BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Seperti yang dikutif oleh Moh. Uzer Usman (1990: 4), Bruce Joyce dan Marshal Wail mengemukakan 22 model mengajar yang dikelompokan ke dalam 4 hal, yaitu:
1. Proses Informasi
2. Perkembangan Pribadi
3. Interaksi Sosial
4. Modifikasi Tingkah Laku
Proses belajar dan mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar dan mengajar.
Menurut H. Fuad Ihsan (1997: 47), interaksi edukatif dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif melalui media pembelajaran (alat material pembelajaran).
Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan juga bagaimana supaya pengajaran yang diberikan melalui media alat meterial dapat berlangsung dengan baik, sehingga pengaruhnya anak bisa menerima pelajaran dengan baik pula.
Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang luas dari pada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi edukatif yang saling menunjang.
Menurut M. Dalyono (1997: 208), proses belajar mengajar merupakan interaksi semua komponen unsur yang tedapat dalam belajar mengajar, dimana satu sama lainnya saling berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan.
Yang termasuk komponen belajar menagajar, menurut Sriyono (1992:92) antara lain tujuan inturksional yang hendak dicapai, materi pelajaran, metode pengajaran, alat peraga pelajaran dan evaluasi.
1. Proses Informasi
2. Perkembangan Pribadi
3. Interaksi Sosial
4. Modifikasi Tingkah Laku
Proses belajar dan mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar dan mengajar.
Menurut H. Fuad Ihsan (1997: 47), interaksi edukatif dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif melalui media pembelajaran (alat material pembelajaran).
Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan juga bagaimana supaya pengajaran yang diberikan melalui media alat meterial dapat berlangsung dengan baik, sehingga pengaruhnya anak bisa menerima pelajaran dengan baik pula.
Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang luas dari pada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi edukatif yang saling menunjang.
Menurut M. Dalyono (1997: 208), proses belajar mengajar merupakan interaksi semua komponen unsur yang tedapat dalam belajar mengajar, dimana satu sama lainnya saling berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan.
Yang termasuk komponen belajar menagajar, menurut Sriyono (1992:92) antara lain tujuan inturksional yang hendak dicapai, materi pelajaran, metode pengajaran, alat peraga pelajaran dan evaluasi.
BAB II
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN
Persiapan mengajar pada hakikatnya memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian persiapan mengajar adalah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Abdul Hamid (1998: 91), guru, murid dan bahan ajar serta media pembelajaran merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran. Keempat unsur ini saling berkaitan, mempengaruhi serta tunjang-menunjang antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Syaiful bahri Djamarah dan Aswan (1995:190) tiap anak didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara dan menangakap pelajaran.Ini menandakan bahwa volume penerimaan anak didik tidak sama satu dengan yang lain.
Oleh sebab itu dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang menoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan.
Salah satunya dalam proses interaksi edukatif guru menggunakan media pembelajaran berupa alat material yang dirasakan akan memberikan gairah dan rasa tertarik bagi siswa, sehingga pengaruhnya dirasakan lebih bagi bagi kelangsungan proses belajar mengajar.
Berkenaan dengan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan disini adalah ”Bagaimana Memahami komponen Interaksi edukatif dari aspek alat material dan pengaruhnya terhadap belajar anak didik di kelas?”.
Menurut Abdul Hamid (1998: 91), guru, murid dan bahan ajar serta media pembelajaran merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran. Keempat unsur ini saling berkaitan, mempengaruhi serta tunjang-menunjang antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Syaiful bahri Djamarah dan Aswan (1995:190) tiap anak didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara dan menangakap pelajaran.Ini menandakan bahwa volume penerimaan anak didik tidak sama satu dengan yang lain.
Oleh sebab itu dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang menoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan.
Salah satunya dalam proses interaksi edukatif guru menggunakan media pembelajaran berupa alat material yang dirasakan akan memberikan gairah dan rasa tertarik bagi siswa, sehingga pengaruhnya dirasakan lebih bagi bagi kelangsungan proses belajar mengajar.
Berkenaan dengan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan disini adalah ”Bagaimana Memahami komponen Interaksi edukatif dari aspek alat material dan pengaruhnya terhadap belajar anak didik di kelas?”.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Menurut Syaiful Bahri Dajamarah (2008: 107) guru adalah alah satu unsur manusia lainnya adalah anak didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Keduanya berada dalam interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru mengajar, mendidik dan anak didik yang belajar dengan menerima bahan pengajaran dari guru di kelas.
Mengajar bukan tugas yang ringan bagi guru konsekuensi tanggung jawab guru juga berat. Di kelas guru akan berhadapan dengan sekelompok anak didik dengan segala persamaan dan perbedaannya. Karena tugas guru yang berat itu, maka mereka berprofesi sebagai guru harus memiliki dan menguasai serta memahami interaksi edukatif terutama dari aspek alat material serta selalu aktif kreatif menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam menyampaikan bahan pengajaran terkadang kata-kata atau kalimat guru kurang mampu mewakili sesuatu objek yang diberikan. Sehingga mengaburkan tentang objek yang disampaikan. Apalagi objek yang disampaikan itu tidak pernah dikenal oleh anak didik.
Kesalahan pengertian cendrung terjadi oleh anak didik. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalan tersebut menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 110) adalah guru perlu menghadirkan alat material atau benda-benda yang asli (kalau bisa) untuk menunjukkan model, gambar, benda tiruan atau menggunakan media lainnya. Seperti radio, tape recorder, televisi dan sebagainya.
Dengan penjelasan yang mendekati reatistik ditambah menghadirkan bendanya, maka guru membantu anak didik membentuk pengertian didalam jiwanya terhadap suatu objek. Dengan cara ini guru dapat lebih menggairahkan belajar anak didik dalam waktu yang relatif lama dan cara ini merupakan suatu usaha untuk memancing perhatian anak didik dan merangsangnya untuk berpikir. Dengan demikian otomatis pengaruh yang dirasakan oleh anak didik dikelas adalah ia menjadi berminat, lebih perhatian dan bergairah terus dalam belajar, sehingga hasil yang diharapkan oleh si anak akan lebih baik.
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran akan sulit untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit dan kompleks.
Setiap materi memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi, sehingga pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak membutuhkan media sebagai alat bantu. Tetapi dilain pihak ada bahan pengajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, papan tulis, gambar, diagram slide, grafik video dan sebagainya.
Bahan pengajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi siswa kurang berminat pada bahan pelajaran yang disampaikan.
Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan, akibat penjelasan guru yang mungkin sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberi guru bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya. Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan keluarnya.jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1997:138) Sebagai alat bantu, media memiliki fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam waktu yang lama. Itu berarti kegiatan belajar mengajar dengan bantuan media akan menghasilkan proses yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu tidak sembarangan menurut kehendak guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang harus disingkirkan untuk sementara. Selain itu kompetensi guru harus dipertimbangkan berkaitan dengan mampu tidaknya menggunakan dan memanfaatkan media tersebut. Jika tidak, maka jangan menggunakannya, sebab hal itu kan sia-sia. Malahan bisa mengacaukan jalannya proses belajar mengajar.
Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu dalam proses belajar dan mengajar. Dan gurulah yang menggunakannya untuk membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 212) media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya dan dari bahan serta dari cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut.
Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
a) Media auditif
Media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, casset recorder, piringan hitam, dll. Media tidak cocok untuk orang tuli atau memiliki kelainan dalam pendengaran.
b) Media visual
Media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual iini ada yang menampilkan gambar diam Misalnya gambar, foto atau lukisan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti Film Bisu, film kartun.
c) Media audiovisual
Media Audiovisual adalah media yang mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan yang kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
1) Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara, film rangkai suara, cetak suara.
2) Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-casset
Pembagian lain dari media ini adalah:
a. Audiovisual murni, unsur suara dan gambar berasal dari satu sumber, seperti video-casset.
b. Audiovisual tidak murni, yaitu unsur gambar dan suara berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slide proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contohnya film strip suara dan cetak suara.
2. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:
a. Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak tebatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau anak didik dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang sama, contohnya televisi dan radio.
b. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film , soundslide, film rangkai yang harus menggunakan tempat tertutup dan gelap.
c. Media untuk pengajaran individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termasuk dalam media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:
a. Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya tidak sulit.
b. Media kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit serta mal harganya, sulit pembuatannya dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Kararteristik media yang mana dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai. Yang jelas ketika media tersebut digunakan pengaruhnya terhadap anak didik adalah timbulnya gairah belajar, perhatian, merangsang anak didik untuk berpikir dan bernalar.
Mengajar bukan tugas yang ringan bagi guru konsekuensi tanggung jawab guru juga berat. Di kelas guru akan berhadapan dengan sekelompok anak didik dengan segala persamaan dan perbedaannya. Karena tugas guru yang berat itu, maka mereka berprofesi sebagai guru harus memiliki dan menguasai serta memahami interaksi edukatif terutama dari aspek alat material serta selalu aktif kreatif menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam menyampaikan bahan pengajaran terkadang kata-kata atau kalimat guru kurang mampu mewakili sesuatu objek yang diberikan. Sehingga mengaburkan tentang objek yang disampaikan. Apalagi objek yang disampaikan itu tidak pernah dikenal oleh anak didik.
Kesalahan pengertian cendrung terjadi oleh anak didik. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalan tersebut menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 110) adalah guru perlu menghadirkan alat material atau benda-benda yang asli (kalau bisa) untuk menunjukkan model, gambar, benda tiruan atau menggunakan media lainnya. Seperti radio, tape recorder, televisi dan sebagainya.
Dengan penjelasan yang mendekati reatistik ditambah menghadirkan bendanya, maka guru membantu anak didik membentuk pengertian didalam jiwanya terhadap suatu objek. Dengan cara ini guru dapat lebih menggairahkan belajar anak didik dalam waktu yang relatif lama dan cara ini merupakan suatu usaha untuk memancing perhatian anak didik dan merangsangnya untuk berpikir. Dengan demikian otomatis pengaruh yang dirasakan oleh anak didik dikelas adalah ia menjadi berminat, lebih perhatian dan bergairah terus dalam belajar, sehingga hasil yang diharapkan oleh si anak akan lebih baik.
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran akan sulit untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit dan kompleks.
Setiap materi memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi, sehingga pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak membutuhkan media sebagai alat bantu. Tetapi dilain pihak ada bahan pengajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, papan tulis, gambar, diagram slide, grafik video dan sebagainya.
Bahan pengajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi siswa kurang berminat pada bahan pelajaran yang disampaikan.
Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan, akibat penjelasan guru yang mungkin sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberi guru bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya. Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan keluarnya.jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (1997:138) Sebagai alat bantu, media memiliki fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam waktu yang lama. Itu berarti kegiatan belajar mengajar dengan bantuan media akan menghasilkan proses yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu tidak sembarangan menurut kehendak guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang harus disingkirkan untuk sementara. Selain itu kompetensi guru harus dipertimbangkan berkaitan dengan mampu tidaknya menggunakan dan memanfaatkan media tersebut. Jika tidak, maka jangan menggunakannya, sebab hal itu kan sia-sia. Malahan bisa mengacaukan jalannya proses belajar mengajar.
Akhirnya dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu dalam proses belajar dan mengajar. Dan gurulah yang menggunakannya untuk membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 212) media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya dan dari bahan serta dari cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut.
Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
1. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
a) Media auditif
Media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, casset recorder, piringan hitam, dll. Media tidak cocok untuk orang tuli atau memiliki kelainan dalam pendengaran.
b) Media visual
Media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual iini ada yang menampilkan gambar diam Misalnya gambar, foto atau lukisan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti Film Bisu, film kartun.
c) Media audiovisual
Media Audiovisual adalah media yang mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan yang kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
1) Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara, film rangkai suara, cetak suara.
2) Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-casset
Pembagian lain dari media ini adalah:
a. Audiovisual murni, unsur suara dan gambar berasal dari satu sumber, seperti video-casset.
b. Audiovisual tidak murni, yaitu unsur gambar dan suara berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slide proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contohnya film strip suara dan cetak suara.
2. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:
a. Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak tebatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau anak didik dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang sama, contohnya televisi dan radio.
b. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film , soundslide, film rangkai yang harus menggunakan tempat tertutup dan gelap.
c. Media untuk pengajaran individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termasuk dalam media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:
a. Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya tidak sulit.
b. Media kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit serta mal harganya, sulit pembuatannya dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Kararteristik media yang mana dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai. Yang jelas ketika media tersebut digunakan pengaruhnya terhadap anak didik adalah timbulnya gairah belajar, perhatian, merangsang anak didik untuk berpikir dan bernalar.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian terdahulu, maka dapat ditarik suatu kesimpulan:
1. Proses belajar mengajar mereupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapakan melalui kata-kata atau kalimat tertentu.
Dalyono. M. 1997. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2008. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_______. 2005. GURU DAN ANAK DIDIK DALAM INTERAKSI EDUKATIF. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamrah. Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1997. STRATEGI BELAJAR MENGAJAR. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hamid. Abdul. 1998. PERENCANAAN PENGAJARA. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ihsan. H. Fuad. 1997. DASAR-DASAR PENDIDIKAN. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Usman. Moh. Uzer. 1990. MENJADI GURU PROFESIONAL. Jakarta: PT. Bumi Putra.
Yono. Sri. 1992. TEKNIK BELAJAR MENGAJAR DALAM CBSA. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dari uraian terdahulu, maka dapat ditarik suatu kesimpulan:
1. Proses belajar mengajar mereupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapakan melalui kata-kata atau kalimat tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. M. 1997. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2008. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_______. 2005. GURU DAN ANAK DIDIK DALAM INTERAKSI EDUKATIF. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamrah. Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1997. STRATEGI BELAJAR MENGAJAR. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hamid. Abdul. 1998. PERENCANAAN PENGAJARA. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ihsan. H. Fuad. 1997. DASAR-DASAR PENDIDIKAN. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Usman. Moh. Uzer. 1990. MENJADI GURU PROFESIONAL. Jakarta: PT. Bumi Putra.
Yono. Sri. 1992. TEKNIK BELAJAR MENGAJAR DALAM CBSA. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
0 comments:
Post a Comment