Perencanaan dan Kebutuhan Sumber Daya Manusia

Sunday, October 10, 2010

BAB I

PENDAHULUAN

Perencanaan adalah inti manajemen karena semua kegiatan organisasi yang bersangkutan didasarkan kepada rencana tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan para pengambil keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka secara berdaya guna dan berhasil guna. Demikian pula perencanaan sumber daya manusia (human resources planning). Adalah inti dari manajemen sumber daya manusia. karena dengan adanya perencanaan maka kegiatan seleksi, pelatihan dan pengembangan, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan sumber daya manusia lebih terarah.

Batasan lain menyebutkan bahwa perencanaan sumber daya manusia adalah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan (demand) bisnis dan lingkungan pada organisasi di waktu yang akan datang, dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi tersebut. Dari batasan ini, sekurang-kurangnya ada empat kegiatan dalam perencanaan sumber daya manusia, yakni:

1. Persediaan sumber daya manusia pada saat ini.

2. Permalan (perkiraan) suplai dan permintaan sumber daya manusia.

3. Rencana untuk menambah tenaga kerja yang bermutu.

4. Berbagai prosuder pengawasan dan evaluasi untuk memberikan umpan balik kepada sistem.

Secara lebih sempit lagi, perencanaan sumber daya manusia berarti mengestimasi secara sistematik permintaan (kebutuhan) dan suplai tenaga kerja dari suatu organisasi di waktu yang akan datang. Perencanaan sumber daya manusia di suatu organisasi adalah sangat penting bukan saja bagi organisasi itu sendiri, tetapi juga bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan bagi masyarakat. Keuntungan-keuntungan yang dapat ditarik dari perencanaan sumber daya manusia itu antara lain sebagai berikut:

1. Mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia.

2. Menyesuaikan kegiatan tenaga kerja dengan tujuan organisasi.

3. Membantu program penarikan tenaga dari bursa atau perasaan tenaga kerja secara baik.

4. Pengadaan tenaga kerja baru secara ekonomis.

5. Dapat mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan manajemen sumber daya manusia.

6. mengembangkan sistem manajemen sumber daya manusia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Permintaan Sumber Daya Manusia

Kebutuhan (demand) atau permintaan akan sumber daya manusia oleh suatu organisasi adalah merupakan ramalan kebutuhan akan sumber daya ini bukan sekedar kuantitas atau jumlah saja tetapi juga menyangkut soal kualitas. Dalam meramalkan kebutuhan sumber daya manusia yang akan datang perlu memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan organisasi itu, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah fakator dari dalam organisasi itu sendiri, misalny: persediaan tenaga, rencana pengembangan organisasi, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan di luar organisasi itu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dan harus diperhitungkan dalam membuat ramalan kebutuhan sumber daya manusia pada waktu yang akan datang antara lain:

1. Lingkungan eksternal

- Ekonomi

- Sosial politik dan budaya.

- Hukum dan peraturan-peraturan.

- Perkembangan ilmu dan teknologi

- Persaingan antarorganisasi.

2. Organisasi internal

- Rencana-rencana pengembangan.

- Anggaran atau pembiayaan-pembiayaan .

- Desain Organisasi

- Perluasan usaha, dan sebagainya

3. Persediaan karyawan

- Karyawan yang akan pension

- Pengunduran diri karyawan

- Kematian, dan sebagainya.

Peramalan (forcast) kebutuhan sumber daya manusia secara logis dapat dibagi menjadi 3, yakni:

1. Peramalan permintaan sumber daya manusia.

2. Peramalan persediaan sumber daya manusia, dan

3. Perlakuan atas sumber daya manusia.

Peramalan sumber daya manusia secara terinci dan skematis dapat diikuti ilustrasi berikut:

1. Ramalan permintaan sumber daya manusia

Ramalan akan kebutuhan permintaan ini sebaiknya dibagi ke dalam permintaan jangka panjang dan permintaan jangka pendek. Dalam membuat ramalan permintaan ini perlu mempertimbangkan atau memperhitungkan: rencana strategis organisasi, perkembangan penduduk, perkembangan ekonomi, perkembangan teknologi, serta kecenderungan perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat.

2. Ramalan persediaan sumber daya manusia.

Dalam membuat ramalan persediaan sumber daya manusia ini perlu memperhitungkan antara lain: persediaan sumber daya manusia yang sudah ada sekarang ini baik jumlah maupun kualifikasinya, tingkat produksi atau efektivitas kerja sumber daya yang ada tersebut, tingkat pergantian tenaga, angka absensi karyawan atau tenaga kerja, dan tingkat rotasi atau perpindahan kerja.

3. Perlakuan atas sumber daya manusia.

Berdasarkan perhitungan atau ramalan kebutuhan di suatu pihak, dan ramalan persediaan sumber daya manusia yang ada saat ini maka perlu tindak lanjut yaitu perlakuan (tindakan) yang akan di ambil. Ramalan perlakuan ini misalnya: pengangkatan pegawai baru, penambahan kemampuan terhadap pegawai yangsudah ada melalui pelatihan, pengurangan pegawai, dan sebagainya.

Teknik-teknik Peramalan

Untuk meramalkan kebutuhan (permintaan) sumber daya manusia dapat menggunakan berbagai teknik peramalan yang sudah ada. Pada dasarnya ada 3 kelompok teknik peramalan, yaitu:

1. Teknik-teknik ramalan ahli, yaitu:

- Teknik Delphi.

- Survei ahli secara formal.

- Keputusan informasi dan segera.

2. Tehnik kecenderungan (trend), yang terdiri dari:

- Analisis statistik

- Rasio produktivitas

- Ekstrapolasi

- Indeksasi

3. Teknik yang lain:

- Analisis anggaran dan perencanaan

- Model-model computer

- Analisis usaha baru

- Analisis beban kerja

- Pendekatan normatif.

Analisis Anggaran dan Perencanaan

Estimasi kebutuhan karyawan didasarkan kepada anggaran dan rencana organisasi. Hal ini berarti bahwa anggaran organisasi ini mempunyai otoritas untuk menambah karyawan. Data ini ditambah pula pertimbangan-pertimbangan ekstrapolasi perubahan-perubahan persediaana karyawan misalnya, pensiunan, ke luar dari pekerjaan, dan sebagainya.

Model-model Komputer

Pendekatan ini didasarkan kepada struktur organisasi perusahaan-perusahaan besar telah melakukan ramalan kebutuhan tenaga ini berdasarkan hasil simulasi perhitungan-perhitungan computer. Dengan memperhitungan faktor-faktor internal dan eksternal organisasi, para ahli dapat membuat berbagai model simulasi computer.

Pendekatan Normatif

Pendekatan ini didasarkan kepada struktur organisasi perusahaan departemen atau bagian. Asumsi pendekatan struktur yang harus dipenuhi adalah bahwa struktur organisasi mencerminkan semua kegiatan operasional organisasi atau perusahaan. Dengan kata lain kebutuhan sumber daya manusia dalam suatu organisasi dapat diestimasikan dengan melihat struktur organisasi yang bersangkutan serta fungsi-fungsi dari tiap unit, departemen atau bagian yang ada. Sehingga semua tugas dan fungsi organisasi tersebut dapat habis dibagi dengan karyawan yang ada atau yang diperlukan.

Dari uraian tentang kebutuhan akan sumber daya manusia, beserta teknik-teknik meramalkana dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti di uraikan di atas.

B. Pengadaan (Suplay) Sumber Daya Manusia

Setelah organisasi melakukan proyeksi kebutuhan sumber daya manusia dalam waktu tertentu, langkah selanjutnya adalah pemenuhan lowongan yang dibutuhkan tersebut. Lowongan atau permintaan ini dapat dipenuhi dari dua sumber. Yakni dapat berasal dari para karyawan yang ada di dalam organisasi itu sendiri yang akan dialihtugaskan atau dipromosikan, atau dari luar organisasi yang bersangkutan. Sumber daya manusia yang berasal dari luar organisasi pada hakikatnya adalaha orang-orang yang belum kerja dan karyawannya dari organisasi lain.

1. Perkiraan suplai internal

Perkiraan suplai internal ini mempunyai aspek yang lebih

a. Inventarisasi Sumber Daya Manusia

b. Bagan penempatan (Replacement Charts).

c. Analisis Markoy

2. Perkiraan suplai eksternal

Di dalam suatu organisasi, tidak semua kebutuhan atau lowongan, dapat dipenuhi oleh tersedianya karyawan yang ada di dalam organisasi itu sendiri. Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut organisasi harus mencari dari pasaran kerja di luar (labor market).

Analisis suplai eksternal sumber daya manusia ini didasarkan pada informasi, antara lain dari iklan-iklan media massa, publikasi-publikasi, bursa tenaga kerja, lembaga-lembaga pendidikan, pelatihan, dan sebagainya. Dalam rangka untuk memperoleh informasi sumber daya perlu menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan yang bermutu.

C. Sistem Perencanaan Sumber Daya Manusia

Telah diuraikan di atas bahwa sistem perencanaan sumber daya manusia pada pokoknya meliputi perkiraan, permintaan dan suplai karyawan atau tenaga di suatu organisasi. Dari uraian itu, secara terinci dapat disimpulkan bahwa kegiatan perencanaan sumber daya manusia terdiri dari 4 kegiatan yang saling berkaitan, yakni:

1. Investasi persediaan sumber daya manusia.

2. Perkiraan (peramalan) sumber daya manusia

3. Penyusunan rencana sumber daya manusia.

4. Monitoring dan evaluasi.


BAB III

PENUTUP

Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.

Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam manajemen sumber daya manusia atau (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu manajemen dan psikologi. Mengingat struktur SDM dalam industri-organisasi dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusia-nya sebagai subyek pelaku adalah bidang kajian ilmu psikologi.

Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka


DAFTAR PUSTAKA

Blizard, Peterj, (1976)., A. Method of Constructing Institutional Partemental, Instructional Objective, Bulltein (MS/No. 6/79).

Bloom, Benyamin, Toxonomy of Education Objective, New York, 1975.

Prof. Dr. Soekidji Notoatimodja, Pengembangan Sumber Daya Masuk.


presented by : Rubiyati & Jumiati.

Peradaban Islam di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sebagian besar beragama Islam, sehingga sudah selayaknya menempatkan diri dalam membangun peradaban islam. Mau tidak mau suatu peradaban tersebut akan terbentuk oleh umatnya.

Perkembangan Islam yang ada di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan Islam di belahan bumi lain. Membaca Islam yang di Indonesia rasanya cukup penting. Sebab, dari hasil pembacaan itu kita sebagai umat islam dapat mengetahui akan bagaimana perkembangan islam di indonesia setelah islam mengalami beberapa fase perubahan dari waktu ke waktu.

Kalau kita mau mengamati secara mendalam akan perkembangan islam di indonesia maka kita harus mengamati mulai dari islam masuk, penyebaran, pengamalan, perkembangan, dan kondisi yang sekarang kita alami di indonesia. Sebab, peristiwa sejarah merupakan problematika yang meliputi dimensi waktu masa lampau, sekarang dan masa yang akan dating.[1]

Dalam makalah ini kita hanya membatasi pada keadaan islam di masa sekarang (kontemporer). Namun, tetap akan dipaparkan alur sejarahnya secara singkat. Demi mengetahui historisitasnya. Sebab, dalam perjalanannya islam di indonesia banyak sekali mangalami akulturasi dan ikut berperan dalam perubahan keadaan Indonesia.

B. Pokok Bahasan

  1. Bagaimana Asal Usul Perkembangan Islam Pada Masa Modern dan Kontemporer?
  2. Bagaimana Perjuangan Umat Islam dalam Memperjuang Kemerdekaan Bangsa Indonesia
  3. Bagaimana perjalanan peta politik Indonesia?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Usul dan Perkembangannya

Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern dalam Islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran progresif Kerajaan Utsmani yang merupakan pemangku khilafah Islam, setelah abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan Islam di kalangan warga Arab di pinggiran imperium itu. Yang terpenting di antaranya adalah gerakan Wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis (Salafiah). Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan kea rah pembaruan Islam ke-20 yang lebih bersifat intelektual.[2]

Katalisator terkenal gerakan pembaruan in adalah Jamaluddin Al-Afgani (1897). Ia mengajarkan solidaritas Pan Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa, dengan kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.[3]

Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaruan pemikiran pendidikan Islam di Minangkabau, yang disusul oleh pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi social semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi social keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo (1911), Persyarikatan Ulma di Majalengka. Jawa Barat (1911), Muhammdiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920-an), Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya (1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Candung Bukittinggi (1930) dan partai-partai politik, seperti Sarekat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan, dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.[4]

B. Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam

  1. Masa kolonial Belanda

Pada dasarnya gerakan Islam bertujuan kepada tegaknya agama Islam di muka bumi agar kedamaian dan kesejahteraan bagi umat Islam terwujud. Banyak ideologi atau paham yamng melandasi gerakan ini. Ada yang bersifat fillah dan sabilillah. Fillah adalah gerakan Islam yang berangkat dengan dakwah yang didasari oleh ilmu. Sedangkan sabilillah adalah gerakan dengan sifat kearah peperangan. Semua gerakan ini bertujuan sama akan tetapi gerakan ini harus melihat kapan waktu yang tepat untuk menggunakan cara fillah dan fisabilillah.

Yang terpenting dalam sebuah gerakan Islam adalah gerakan yang di dalamnya semua Muslim bersatu hati dan pikirannya yang dilandasi dengan sikap wala wal bara. Karena sebuah gerakan Islam tanpa barisan yang kuat akan mudah dihancurkan dengan gerakan musuh Islam yang memiliki barisan yang rapi. Oleh karena itu mari perlu adanya menyatukan pola pikir yang islami dan langkah dakwah Islam yang sesuai dengan metode Rasulullah SAW.

Hadirnya Islam merupakan bukti autentik sebuah revolusi yang selama berabad-abad telah berperan sangat signifikan dalam panggung sejarah umat manusia. Tidak diragukan lagi, Islam telah menjadi penanda perubahan, bukan hanya dalam bidang teologi, tetapi juga di bidang sosial dan ekonomi. Sistem teologi Islam –dari sisi normatifnya – telah membentuk sikap mental muslim yang senantiasa concern terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan dan keadilan, dan inilah modal utama dalam membangun peradaban yang unggul dan utama.

Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al Qur’an dan hadist dan akan dijadikannya boneka-boneka penjajah. Selain itu juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak mungkin pegang oleh lagi oleh orang-orang Belanda.Yang mendapat pendidikan pun tidak seluruh masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang pemimpin-­pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.

Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat organisasi formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam merupakan organisasi pergerakan nasional yang pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah Budi Utomo yang bersifat masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo.

Awal abad ke-20 ditandai lahirnya gerakan-gerakan Islam yang monumental. Gerakan Islam tersebut telah mengukir tinta emas baik untuk kebangkitan Islam maupun pergerakan perjuangan kemerdekaan di Indonesia, yang kemudian dikenal dengan organisasi kemasyarakatan Islam.

Organisasi kemasyarakatan Islam atau sering disebut Ormas Islam sungguh merupakan pilar penting dan strategis di negeri tercinta ini. Lebih-lebih bagi Ormas Islam tertua yang telah menyertai perjalanan sejarah bangsa ini. Sebutlah Sarekat Islam, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama, dan lain-lain yang telah berdiri jauh sebelum Republik Indonesia lahir. Kiprah gerakan Islam tersebut kendati berbeda orientasi dan aktivitasnya sangatlah nyata. dan secara monumental telah menorehkan tinta emas dalam perjalanan umat dan bangsa tercinta ini.

Seperti apa sejarah kelahiran gerakan Islam pada masa penjajahan Belanda dan eksistensinya hingga saat ini ? Artikel selanjutnya mengupas tentang sejarah kelahiran gerakan-gerakan Islam diantaranya Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis dan NU.

  1. Masa pendudukan Jepang

Kemunduran progersif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapatkan dayanya kembali setelah Jepang dating menggantikan posisi Belanda. Jepang berusaha mengakomodasi dua kekuatan, Islam dan nasionalis “sekuler”, ketimbang pimpinan tardisional (maksudnya raja dan bangsawan lama). Jepang berpendapat, organisasi-organisasi Islamlah yang sebenarnya mempunya massa yang patuh dan hanya dengan pendekatan agama, penduduk Indonesia ini dapat dimobilisasi. Oleh karena itu kalau organisasi-organisasi non-keagamaan dibubarkan, organisasi-organisasi besar Islam seperti Muhammadiyah, NU, dan kemudian Persyariktan Ulama (Majalengka), juga Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang kemudian di lanjutkan dengan Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi) diperkenankan kembali meneruskan kegiatannya. Permohonan Masyumi juga diterima pemerintah pendudukan Jepang untuk mendirikan barisan Hizbullah, se buah wadah kemiliteran bagi para santri. Bahkan, Tentara Pembela Tanah Air (PETA) juga didominasi oleh golongan santri.

Bagi golongan nasionalis dibentuk lembaga-lembaga baru, seperti Gerakan Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia) yang hanya berumur beberapa bulan sejak Mei 1942 dan Poesat Tenaga Rakjat (Poetra) yang didirikan bulan Maret 1943. Usaha pembangunan Poetra baru dimulai pada bulan April 1943. sebagai pemimpin tertingginya adalah Soekarno yang di Bantu oleh Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H Mas Mansur. Mereka dikenal sebagai empat serangkai pemimpin bangsa. Dari empat serangkai itu, tercermin bahwa tokoh nasionalis secular lebih dominant dalam gerakan kebangsaan daripada golongan Islam.

Jepang kemudian menjajikan kemerdekaan Indonesia dengan mengeluarkan maklumat Gunseikan no.23/29 April 1 945, tentang pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Berbeda dengan situasi sebelumnya, yang kalangan islam mendapat pelayanan lebih besar dari Jepang, keanggotaan BPUPKI didominasi oleh golongan nasionalis “secular”, yang ketika itu lazim disebut golongan kebangsaan. Di dalam badan inilah, Soekarno mencetuskan ide Pancasilanya. Meskipun, di dalam rumusan Pancasila itu terdapat prinsip ketuhanan, tetapi Negara pasa dasarnya dipisahkan dari agama.[5]

C. Organisasi Politik dan Organisasi Sosial Islam Dalam Suasana Indonesia Merdeka

1. Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal

Moh. Hatta dalam sidang PPKI setelah kemerdekaan berhasil dengan mudah menyakinkan anggota bahwa hanya suatu konstitusi “sekular” yang mempunyai peluang untuk diterima oleh mayoritas rakyat Indonesia. Tujuh kata dalam anak kalimat yang tercantum dalam sila Pertama Pancasila dengan segala konsekuensinya dihapuskan dari konstitusi.

Keputusan tentang penghapusan tujuh kata-kata dari Piagam Jakarta itu sama sekali tidak mengakhiri konflik ideologi yang telah berlangsung lama pada masa sebelum kemerdekaan. Para nasonialis Islam harus menerima kenyataan itu, Karena mereka menyadari bahwa masa revolusi bukanlah saat yang tepat untuk mendesak terlaksananya cita-cita Islami mereka.

Dalam masa-masa revolusi, konflik ideologi tidak begitu jelas, tetapi dapat dirasakan dan disaksikan melalui pergantian-pergantian kabinet yang silih berganti. Dan dari tiga kekuatan ideologi itu, muncullah tiga alternative dasar Negara : Islam, Pancasila, dan Sosial Ekonomi. Tetapi, dalam perjalanan sidang-sidang Konstituante itu, perdebatan ideologis mengenai dasar Negara terkristal menjadi Islam dan Pancasila.

Usaha partai-partai Islam untuk menegakkan Islam sebagai ideologi negara di dalam konstituante mengalami jalan buntu. Demikian juga dengan Pancasila, yang oleh umat Islam waktu itu, dipandang sebagai milik kaum “anti-Muslim”, setidak-tidaknya di dalam konstituante. Memang, kesempatan untuk menyelesaikan tugas konstituante masih terluang, namun pekerjaannya diakhiri dengan Dekrit Presiden 1959, konstituante dinyatakan bubar dan UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali.

2. Masa Demokrasi Terpimpin

Di masa Demokrasi Terpimpin ini, Soekarno kembali menyuarakan ide lamanya Nasakom, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis, “sekular”, Islam, dan komunis. Akan tetapi, idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri. Pancasila pun ditafsirkan sesuai dengan pemikirannya. Masa ini, karena lebih didominasi oleh PKI, memendam ketegangan antara Islam dan komunisme. Masa Demokrasi Terpimpin itu berakhir dengan gagalnya Gerakan 30 September PKI Tahun 1965. Umat Islam bersama ABRI dan golongan lainnya bekerjasama menumpas gerakan itu.

3. Masa Orde Baru

Setelah Orde Lama hancur, kepemimpinan Indonesia berada di tangan Orde Baru. Tumbangnya Orde Lama memberikan harapan-harapan baru kepada kaum Muslimin. Namun, kekecewaan pun muncul dalam diri umat Islam. Mereka merasa, meskipun komunis telah tumbang, kenyataan berkembang tidak seperti yang diharapkan. Rehabilitasi Masyumi, partai Islam berpengaruh yang dibubarkan Soekarno, tidak diperkenankan. Bahkan, tokoh-tokohnya juga tidak diizinkan aktif dalam Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) yang didirikan kemudian.

Orde Baru memang sejak semula mencanangkan pembaruan sistem politik. Pada tanggal 26 November 1966, ditetapkan RUU kepartaian, RUU pemilu, dan RUU Susunan MPR, DPR, dan DPRD. Yang kedua dan ketiga ditetapkan 22 November 1969. Pada 9 Maret 1970, fraksi-fraksi parpol di DPR dikelompokkan. Pada tanggal 5 Februari 1973, Parpol difusikan ke dalam PPP dan PDI . Pada 14 Agustus 1975 RUU kepartaian dipisahkan. Penataan kehidupan kepartaian berikutnya adalah penetapan asas tunggal, Pancasila, untuk semua Parpol, tidak ada lagi ideologi Islam, jadi tidak ada lagi partai Islam.[6]

4. Kebangkitan Islam di Masa Orde Baru

Sejak dekade 1970-an, banyak bermunculan intelektual muda Muslim, melontarkan ide-ide segar untuk masa depan umat. Kebanyakan mereka adalah intelektual Muslim berpendidikan “umum” dan merupakan buah dari kegiatan-kegiatan organisasi-organisasi mahasiswa Islam seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah (IMM).

Disamping itu pula, Departemen Agama yang dibentuk sebagai konsesi bagi umat Islam juga banyak dalam membentuk dan mendorong kebangkitan Islam tersebut. Empat belas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) induk dengan sekian banyak cabangnya sangat berjasa menyiapkan guru-guru agama, pendakwah dan mubalig dalam kuantitas besar. Demikian juga dengan kebijaksanaan pemerintah mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Dengan asas tunggal, memang wadah politik umat Islam hilang. Islam nampaknya menarik diri dari dunia politik. Namun, dengan pembaharuan politik bangsa ini, umat Islam terlepas dari ikatan yang sempit menuju dunia yang lebih luas. Perjuangan kultural adalah lahan yang sangat luas dibandingkan dengan dunia politik saja, aspek ini merupakan pusat perhatian umat Islam di masa lalu.

Pada waktu proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, Piagam Jakarta sama sekali tidak digunakan. Soekarno-Hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat, karena ditulis secara tergesa-gesa. Perlu diketahui, menjelang kemerdekaan, setelah Jepang tidak dapat menghindari kekalahan dari tentara sekutu, BPUPKI ditingkat menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Berbeda dengan BPUPKI yang khusus untuk pulau Jawa, PPKI merupakan perwakilan dareah seluruh kepualan di Indonesia. Perubahana itu menyebabkan banyak anggota BPUPKI yang tidak muncul lagi, termasuk beberapa orang anggota Panitia Sembilan. Persentase Nasionalis Islam pun merosot tajam.

Islam mulai memasuki wilayah politik indonesia sejak pertama kali negara indonesia mengadakan pemilihan umum (pemilu). Dengan cara membuat suatu wadah, yaitu mendirikan partai politik. Pada waktu itu partai yang berasaskan islam yaitu ada dua pertama, Partai Masyumi dan Partai NU. Melalui wadah ini umat islam memainkan perannya sebagai seorang politikus yang ingin menanamkan nilai-nilai islam.

Pada waktu itu partai yang berasaskan islam yaitu ada dua pertama, Partai Dalam tesis Harun Nasution yang berjudul The Islamic State in Indonesia. Rise of the Ideology, the Movement for its Creation and the Theory of the Masjumi, beliau mengemukakan bahwa ada perbedaan besar antara NU dan Masyumi. Kaum modernis di dalam Masyumi pada umumnya mereka hendak membangun suatu masyarakat muslim dan mengharapkan suatu negara islam.Sedangkan kelompok yang diwakili NU lebih memperjuangkan suatu Negara sebagai langkah pertama dan melalui negara ini mereka hendak mewujudkan suatu masyarakat islam .

Setelah jatuhnya orde lama dan berganti orde baru, peran politik islam dalam negara Indonesia cenderung mengalami kemunduran. Selama kekuasaan orde baru hanya ada tiga partai yang diakui dan boleh ikut dalam pemilu. Dan partai yang berasas islam pada waktu itu adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Adanya usaha represif yang dilakukan oleh rezim orde baru, yang berkuasa selama 32 tahun, rupanya menimbulkan kekecewaan pada banyak pihak. Puncak dari kemarahan tersebut adalah demonstrasi mahasiswa,demonstrasi tersebut membuat semakin memudarnya legitimasi politik rezim orde baru, sehingga pada anggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.

Babak baru dalam dunia perpolitikan di Indonesia dimulai. Pada pemilu yang dilangsungkan tahun 1999, organisasi islam banyak mendirikan partai politik yang berasaskan islam dan atau berbasis umat islam. Diantaranya: PPP, PAN, PKB, dll.

Pada masa itu simbol-simbol agama sangat mewarnai kancah perpolitikan indonesia. Hasil dari pemilu tersebut membawa Abdurrahman Wahid menjadi presiden RI ke-4. Sejak pemilu tahun 1999 sampai dengan sekarang, umat islam mulai kebingungan akan pilihan yang harus ia pegang. Sebab, semuanya mengaku bernafas islam dan mementingkan hak rakyat. Dalam tubuh partai politik-pun banyak mengalami perebutan kepemimpinan dan atau pecah menjadi beberapa partai. Perubahan setting politik pasca-Orde Baru tanpa diduga memberi ruang bagi berkembangnya wacana penegakkan syariat islam di indonesia. Seperti yang telah dilakukan oleh Aceh, dan beberapa daerah yang menginginkan penggunaan syariat islam.


BAB III

PENUTUP

Simpulan

Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7 M dengan berimannya orang perorang. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad ke-7.Kerajaan- kerajaan Islam yang ada di Indonesia adalah :

- Sumatera : Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Malaka, dan kerajaan Aceh.

- Jawa : Kerajaan Demak, kerajaan Pajang, kerajaan Mataram, kerajaan Banten, dan kerajaan Cirebon.

- Kalimantan : Kerajaan Banjar dan kerajaan Kutai.

- Sulawesi : Kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan Bone, kerajaan Wajo, kerajaan Soppeng, dan kerajaan Luwu.

Pada zaman modern kebangkitan Islam semakin berkembang di Indonesia membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI), Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan partai-partai politik, seperti Sarekat Islam (SI), Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), dan Partai Islam Indonesia (PII). Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar baru, menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern.

Peradaban-peradaban Islam sebelum kemerdekaan adalah birokrasi keagamaan, ulama dan ilmu-ilmu pengetahuan, dan arsitek bangunan. Sedangkan peradaban Islam setelah kemerdekaan adalah Departemen Agama, Pendidikan, hukum Islam, haji, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).


DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.

Delier Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1980.

Drs. Khaerul Wahidin dan Drs. Taqiyuddin, Sejarah Pendidikan Islam Umum & Indonesia, Cirebon: Biro penerbit Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati Cirebon. 1996.

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

R. Hrair Dekmejian, Islam in Revolution, Syracuse, New York: Syracuse University Press, 1985



[1] Drs. Khaerul Wahidin dan Drs. Taqiyuddin, Sejarah Pendidikan Islam Umum & Indonesia, (Cirebon: Biro penerbit Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati Cirebon. 1996), h. 2

[2]Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 1-25.

[3]R. Hrair Dekmejian, Islam in Revolution, (Syracuse, New York: Syracuse University Press, 1985). H. 18.

[4]Delier Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1980). H. 35.

[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h. 263-265.

[6] Ibid. Hal 265-271

Sejarah Peradaban Islam Daulah Bani Ummayyah II

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sering kita mendengar bahwa peristiwa masa lalu bisa dijadikan sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu sendiri adalah “jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang Islam dan menuntut ilmu di Universitas Islam tentunya harus paham akan sejarah kebudayaan islam di masa lalu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi.

Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai Islam pada masa Daulah Umayyah II, atau tepatnya Islam di Andalusia. Andalusia yang kita kenal sekarang semula disebut Vandal yang kemudian oleh bangsa Arab disebut Andalusia. Dan untuk lebih detailnya tentang perkembangan Islam di Andalusia ini akan diuraikan dalam bab Pembahasan.

Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci, tapi akan dibahas inti dari masa daulah
umayyah II pada waktu itu.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah sebagaimana tertuang
dalam kata pengantar, meliputi:

1. Bagaimana kemunculan daulah Umayyah II, serta cara-cara yang ditempuh hingga daulah Umayyah II ini berdiri?

2. Masa kejayaan daulah Umayyah, yaitu membahas mengenai pada masa khalifah siapakah masa kejayaan itu terjadi dan prestasi apa saja yang pernah diraih?

3. Runtuhnya daulah Umayyah II, yaitu menjelaskan sebab-sebab mengapa daulah Umayyah II runtuh?

Demikianlah sedikit gambaran mengenai isi makalah ini yang tim penulis buat dengan metode literatur kaji pustaka terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang kami buat dan berdasar pada diskusi yang kami lakukan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Berdirinya Daulah Umayyah II

  1. Islam masuk di Andalusia

Andalusia yang semula bernama Vandal pada abad ke-2 sampai ke-5 Masehi merupakan wilayah kekuasaan Romawi, tapi kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5 Masehi. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian banyak perpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan itu.

Kemudian setelah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Kenaikan Roderick ini tidak disukai oleh putra Witiza, dan untuk merebut kekuasaan mereka bekerja sama dengan Graf Julian yang meminta bantuan pada Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada Khalifah walid bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad, yang kemudian terkenal dengan selat Gibraltar atau Jabal Thariq.

Mendengar kemenangan Thariq, Musa akhirnya tertarik untuk melakukan
penyerangan terhadap Spanyol. Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka
Musa menaklukan bagian timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah
keduanya bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan Barcelona hingga ke pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di penjara akibat korban sepucuk surat.

Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Daulah Umayyah, diperkirakan terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan Umayyah di Damaskus, mereka adalah:

a. Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, yang berkuasa selama 2 tahun (715-717 M). Pada masa ini dapat dikuasai beberapa wilayah seperti Evora, Santarem, Cainbra, Malaga, dan Ellira.

b. Ayub bin Habib, pada masa pemerintahannya Cordova dijadikan sebagai pusat pemerintahan.

c. Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi (716-719 M)

d. Saman bin Malik Al-Chaulany (719-721 M)

e. Anbasah (723-726 M), pada masa pemerintahannya ia berhasil menguasai wilayah Gallia, Setpimia dan terus ke lembah sungai Rhone.

f. Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M), pada masa ini ia dapat menguasai Hertongdom dan Aquitania yang termasuk wilayah kekuasaan Prancis.

  1. Pendiri Daulah Umayyah II

Ketika Daulah Abbasiyah berkuasa, banyak pemuka yang mendukung pemerintahan. Daulah Umayyah dan bani Umayyah dikejar-kejar serta ditangkap. Salah seorang yang selamat dari kejaran para pendukung Daulah Bani Abbas adalah Abdurrrahman. Melalui Palestina dan Afrika Utara, ia berhasil memasuki wilayah Andalusia. Keberhasilannya tidak dicapai dengan mudah tetapi melalui usaha yang gigih, karena pada saat itu Andalusia diperintah oleh Yusuf bin Abdurrahman al-Fikry. Pada masanya banyak terjadi pertentangan antara sesama kabilah Arab serta bangsa Barbar. Pertentangan ini membuka peluang bagi Abdurrahman untuk ikut serta dalam percaturan politik saat itu, dan ia berhasil memperoleh pengikut yang banyak.

Masuknya Abdurrahman ke wilayah Andalusia membuat Yusuf marah. Ia berusaha mengusir Abdurrahman dari wilayah kekuasaannya itu. Akibat dari tindakan Yusuf itu Abdurrahman melakukan perlawanan, sehingga terjadi pertempuran antara keduanya di dekat Cordova pada tahun 139 H/ 758 M. Peperangan ini dimenangkan oleh Abdurrahman Al-Dakhil, dengan demikian ia memasuki Cordova dengan membawa kemenangan dan sejak saat itulah Abdurrahman mendirikan kerajaan Islam di Andalusia.

Karena keberhasilannya itulah ia diberi gelar al-Dakhil, artinya orang
yang berhasil memasuki wilayah Andalusia dan selamat dari kejaran pemerintah
Daulah Abbasiyah. Sementara itu, Abu Ja’far al-Manshur memberinya gelar “saqar Quraiys”, artinya rajawali Quraiys yang mampu terbang jauh ke
wilayah Eropa di Andalusia.

  1. Masa pemerintahan amir-amir Bani Umayyah

a. Abdurrahman Al-Dakhil ( 757-788 M )

Setelah mendirikan kerajaan besar di Andalusia, langkah pertama yang dilakukannya adlah memperbaiki keadaan dalam negri. Hampir seluruh usianya dipergunakan untuk memerangi lawan-lawannya seperti ancaman dari Abu Ja’far Al-Manshur (khalifahAbbasiyah kedua), perlawanan dari raja Frank, Prancis, dan sebagainya. Setelah dirasa aman barulah Abdurrahman melaksanakan pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Diantaranya adalah mendirikan masjid agung di Cordova, yaitu masjid Al-Hambra dan setelah beliau wafat pembangunan kemudian dilanjutkan putranya Hisyam I. Abdurrahman wafat di usianya yang ke-61 dan ia telah memerintah selama kurang lebih 31 tahun lamanya.

b. Hisyam bin Abdurrahman ( 796-822 M )

Ia seorang yang salih dan adil. Dalam bidang pendidikan ia sangat mengutamakan sehingga lahirlah jabatan hakim (Qadli). Dan di bidang pembangunan ia menyelesaikan mesjia raya Cordova.

c. Hakam I bin Hisyam ( 796-822 M )

Tabiatnya sangat berbeda dengan ayahnya, ia suka sekali bermubuat maksiat terhadap rakyatnya, sehingga banyak terjadi pemberontakan pada saat itu.

d. Abdurrahman II / Al-Ausath ( 822-852 M )

Ia dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu[1], usaha-usaha
yang dilakukannya pun begitu banyak baik di bidang politik, ekonomi, maupun
pembangunan.

  1. Masa Pemerintahan Khalifah

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nashr” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif.

B. Masa Kejayaan Daulah Umayyah II

1. Perkembangan Kota dan Seni Bangun

Ketika Al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibu kota Negara. Ia membangun kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota dan istananya.Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan menjadi salah satu kota terkemuka di dunia.Peninggalan al-Dakhl yang kini masih tegak berdiri adalah Masjid Jami Cordova.

Pada masa Hisyam1 dimana ia memugar kembali jembatan tua yang dibangun oleh al-khaulani, di samping menanbah bangunan-bangunan megah dan taman-taman
yang indah. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada masa Al-Mustanshir dan Al-Manshur.

Pada masa Al-Mustanshir dan Al-Mu’ayyah yang merupakan perkembangan paling pesat yang terjadi pada saat itu dimana pusat kota yang dikelilingi oleh tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada di tengah, karena berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya.

Kebanggaan Cordova tidak lengkap tanpa:

  1. Al-Qashr al-Kabir

adalah kota satelit yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa orang penggantinya.

b. Al-Rushafah

Adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun al-Dakhil disebelah barat laut Cordova.Istana ini mencontoh bentuk istana dan taman Rushafah yang pernah dibangun oleh nenek moyangnya di Syria.

  1. Masjid Jami’ Cordova
  2. Jembatan Cordova
  3. Al-Zahrar

Dibangun al-nashir di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova.Kemegahan al-Zahra hampir menyamai al-Qashr al-kabir.Termasuk keistimewaan al-Zahra ialah kolam-kolam marmer buatan konstantinopel berukir aneka macam bentuk, sebagian diantarannya berlapis emas. Kecuali membangun al-Zahra, al Nashir membangun saluran air yang menembus gunung sepanjang 80 km, karena Wadi al-Kabir yang mengaliri al-Zahra dan Cordova pada musim kemarau airnya tidak bisa diminum

  1. Al-Zahirah

Dibangun Al-Manshur di pinggir Wadi Al-Kabir, tidak jauh dari Cordova. Didalamnya dibangun istana besar dan indah tempat kediaman al-Manshur, gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang senjata, tempat tinggal para menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi lainnya. Sebagaimana halnya al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman indah, pasar-pasar, took-toko, masjid-masjid, dan bangunan umum lainnya. Perkembangan Mal-Zahirah begitu pesat, sehingga pada satu sisinya kemudian bersambung dengan Cordova, sedang sisinya yang lain bersambung denagn al-Zahra yang dalam perkembangan selanjutnya telah menjadi bagian depan kota Cordova.

2. Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab

Bahasa Arab masuk ke Andalusia bersamaan dengan masuknya Islam ke daratan itu.Syalibi yang mengutip keterangan Nicholson menyatakan bahwa pada permulaan abad IX M bahasa arab sudah menjadi bahasa resmi di Andalusia.

Sejalan dengan perkembanga bahaAsa arab, berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit, disebut adab, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Diantar jenis prosa adalah khithabnah, tarrasul, maupun karta fiksi lainnya.Menurut Amer Ali”Orang –arang Arab Andalusia adalah penyair-penyair alam.Mereka menemukan bermacam jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh orang-orang Kristen di Eropa selatan.

Diantara sastrawan terkemuka Andalusia adalah:

a. Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd Rabbih

Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungan lebih banyak kepada sastra dan sejarah.Ia semasa dengan empat orang khalifah Umayyah yang bagi mereka telah ia gubah syair-syair , sehingga ia memperoleh kedudukan terhormat di istana.

b. Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid

Baik prosa maupun puisi, hanya beberapa potong saja yang ditemukan

c. Ibn Hazm orang penyair sufi yang banyak mengubah puisi-puisi cinta.Pu

Isi-puisi yang dihimpun dalam antologi Permata seorang dara, berisi gambaran aspek-aspek percintaan dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain

d. Muluk al-thawaif dianggap penyair paling besar di Andalusia
pada masa itu

Seirama dengan perkembangan syair, berkembang pula musik dan seni suara.Hasan Ibn Nafi’ yang lebih dikenal dengan panggialn Ziryab
mempunyai keahlian dalam seni musik dan tarik suara, pengaruhnya masih membekas
sampai sekarang, bahkan dia dianggap peletk dasar dari musik Spantol modern.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan peradaban antara keduanya.Banyak muslimi Andalusia yang menuntut Ilmu di negeri Islam belahan timur itu, dan tidak sedikit pula paa ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia.

Kebanyakan umat Islam menganut paha Maliki dimana dasar pemikiran hukumnya adalah hadits.Perhatian muslim Andalusia terhadap hadits Rasulilllah saw amat besar pada waktu itu.Mahzab ini diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad al-lahmi.Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam pengembangan ilmu fiqih ialah Abu Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn Zuhr.

Ilmu agama yang berkembang amat pesat adalah Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang membahas fadh-lafadh Al-Qur’an yang baik dan benar. Abu Amr al-Dani Utsman ibn Said adalah ulama ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya.

Sejalan dengan perkembangan filsafat, berkembang pula ilmu-ilmu lain. Ilmu pasti yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari buku India Sinbad yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa, hartawan dan ulama. Umat Islam di Negara-negara Islam pada masa itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umumnya, merupakansalah satu kewajiban pemerinthan.Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan-perpustakaan, disamping mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi, banyak dibangun di berbagai penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota besar hingga ke desa-desa.

Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hampir tidak ada seorang pun penduduknya yang buta huruf. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke negara-negara Eropa Kristen, melalui kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga-lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia.

C. Runtuhnya Daulah Umayyah II

Keruntuhan daulah Umayyah II di Andalusia dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Konflik Islam dengan Kristen

Pada penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerejaan – kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka memperahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang – orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan tentara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

Kalau di tempat – tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang islamyang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang – orang Arab tidak pernah menerima orang –orang pribumi. Setidak –tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka msih memberi istilah ‘ibad danmuwalladun kepada para mukalaf, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok – kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersrbut. Hal ini menunjukan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.

3. Kesulitan Ekonomi

Di paruh ke dua masa islam di Spanyol, para penguasa membangun kota
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai
membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat membertkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan
Ferdinan dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.

5. Keterpencilan

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Daulah bani Umayyah II didirikan oleh salah seorang keluarga bani Umayyah yang berhasil meloloskan diri dari kejaran orang-orang bani Abbasiyah, yaitu Abdurrahman. Selanjutnya karena kemampuannya meloloskan diri ke Andalusia dia diberi julukan “Ad- Dakhil”. Dalam perkembangan selanjutnya daulah Umayyah di Andalusia meneruskan usaha perluasan wilayah Islam ke beberapa daerah di Eropa. Bukan hanya usaha perluasan wilayah saja yang mereka lakukan, melainkan juga pengembangan seni, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Hal ini bisa merekalakukan karena daulah ini bisa bekerja sama dengan negeri-negeri tetangganya,termasuk daulah Abbasiyah yang semula menjadi musuh mereka. Letak Andalusia yang berada di benua Eropa memungkinkan berkembangnya ilmu pengetahuan keberbagai wilayah Eropa. Sehingga bisa dikatakan kemajuan yang dicapai daulah Umayyah II hampir sama dengan kemajuan daulah Abbasiyah di Baghdad.

Seperti halnya daulah-daulah Islam yang dahulu, daulah Umayyah II juga mengalami keruntuhan akibat perebutan kekuasaan. Meskipun penyebab terburuknya adalah serangan kaum Kristen, namun kondisi umat Islam di Andalusia saat itu sedang melemah sedangkan kondisi umat Kristen berada dalam kemajuan yang pesat.

DAFTAR PUSTAKA

Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.

Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.

Syalabi, Ahmad. Mausu’ah al Tarikh al Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4, Kairo: Maktabah Al-Nahdhah Al-Mishriyah, 1979

Ahmad Syalabi, Mausu’ah al Tarikh al Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4,
(Kairo: Maktabah Al-Nahdhah Al-Mishriyah, 1979 M), hal.41-50.