adanya gosip, desas-desus dan sebagainya harus ada informasi dan komunikasi kepada karyawan dengan baik, jelas dan terperinci. Hasilnya, setelah diberikan penjelasan atau informasi, mereka akan bersemangat atau termotivasi dalam bekerja.
• Persaingan, partisipasi dan kebanggaan
Pada umumnya, setiap orang sering bersaing secara sehat dan jujur. Sikap dasar ini bisa di manfaatkan oleh para pemimpin dengan memberikan motivasi persaingan yang sehat dalam menjalankan tugasnya. Pemberian hadiah untuk yang menang merupakan bentuk motivasi postif. Dengan dijalankannya partisipasi ini bisa di peroleh manfaat, seperti bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik karena banyak sumbangan pikiran, adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan. Kebanggan disini sebagai alat motivasi dengan persaingan dan pemberian penghargaan.

E. Berbagai Pandangan Motivasi Kerja Dalam Organisasi
- Model tradisional
Model motivas tradisional dihubungkan dengan tokoh Fredrick Taylor untuk memberikan dorongan kepada karyawan agar melakukan tugas mereka dengan berhasil, para manajer menggunakan sistem upah. Semakin banyak mereka menghasilkan/mencapai hasil kerja yang sempurna, semakin besar penghasilan mereka.
- Model hubungan manusiawi
Elton Maya dan peniliti tentang hubungan manusia lainnya menemukan bahwa kontak sosial yang dialami mereka, dan kebosanan serta rutinitas pekerjaan merupakan hal-hal yang mengurangi motivasi dalam bekerja. Sehingga mereka menganjurkan para manajer bisa memotivasi karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial dan membuat mereka merasa penting dan berguna. Perusahaan mencoba untuk mengakui kebutuhan sosial karyawan dan mencoba memotivasi mereka dengan meningkatkan kepuasan kerja. Para karyawan diberi lebih banyak waktu kebebasan untuk mengambil keputusan dalam pekerjaannya. Dalam model atasan mereka memperlakukan dengan baik dan tenggang rasa juga penuh perhatian atas kebutuhan mereka.
- Model sumber daya manusia
Tugas manajer dalam model ini, bukanlah menyuap para karyawan dengan upah atau uang saja tetapi juga untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan organisasi dan anggotanya, dimana setiap karyawan menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya masing-masing.

F. Insentif Bagi Para Manajer dan Eksekutif
1. Insentif jangka pendek bonus tahunan
Hal ini bertujuan untuk motivasi kinerja jangka pendek dari para manajer dan dikaitkan dengan keuntungan perusahahaan. Bonus ini dapat menghasilkan penyesuaian kurang lebih 25% lebih dari total pembayaran. Tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam hal ini adalah:
• Memenuhi syarat
Berdasarkan satu survei, sekitar 25% perusahaan memutuskan dapat memenuhi syarat berdasarkan pada sebuah kombinasi beberapa faktor, termasuk level/jabatan pekerjaan, level gaji pokok, dan pertimbangan kebebasan memilih,
Seorang eksekutif yang mendapatkan gaji dan $ 150.000 bisa mendapatkan bonus lagi 80%. Sedangkan seorang manajer yang mendapatkan $ 80.000 hanya bisa mendapatkan lagi 15% dari gaji bonus. Sebuah perusahaan biasa dapat membuat sebuah rencana dimana eksekutif bisa mendapatkan 45% dari gaji pokok, manajer 25% dan personalia penyeliaan 12%.
• Ukuran dana
Perusahaan juga harus memutuskan total jumlah bonus yang tersedia ukuran dana. Dalam hal ini perusahaan memiliki rumus masing-masing satu alternative adalah menyimpan sebuah jumlah minimal keuntungan.
• Penghargaan perorangan
Biasanya sebuah bonus target (dan juga jumlah maksimum, barangkali dua kali lipat bonus target) ditetapkan bagi setiap posisi yang memenuhi syarat, dan penghargaan aktual mencerminkan kinerja seseorang. Perusahaan menghitung peringkat kinerja bagi setiap manajer, menghitung perkiraan bonus total awal, dan membandingkan total jumlah uang yang dibutuhkan dengan dana bonus yang tersedia. Jika diperlukan, mereka kemudian menyesuaikan perkiraan bonus perorangan.
Perusahaan harus memiliki peraturan yang tepat, antara lain: jangan membayar pembuat kinerja yang luar biasa dengan jumlah yang kurang daripada target penghargaan mereka, bagaimanapun kinerja organisatoris dana berikan mereka penghargan yang lebih besar daripada yang anda berikan bagi manajer lainnya.
2. Insentif jangka panjang
Pengusaha menggunakannya untuk memasukkan perspektif kedalam keputusan para eksekutif mereka, dengan memberikan mereka mengakumulasikan modal (biasanya opsi untuk membeli saham perusahaan) yang hanya dapat dibuangkan setelah sejumlah tahun tertentu, insentif itu antara lain:
• Opsi saham
Opsi saham adalah hak untuk membeli sejumlah tertentu bagian dari saham perusahaan dengan melaksanakan opsi mereka untuk membeli bagian tersebut dimasa mendatang, tetapi pada harga saat ini asumsinya adalah bahwa harga saham itu akan naik. Sebagai contoh, diperkirakan bahwa ospi saham telah bertanggung jawab untuk hampir 63% dari kompensasi yang dibayarkan oleh perusahaan puncak Amerika tahun 2000 bagi para CEO mereka: hal itu dari 26% tahun 1994, dan 2% pada awal 1980-an. Pada tahun lalu, perusahaan seperti Apple Computer, Pacivic Care healt System, dan Lehman Brothers semuanya memberikan bagian dan opsi saham kepada para karyawan mereka yang sama dengan sekitar 15% dari total saham mereka yang beredar, opsi saham yang tidak memenuhi persyaratan adalah yang paling popular. Ospi mereka dalah untuk membeli saham pada harga awal, biasanya nilai pasar wajar pada waktu pemberiannya. Untuk itu, para CEO diberikan penghargaan pemberian mega opsi yaitu pemberian besar dimuka dalam bentuk pemberian tahunan.
• Rencana opsi saham berbeda
Karyawan berbeda cenderung untuk memiliki rencana opsi saham berbeda, rineka bagi karyawan penting (seperti eksekutif puncak) biasanya memberikan nilai tinggi yang sangat berarti dari saham yang dapat diterima karyawan.
Program karyawan penting mungkin hanya sampai pada segelintir eksekutif puncak dan memberikan insentif ekonomis yang berarti untuk memotivasi orang-orang ini dan mempertahankan mereka dalam dewan. Terlalu banyak opsi saham dapat menjadi terlalu berlebihan. Untuk itu, diperlukan pasar saham tergantung.
• Rencana lain
Rencana lain ini seperti hak apresiasi saham, rencana pencapaian kinerja, rencana saham terbatas dan rencana saham bayangan.
• Rencana kinerja
Rencana kinerja adalah rencana yang pembayaran nilainya tergantung atas kinerja keuangan yang diukur terhadap tujuan yang ditetapkan pada awal periode beberapa tahun atau disebut dengan bonus.
• Tunai versus opsi saham
Hal ini tetap berlaku walaupun perusahaan yang membayarkan bonus tunai telah menghabiskan lebih banyak dan untuk membayar rencana insentif mereka. Masalah yang paling serius adalah dengan mengenali ukuran kinerja yang tepat. Untuk itu hanya bisa menggunakan ukuran kinerja saham yang berhubungan dengan penciptaan kemakmuran pemegang saham. Seperti pengembalian hasil ekuiti.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
- Motivasi artinya dorongan, bertujuan untuk menggiatkan orang-orang atau karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang-orang tersebut.
- Sumber motivasi ada 3 yakni kemungkinan untuk berkembang, jenis pekerjaan dan apakah merka dapat merasa bangga menjadi bagian dari peusahaan tempat mereka bekerja.
- Teori-teori motivasi kerja ini dikemukakan oleh beberapa orang seperti A.H. Maslow, David Mc Clelland, Mc Gregor, M. Scott Myers, Frederick Herzberg
- Setiap pemimpin itu harus mempelajari setiap prilaku karyawan agar bisa menggunakan motivasi yang tepat dan cocok-seperti penghargaan terhadap pekerjaan, komunikasi dan informasi, pesaingan peristiwa dan kebanggaan.
- Pandangan motivasi kerja dalam organisasi ada 2: model tradisional dan model hubungan manusiawi.
- Insentif bagi para manajer dan eksekutif terbagi 2: jangka pendek dan jangka panjang.


DAFTAR PUSTAKA
M.Manullah, Manajemen Personalia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2001.
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Jakarta, PT. Raja Grafindo , 2006
M.Ma’ruf Abdullah, Manajemen Sumber Daya Manusia, Banjarmasin, Antasari Press, 2007
Bary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, Indonesia, PT Indeks Gremadia, 2005

KOMPENSASI

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam uraian-urayan sebelumnya telah dibahas berbagai tugas dan kewajiban karyawan dalam organisasi. Dalam bab ini akan diururaikan hak-hak yang harus diterima oleh karyawan sebagai imbalan atau kompensasi setelah mereka menjalankan kewajiban.
Definisi kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balasan jasa untuk kerja mereka, dalam suatu organisasi masalah kompensasi merupakan suatu yang sangat kompleks, namun paling penting bagi karyawan maupun organisasi itu sendiri.
Kompensasi sangat penting bagi karyawan itu sendiri sebagai individu, karena besarnya kompensasi merupakan pencerminan atau ukuran nilai pekerjaan karyawan itu dan kepuasan kerja karyawan. Apabila kompensasi diberikan secara tepat dan benar para karyawan akan memperoleh kepuasan kerja dan akan termotipasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Akan tetapi bila kompensasi itu diberikan tidak memadai atau kurang telpat, perestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan akan menurun.
Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian kompensasi, tujuan manajemen kompensasi, faktor-faktor yang mempengaruhi system kompensasi, pengaruh lingkungan eksternal pada kompensasi, pengaruh lingkungan internal pada kompensasi, komponen-komponen kompensasi, kompensasi pelengkap, tahapan menetapkan kompensasi, dan tantangan dalam kompensasi.


BAB II
PEMBAHASAN
KOMPENSASI

1. PENGERTIAN KOMPENSASI
Kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian. Pemberian kompensasi kepada karyawan harus mempunyai dasar yang logis dan rasional.
Kompensasi sangat penting bagi karyawan itu sendiri sebagai individu, karna besarnya kompensasi merupakan pencaerminan atau ukuran nilai pekerjaan karyawan itu sendiri. Sebaliknya besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Apa bila kompensasi diberikan secara tepat dan benar para karyawan akan memperoleh kepusan kerja dan termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Apabila kompensasi itu diberikan tidak memadai atau kurang tepat, prestasi, motivasi, dan kepuasan kerja karyawan akan menurun.
Kompensasi bukan hanya penting untuk para karyawan saja, melainkan juga penting bagi organisasi itu sendiri , karena program-progam kompensasi merupakan pencerminan supaya organisasi untuk mempertahankan sumber daya manusia.



2. TUJUAN MANAJEMEN KOMPENSASI
Secara umum tujuan manajemen kompensasi adalah untuk membantu perusahaan mencapai tujuan keberhasilan srategi perusahaan dan terciptanya keadilan internal dan eksternal.
Pemberian kompensasi dalam suatu organisasi harus diatur sedemikian rupa sehinga merupakan sistem yang baik dalam organisasi. Dengan sistem yang baik ini akan dicapai tujuan-tujuan, antra lain sebagai berikut :
a. Memperolah SDM yang berkualitas.
b. Mempertahankan karyawan yang ada.
c. Menjamin keadialan.
d. Penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan.
e. Mengendaliakn biaya.
f. Mengikuti aturan hukum.
g. Memfasilitasi pengertian
h. Meningkatkan efesiensi administrasi.

3. KOMPONEN-KOMPONEN KOMPENSASI
a. Gajih
b. Upah
c. Insentif
d. Kompensasi tidak langsung

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM KOMPENSASI
Sistem pemberian kompensasi oleh organisasi kepada karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini merupakan tantangan setiap organisasi untuk menentukan kebijaksanaan kompensasi untuk karyawaan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Produktivitas
b. Kemampuan untuk membayar
c. Kesediaan untuk membayar
d. Suplai dan permintaan
e. Organisasi karyawan
f. Berbagia peraturan dan perundang-undangan.

5. PENGARUH LINGKUAN EXTERNAL PADA KOMPENSASI
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi upah dan kebijakan kompensasi adalah sesuatu yang berada diluar perusahaan, seperti: pasar tenaga kerja, kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan serikat pekerja.
a. Pasar tenagakerja
Pasar tenaga kerja mempengaruhi desain kompensasi dalam dua cara: pertama, tingkat persaingan tenaga kerja sebagai menentukan batas rendah atau floor tingkat pembayaran. Jika tingkat pembayaran suatu perusahaan terlalu rendah, tenaga kerja yang memenuhi syarat tidak akan bersedia bekerja di perusahaan itu.
b. Kondisi ekonomi
Salah satu aspek yang juga mempengaruhi kompensasi sebagai salah satu factor eksternal adalah kondisi-kondisi ekonomi industry, terutama derajat tingkat persaingan, yang mempengaruhi kesanggupan untuk membayar perusahaan itu dengan gaji tinggi.
c. Peraturan pemerintah
Pemerintah secara langsung mempengaruhi tingkat kompensasi melalui pengendalian upah dan petunjuk yang melarang peningkatan dalam kompensasi untuk para pekerja tertentu pada waktu tertantu, dan hukum yang menetapkan tingkat tarip upah minimum, gaji, pengaturan jam kerja, dan mencagah diskriminasi.
d. Serikat pekerja
Pengaruh eksternal penting lain pada suatu program kompensasi kerja adalah serikat kerja, kehadiran serikat kerja di perusahaan sector suwasta diperkirakan meningkatkan upah 10 sampai 15 persen dan menaikkan tunjangan sekitar 20 sampai 30 persen .
Serikat pekerja sudah cendrung untuk menjadi penentu untuk upah , manpaat dan meningkatkan upah kondisi kerja.

6. PENGARUH LINGKUANAN INTERNAL PADA KOMPENSASI
Sebagai tambahan terhadap pengaruh eksternal pada kompensasi yang telah dibahas, ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi upah: ukuran, umur, anggaran tenaga kerja perusahaan dan siapa yang dilibatkan untuk membuat keputusan untuk organisasi.
Dengan begitu hanya anggaran tenaga kerja yang dan siapa yang membuat keputusan akan dibahas dibawah ini:
a. Angaran tenaga kerja
Anggaran tenaga kerja secara normal, identik dengan jumlah uang yang tersedia untuk kompensasi karyawan tahunan. Tiap-tiap perusahaan dipengaruhi oleh ukuran tenaga kerja.
b. Siapa yang membuat keputusan
Kita lebih mengetahuai siapa yang membuat keputusan kompensasi dinading sekitar bebrapa faktor lain, tetapi masalah ini bukan suatu hal sederhana. Keputusan atas beberapa banyak yang harus dibayar, system apa yang dipakai, manfaat apa untuk di tawarkan, dan sebagainya, dipengaruhi dari bagian atas hingga bawah perusahaan.
7. KOMPENSASI PELENGKAP
Jenis kompensasi yang berbentuk upah atau gajih seperti telah dibicarakan diatas adalah kompensasi langsung. Artinya kompensasi langsung dikaitkan dengan prestasi dan hasil kerja para karyawan.disamping kompensasi langsung, beberapa organisasi mengembangkan program-program kompensasi tidak langsung. Yang dimaksudkan kompensasi tidak langsung adalah pemberian kompensasi yang tidak dikaitkan langsung dengan prestasi kerja para karyawan. Kompensasi ini juga disebut kompensasi pelengkap, karena berfungsi untuk melengkapi kompensasi yang telah diterima karyawan melalui gajih atau upah.
Alas an-alasan pentingnya pengembengan kompensasi pelengkap ini antara lain:
a. Adanya organisasi karyawan yang semakin kritis untuk menuntun hak mereka sebagai pekerja atau karyawan.
b. Persaingan yang ketat diantara para organisasi, sehingga untuk mempertahankan karyawan yang berperestasi menuntut adanya kompensasi pelengkap ini.
c. Kenaikan biaya hidup sebagai akibat dari perkembangan lingkungan ekonomi akan menuntut adanya pemberian kompensasi pelengkap.
d. Dikeluarkannya pearaturan-peraturan atau perundang-undangan oleh pemerintah yang mengatur kesejahteraan buruh atau karyawan akan menuntut organisasi itu untuk menyesuaikan diri.
Kompensasi pelengkap ini bukan saja bermanpaat bagi karyawan akan tetapi juga memepunyai pengaruh positif secara tidak langsung kepada organisasi yang bersangkutan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan semangat kerja dan kesetiaan karyawan terhadap organisasi.
b. Menurunkan jumlah obsesi para karyawan dan menurunkan perputaran kerja.
c. Mengurangi pengaruh organisasi karyawan terhadap kegiatan organisasi.
d. Meminimalkan biaya-biaya kerja lembur, yang berarti mengefektifkan prestasi kerja karyawan.
e. Mengurangi adanya intervensi pemerintah dalam rangka penyelenggarakan kesejahtaraan karyawan.
Bentuk kompensasi pelengakp berbeda-beda, demikian juga istilahnya pun tiap organisasi berbeda-beda, misalnya, yang menyebut program pelayan, pembayaran diluar gaji/upah, benefit (keuntungan) karyawan, dan ada yang menyebutnya pemberian tunjangan, tetapi juga masih tepatnya pemberian gaji/upah maksimum karyawan yang bersangkutan tidak bekerja.

8. TAHAPAN MENETAPKAN KOMPENSASI
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, perlu diikuti tahapan-tahapan manajemen kompensasi seperti berikut:
Tahap 1 : mengevaluasi tiap pekerjaan, dengan menggunakan imformasi analisis pekerjaan. Untuk menjamin keadilan internal yang didasarkan pada nilai relative setiap pekerjaan.
Tahap 2 : melakukan usrvei dan upah dan gaji untuk menentukan kradilan eksternal yang didasarkan pada upah pembeyaran di pasar kerja.
Tahapan 3: menilai harga tiap pekerjaan untuk menentukan pembeyaran upah yang didasarkan pada keadialan internal dan eksternal.

9. TANTANGAN-TANTANGAN DALAM KOMPENSASI
Senagian besar metode-metode untuk menetukan pembayaran harus bisa menetukan keputusan yang tepat ketika tantangan timbul. Implikasi ini lah yang menjadi alasan analisis membuat penyesuaiyan lebih lanjut untuk menentukan kompensasi.
a. Tujuan starategis
b. Tingkat upah berlaku
c. Kekuatan serikat pekerja
d. Pemerataan pembeyaran
e. Penyesuayan dan strtegi kompensasi
f. Kendala pemerintah
g. Tantangan kompensasi
h. Produktivitas dan biaya.




BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pengertiankompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengertian kontribusi jasa mereka pada perusahaan.
2. Tujuan manajemen kompensasi secara umum adalah untuk membentu perusahaan mencapai tujuan keberhasilan strategi perisahaan dan menjamin terciptanya keadilan internal dan eksternal.
3. Komponen-kompeonen kopensasi terdiri dari : gaji, upah, insentif, dan kompensasi tidak langsung.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi system kompensasi antara lain:
a. Produktivitas
b. Kemampuan untuk membayar
c. Kesediaan untuk membayar
d. Suplai dan permintaan
e. Organisasi karyawan
f. Berbagia peraturan dan perundang-undangan.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. notoatmojo, pengembangan sumberdaya manusia. PT. kineka cipta, Jakarta 1997.
Prof. DR. Veithzal Rivai MBA. Manajemen sumber daya manusia PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006.

MASYARAKAT MADANI

Thursday, December 18, 2008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak masa Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno, pada abad pertengahan, masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang berbeda-beda, civil society mengalami evolusi pengertian yang berubah dari masa ke masa. Di zaman pencerahan dan modern, isttilah tersebut dibahas oleh para filsuf dan tokoh-tokoh ilmu-ilmu sosial seperti Locke, Hobbes, Ferguson, Rousseau, Hegel, Tocquiville, Gramsci, Hebermas.Dahrendorf, Gellner dan di Indonesia dibahas oleh Arief Budiman, M.Amien Rais, Fransz, Magnis Suseso, Ryaas Rasyid, AS. Hikam, Mansour Fakih.
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan indifidu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan .
Peradaban adalah istilah Indonesia sebagai terjemahan dari civilization. Asal katanya adalah a-dlb yang artinya adalah kehalusan?(refinement), pembawaan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun, tata-susila, kemanusiaan atau kesasteraan. Ungkapan lisan dan tulisan tentang masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini seiring dengan bergulirnya proses reformasi di Indonesia. Proses ini ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk mengganti Orde Baru yang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo menjadi tatanan masyarakat yang madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta menuntut komitmen masing-masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan konsisten dalam suatu perjuangan yang gigih.
B. Rumusan Masalah
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of voluntary activity which takes place outside of government and the market.”
C. Tujuan Penulisan
Tulisan ini didedikasikan sebagai upaya dalam mewujudkan masyarakat madani, baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. lain adalah dengan menyiapkan sumber daya manusia yang berwawasan dan berperilaku madani melalui perspektif pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
MASYARAKAT MADANI

1. PENGERTIAN MASYARAKAT MADANI
Kemungkinan akan adanya kekuatan civil sebagai bagian dari komonitas bangsa ini akan mengantarkan pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang yakni masyarakat madani. Marupakan wacana yang telah mengalami proses yang panjang. Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama pada saat terjadinya masa transformasi dari masyarakat feodal manuju masyarakat barat modern yang lebih terkenal lagi dengan civil society.
Dalam mendefinisikan tema masyarakat madani sangat bergantung pada kondisi social cultural suatu bangsa, kareana bagai mana pun konsep masyarakat madani merupakan bangunan tema terakhir dari sejarah bangsa Eropa Barat.Sebagai titik tolak, disisi dikemukakan beberapa definisi masyarakat madani:
Pertama; Definisi yang dikemukakan oleh Zbigniew Rew dangan latar belakang kajiannya pada kawasan Eropa Timur dan Uni Sovyet. Ia mengatakan bahwa yang di maksud masyarakat madani merupakan suatu yang berkembang dari sejarah, yang mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini. Maka yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sebuah ruang yang bebas dari pengaruh keluarga dan kekuasaan Negara.
Kedua; oleh Han-Sung-Joo ia mengatakan bahwa masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu. Perkumpulan suka rela yang terbatas dari Negara suatu ruang publik yang mampu mengartikulasi isu-isu politik. Gerakan warga Negara yang mampu mengendalikan diri dan indenpenden, yang secara bersama-sama mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi indentitas dan solidaritas yang terbentuk pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalam civil society.
Ketiga; oleh Kim Sun Hyuk ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam msyarakat yang secara relative. Secara global dari ketiga batasan di atas dapat ditarik benang emas, bahwa yang dimaksud dengan masyrakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan penguasa dan Negara, yang memiliki ruang publik dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat mengeluarkan aspirasi dan kepentingan publik.

2. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT MADANI
Menurut Aristoteles (384-322) masyarakat madani di pahami sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah kolonia politik ( sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat dalam berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan).
Konsepsi Aristoteles ini di ikuti oleh Marcos Tullios Cicero (106-43) dengan istilah Societis Civilies yaitu sebuah komonitas yang lain, tema yang dikedepan kan oleh Cicero ini lebih menekankan pada konsep Negara kota (city state), yakni untuk menggambarkan kerajaan, kota dan bentuk lainya sebagai kesatuan yang terorgenisasi.
Pada tahun 1767, wacana masayarakat madani ini dikembangkan oleh Adam Fergoson dengan mengambil konteks sosio-kultural, Fergoson menekankan mayasrakat madani pada sebuah visi etis dalam kehidupan bermasyarakat. Pahamnya ini digunakan untuk mengatisipasi perubahan sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri dan munculnya kapitalisme serta mencoloknya perbedaan antara publik dan individu.
Kemudian pada tahun 1792, muncul wacana masyarakat madani yang memiliki aksetuansi yang dengan sebelumnya. Konsep ini memunculkan Thomas Paine (1737-1803) yang menggunakan istilah masyrakat madani sebagai kelompok masyarakat yang memiliki posisi secara diametral dengan Negara, bahkan dianggap sebagai antithesis dari Negara, dengan demikian, maka masyrakat madani menurut Thomas Paine adalah ruang dimana warga dapat mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas dan tanpa paksaan.
Perkembangan civic society selanjutnya dikembangkan oleh G.W.F Hegel (1770-1831), Karl Mark (1818-1883) dan Antonio Gramsci (1891-1837). Wacana masyarakat madani yang dikembangkan oleh ketiga tokoh ini menekankan kepada masyarakat madani elemen ideology kelas dominan, pemahaman ini lebih merupakan sebuah reaksi dari model pemahaman yang dilakukan oleh Paine (yang menganggap masyarakat madani sebagai bagian terpisahnya dari Negara), menurut Hegel masyarakat madani merupakan kelompok subordinatif dari Negara, menurut Ryas Rasid erat kaitannya dengan fenomena masyarakat berjuis Eropa (Burgerlische gesselscaft) yang artinya pertumbuhannya ditandai dengan perjuangan melepaskan diri dari dominasi Negara.
Sedangakan Karl Marx memahami masyarakat madani sebagai “masyrakat Borjuis” dalam konteks hubungan produksi kapitalis keberadaannya merupakan kendala bagi pembebasan manusia dari penindasan. Menurut pemahaman Gramsci memberikan tekanan pada kekuatan cendikiawan yang merupakan faktor utama dalam proses perubahan sosial dan politik.

3. KARAKTER MASYARAKAT MADANI
Karaketeristik masyarakat madani dimaksudkan untuk menjelaskan dalam merealisasikan wacana masyarakat madani diperlukan persyaratan-persyaratan yang menjadi nilai universal dalam penegakan masyarakat madani, karateristik tersebut antara lain:
- FRE PUBLIK SPHERE maksudnya adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat.
- DEMOKRATIS merupakan satu entitas yang penegak wacana masyarakat madani, warga Negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas sehariannya. Jadi Demokratis berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras, dan agama.
- TOLERAN merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukkan saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
- PLURALISME menurut Nurchalish Madjid adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaaban dan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia.
- KEADILAN SOSIAL maksudnya adalah keseimbangan dan pembagian yang professional terhadap hak dan kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

4. MASYARAKAT MADANI MENURUT AL-QURAN
                              
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-nisa: 59)

5. PILAR PENEGAK MASYARAKAT MADANI
Yang dimaksud dengan pilar masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari sosial control yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Dalam penegakkan masyrakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi persyaratan mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut antara lain adalah:
1. Lembaga Swadaya masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya masyrakat yang tugas esensinya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas.
2. pers merupakan institusi yang penting dalam penegakan masyarakat madani, karena kemungkinannya dapat mengkiritis dan menjadi bagian dari sosial control yang dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan warga negaranya.
3. Supremasi Hukum; setiap warga Negara, baik yang duduk dalam formasi pemerintahan maupun sebagai rakyat, harus tunduk kepada (aturan) hukum.
4. Perguruan tinggi; yakni tempat dimana civitas akademikanya (dosen dan mahasiswa) merupakan bagian dari kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak pada jalur moral Force untuk menyalurkan aspirasi masyrakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah, dengan catatan gerakan yang dilancarkan oleh mahasiswa tersebut.
5. Partai politik merupakan wahana bagi warga Negara untuk dapat menyalurkan asipirasi politiknya
Menurut Riswandi Immawan, perguruan tinggi memiliki tiga peranan dalam mewujudkan masyarakat madani. Pertama, pemihakan yang tegas pada prinsip egalitarianisme yang menjadi dasar kehidupan politik yang demokratis, kedua membangun mengembangkan dan mempublikasikan informasi secara objektif dan tidak manipulatif. Ketiga melakukan tekanan terhadap ketidakadilan dengan cara santun dan saling menghormati.
Partai politik merupakan wahana bagi warga Negara untuk dapat menyalurkan asipirasi politiknya dan tempat ekspresi politik warga Negara, maka partai politik ini menjadi persyaratan bagi tegaknya masyrakat madani.

