SIKLUS KONVERSI ASSET DALAM DUNIA PERBANKAN

Monday, November 3, 2008

BAB I

PENDAHULUAN

Perbankan syariah dari tahun ke tahun terus mengalami kemajuan cukup pesat dan memiliki keunggulan-keunggulan. Terbukti produk yang ditawarkan lebih beragam dibanding dengan perbankan konvensional. Ketika krisis keuangan tahun 1997, sistem pembiayaan berdasarkan prinsip-prinsip syariah mampu bertahan dan memiliki kinerja lebih baik. Angka non performing financings (NPFs) lebih rendah dibandingkan dengan bank sistem konvensional. Pertumbuhan asset perbankan syariah hingga Desember 2006 meningkat 28,53 persen menjadi Rp26,72 triliun dibandingkan periode serupa (2005). Rp 2.,789 triliun. Begitu juga dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami peningkatan walaupun cukup tipis.[1]

Bagian awal dari Bab II, membahas mengenai pengertian siklus konversi asset, yang mana merupakan sesuatu yang menjadi tolak ukur perkembangan bank syariah, kemudian membahas siklus perbankan yang terjadi saat terjadinya kebangkrutan bank-bank di Amerika Serikat yang berdampak pada perkembangan bank di Indonesia. Selain itu membahas pentingnya konversi asset pada perbankan syariah yang mana dapat mendorong percepatan industri perbankan syariah

Pada akhir makalah ini konversi asset serta saran yang akan dapat melengkapi siklus konversi asset serta saran yang akan dapat melengkapi hal-hal yang belum tercantum ataupun untuk memberikan referensi untuk dapat lebih memahami apa tujuan dalam penyusunan makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Siklus Konversi Asset dalam Dunia Perbankan

1. Siklus

Siklus menurut kamus perbankan, berarti “pola turun naik gelombang bisnis yang terdiri atas tahap pemulihan, depresi, resesi dan ekspansi”. Siklus yang terjadi merupakan suatu hal yang dialami oleh semua perbankan termasuk perbankan syariah mengalami siklus yang disebabkan oleh berbagai kondisi.[2]

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 merupakan siklus hebat yang merupakan puncak dari siklus sebelumnya yang pernah terjadi, namun tidak mengakibatkan hal yang berarti pada tahun 1997 banyak perbankan nasional yang kollaps, sehingga mendorong bank Indonesia melakukan kebijakan likuidasi untuk menyehatkan kembali perbankan nasional. Perbankan nasional yang besar sekarang sesungguhnya merupakan bank hasil akuisisi maupun merger beberapa bank konvensional.

Krisis ekonomi yang bersifat siklik terjadi disemua negara di seluruh dunia. Hanya saja, kurun siklusnya berbeda-beda. Untuk negara-negara maju dengan fundamental ekonomi yang cukup baik seperti Jepang atau negara di Eropa dan Amerika Serikat, kurun siklusnya sekitar 25 tahun. Sementara Indonesia, Thailan dan negara serupa, kurun putarannya sekitar 7 tahun.[3]

Awal Maret 2008 terjadi lagi siklus depresi perbankan hal ini disebabkan oleh krisis finansial tiga bank di Amerika serikat, yakni Merrill Lynch, Bear Stearns dan Lehman Brothers, yang mana ketika bank tersebut sudah ada semenjak awal abad ke-19.

Siklus krisis yang terjadi saat ini dapat pula disebabkan oleh kelebihan likuiditas di pasar saham finansial global, sehingga menyebabkan menurunnya nilai saham atau semakin berkembangnya sektor keuangan yang tidak di dukung perkembangan sektor riil.

Krisis yang berulang-ulang ini merupakan “karakteristik” dari sistem ekonomi kapitalis. Salah satu penyebab utama adalah adanya praktik riba dan judi, dimana keduanya itulah yang membentuk sektor non riil dalam sistem ekonomi kapitalis baik dalam bentuk perbankan, asuransi maupun perdagangan saham. Dalam sistem kapitalis, money (dan juga capital) memang dipandang sebagai private goods. Dalam pikiran mereka, baik di investasikan dalam proses produksi atau tidak, semua capital harus menghasilkan uang dan “investasi” di sektor bukan produksi atau di sektor produksi. Inilah yang disebut oleh Paul Krugman (1999) sebagai ekonomi balon (bubble economy).[4]

2. Konversi

Konversi menurut kamus perbankan berarti proses perubahan dari sistem atau jenis lnstrumen tertentu menjadi sistem atau instrumen lain. Konversi dalam perbankan dapat juga berupa perubahan sistem konvensional menjadi sistem syariah.[5]

Saat ini banyak keinginan dari berbagai bank konvensional untuk dikonversi menjadi sistem syariah, hal ini dikarenakan sistem syariah sudah dapat membuktikan eksistensinya di tengah siklus kritis pada tahun 1997 yang lalu.