6. MASYARAKAT MADANI DAN DEMOKRATISASI
Hubungan antara masyarakat madani dengan demokrasi, menurut Dawam bagaikan dua sisi mata uang, yang keduanya bersifat KO-eksistensi. Menurut masyarakat madani merupakan “rumah” persemian demokrasi, perlembang demokrasinya adalah pemilihan umum yang bebas dan rahasia.
Larry Diamond secara sistematis menyebutkan enam kontribusi masyrakat madani terhadap proses demokrasil; pertama, ia menyediakan wahana sumber daya politik, ekonomi, kebudayaan dan moral untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan pejabat Negara. Kedua, pluraisme dalam masyarakat madani, bila diorganisir akan mejadi dasar yang penting bagi persaingan demokrasi. Ketiga memperkaya partisipasi politik dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan. Keempat ikut menjaga stabilitas Negara. Kelima, tempat pimpinan politik dan keenam, menghalangi dominasi rezim otoriter dan mempercepat runtuhnya rezim.
Untuk menciptakan masyarakat madani yang kuat dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan demokrasi diperlukan pembentukan Negara secara grandual dengan suatu masyrakat politik yang demokratis partisipatoris, reflektif dan dewasa yang mampu menjadi penyeimbang dan control atas kecenderungan eksesif Negara. Dalam masyrakat madani warga Negara sebagai pemilik kedaulatan dan hak untuk mengontrol pelaksanaan kekuasaan yang mengatasnamakan rakyat, sehingga setiap individu dalam masyarakat madani memiliki kesempatan untuk memperkuat kemandirian.
Kemandirian dimaksudkan adalah harus mampu direfleksikan dalam seluruh ruang kehidupan politik, ekonomi dan budaya, menurut M. Dawan Rahadjo ada beberapa asumsi yang berkembang. Pertama, demokratisasi bisa berkembang, apabila masyarakat madani menjadi kuat baik melalui perkembangan dari dalam atau dari diri sendiri. Kedua, demokratisasi hanya bisa berlangsung apabila peranan Negara dikurangi atau dibatasi tanpa mengurangi efektivitas dan esensi melalui interaksi. Ketiga, demokrasi bisa berkembang dengan meningkatkan kemandirian independensi masyrakat madani dari tekanan dan Negara.

7. MASYARAKAT MADANI INDONESIA
Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan alternative yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia. Konsep masyarakat madani menjadi alternative pemecahan, dengan pemberdayaan dan penguatan daya control masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang akhirnya nanti terwujud kekuatan masyarakat yang mampu merealisasikan dan menegakkan konsep hidup yang demokratis dan menghargai hak-hak asasi manusia.
Berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat dan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dimuka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah mempunyai kekuatan dan bagian dari sosial control.
Secara esensial Indonesia memang membutuhkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat secara komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan menerapkan strategi sekaligus agar proses pembinaan dan pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara optimal.
Menurut Dawan ada tiga strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai strategi dalam memberdayakan masyrakat madani Indonesia.
1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat.
2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. Strategi ini berpandangan bahwa untuk membangun ekonomi.
3. Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat kearah demokratisasi.
Fakta model strategi pemberdayaan masyarakat madani tersebut dipertegas oleh Hakim bahwa di Era transisi ini harus dipikirkan prioritas-prioritas pemberdayaan dengan cara memahami target-target group yang paling strategis serta penciptaan pendekatan-pendekatan yang tepat di dalam proses.

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Kemungkinan akan adanya kekuatan civic sebagai bagian dari komunitas bangsa ini akan mengantarkan pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang, yakni masyarakat madani. Dalam mendefinisikan terma masyarakat madani ini sangat bergantung pada kondisi sosio kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep masyarakat madani merupakan bangunan terma terakhir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat.
Manurut Aristoteles (384-322) masyarakat madani dipahami sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah kolonia politik (sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan).
Karakteristik masyarakat madani diperlukan persyaratan-persyaratan yang menjadi nilai universal dalam penegakkan masyarakat madani.
Dan masyarakat madani juga harus mempunyai pilar-pilar penegak, karena berfungsi sebagai mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.
Hubungan antara masyarakat madani dengan demokratis menurut Dawam bagaikan dua sisi mata uang yang keduanya bersifat ko-eksistensi.
Berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat, dan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dimuka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah mempunyai kekuatan dan bagian dari sosial control.

DAFTAR PUSTAKA


Azyumardi, Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta, Tim ICCE UIN, Jakarta, 2000