Bank Indonesia (BI) mendorong konversi bank umum konvensional (BUK) menjadi bank umum syariah (BUS) untuk mendorong percepatan pertumbuhan industri perbankan syariah pada tahun 2008 ini. Namun otoritas moneter Indonesia mengharapkan bank konvensional yang akan dikonversi menjadi bank syariah bukanlah bank sakit atau dalam pengawasan khusus. Hingga Maret 2008 industri perbankan syariah memiliki tiga bank umum syariah (BUS) dan 24 menit usaha syariah (UUS). Dari ketiga BUS tersebut. Tidak ada yang berkategori bank sakit atau bank dalam pengawasan khusus.[6]

3. Asset

Assset menurut ensiklopedi manajemen oleh Prof. Kamarudin berarti “barang atau harta bernilai yang dimiliki suatu perusahaan atau perorang”. Aktiva perusahaan biasanya nampak pada neraca dalam jumlah biaya atau biaya kurang penghapusan aktiva di kolom kanan, pada umumnya sebagai aktiva lancar, aktiva tetap, aktiva tidak dapat diraba, dan beban yang ditunda.[7]

Asset sangat penting demi kelancaran aktivitas perbankan. Asset juga menentukan kondisi finansial suatu bank. Sehingga asset dapat dijadikan tolak ukur kemajuan suatu bank.

Dari beberapa perngertian di atas. Siklus konversi asset berarti pola turun naik gelombang bisnis yang terdiri atas tahap pemilihan, depresi, resesi dan ekspresi yang dapat mengakibatkan perubahan dari sistem atau jenis instrumen tertentu menjadi sistem atau jenis instrumen lain yang nampak pada jumlah harta bernilai yang dimiliki suatu perusahaan atau perorangan.

B. Pentingnya Konversi Asset pada Perbankan

Perbankan dalam kehidupan bisnis kadang mengalami kondisi yang memenuhi akan pemenuhan likuiditas yang banyak, dituntut dengan percepatan ekspansi untuk meningkatkan jumlah nasabah. Untuk itu diperlukan sejumlah dana yang mencukupi akan kebutuhan tersebut.

Konversi asset dapat berupa perubahan sistem dari perbankan konvensional mejadi sistem perbankan syariah. Hal ini dilakukan untuk menambah asset yang dimiliki oleh perbankan syariah, konversi asset dapat juga berupa perubahan instrumen investasi suatu perbankan mejadi instrumen lainnya yang bisa didasarkan oleh pertimbangan pasar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Siklus konversi asset merupakan siklus yang terjadi dalam suatu perusahaan yang berhubungan dengan perubahan sistem atau instrumen asset. Perusahaan yang berhasil melalui siklus merupakan perusahaan yang sudah dikatakan perusahaan yang kokoh, kridibel dan mempunyai integritas karena sudah melalui masa-masa resesi, depresi dan sebagainya.

B. Saran-saran

Makalah yang telah di susun ini sekiranya masih terdapat hal-hal yang belum lengkap, diharapkan demi kesempurnaan makalah ini, saran yang konstruktif sangat diperlukan.

Untuk lebih dapat meningkatkan penguasaan dalam makalah ini diharapkan agar dapat memberikan referensi-referensi yang terkait dengan materi “Siklus Konversi Asset”.

DAFTAR PUSTAKA

Yayasan Nurus Sakinah, kamis, 12 September 2007, Term of Reference di presentasikan di hotel Rattan Inn Kalimantan Selatan dengan tema “Perbankan Syariah dan Perekonomian dalam Mensejahterakan Umat.

Kamus Perbankan http://www.scribd.com.online.16.Oktober.2008

Siklus krisis ekonomi yang berulang, http://putvi.multiply.com/journal.online.15.Oktober.2008.

Surat Kabar Republika, http://www.republika.com.online.15.oktober.2008.

Kamarudin, Ensiklopedi Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara, 1994.



[1]Yayasan Nurus Sakinah, kamis, 12 September 2007, Term of Reference di presentasikan di hotel Rattan Inn Kalimantan Selatan dengan tema “Perbankan Syariah dan Perekonomian dalam Mensejahterakan Umat.

[3]Siklus krisis ekonomi yang berulang, http://putvi.multiply.com/journal.online.15.Oktober.2008.

[4]Ibid

[5]Kamus Perbankan. Op.Cit.

[7]Kamarudin, Ensiklopedi Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 41.

0 comments: