MEDAN MAKNA

Monday, November 3, 2008

BAB I

PENDAHULUAN


Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dikerjakan tahun sebelumnya, dengan tujuan mendata semua leksem-leksem Bahasa Bima yang menyatakan aktivitas tangan, menentukan dan menetapkan makna generik dan makna spesifik atas leksem-leksemnya, serta mamaprkan kelompok dan subkelompok leksemyang tercakup di dalam medan makna aktivitas tangan. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif sinkronik, pengumpulan data, pengolahan data, pemaparan hasil pengumpulan data, dan penganalisaan, yang dijadikan populasi adalah seluruh tuturan Bahasa Bima (lisan maupun telah ditransliterasikan).

Hasil penelitian telah menemukan 17 (tujuh belas) medan/submedan makna aktivitas tangan yang secara keseluruhan meliputi 71 leksem. Adapun ketujuh belas kelompok medan makna aktivitas tangan tersebut adalah : mencuci, memukul,melepaskan,menggulung, memadat-kan, memijat, melempar, menggoyangkan, melipat, mencabut, membungkus, membongkar, mem-buka, memetik, mengumpulkan, memasukkan, dan menusuk.

BAB II

PEMBAHASAN

MEDAN MAKNA

A. MAKNA DENOTATIF

Makna denotasi disebut juga makna lugas. Kata itu tidak mengalami penambahan-penambahan makna. Maka makna itu sesuai dengan konsep asal, apa adanya. Apabila kata tersebut tidak mengalami perubahan makna, maka kata itu mengandung makna denotasi.

Makna Denotatif (denotasi) ialah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu. Sifat makna denotatif ialah objektif. Karena makna yang dikandung dalam kata atau kelompok kata sifatnya pasti atau sudah tentu.

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplesit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.

Makna denotasi, disebut juga makna lugas atau makna sebenarnya, yaitu makna yang sesuai dengan makna yang terdapat dalam dalam kamus. Makna ini bersifat objektif.

Contoh-contoh makna denotatif:

Jenis makna

Contoh kata

Makna

Denotasi

1. Ibu Guru

1. Perempuan yang pekerjaannya mengajar

2. Ibu Amir

2. Perempuan yang melahirkan Amir

a. Bunga : 1) Bagian tumbuhan yang akan menjadi buah (pada umumnya elok warnanya dan sedap baunya).

2) Kembang.

  1. Bulan : 1) Bola langit yang bergerak mengelilingi atau mengendarai bumi dan tampak pada malam hari.

2) Masa yang lamanya seperduabelas tahun (mungkin 29, 30, atau 31 hari).

-Dia adalah wanita cantik.

-Dinding itu berwarna hitam.

B. MAKNA KONOTATIF

Makna konotasi adalah makna yang berdasarkan perasaan atau pikiran seseorang. Makna konotasi sebenarnya merupakan makna denotasi yang telah mengalami penambahan. Berdasarkan perkataan atau pikirannya, seseorang melakukan penambahan-penambahan makna, baik itu yang berupa pengkiasan ataupun perbandingan dengan benda atau hal lainnya. Ada tidaknya penambahan makna pada suatu kata, diketahui dari konteks penggunaanya dalam kalimat. Berdasarkan hal itu, makna konotasi sering pula disebut makna kias atau makna kontekstual.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kreteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotatif.

Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional dari pada makna denotatif. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu.

Misalnya:

-Rumah gedung, wisma,

-Penonton pemirsa, pemerhati

Makna konotatif (konsonan) ialah makna kata atau sekelompok yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang ditimbulkan oleh (=penulis) kepada pendengar (=pembaca). Sifat makna konotatif sangat subjektif karena makna yang dikandung dalam kata atau kelompok kata bersifat tambahan.

Makna konotasi disebut juga makna sampingan, yaitu makna yang berdasarkan atas perasaan atau nilai rasa tertentu, di samping makna dasar yang umum. Maka ini bersifat subjektif.

Contoh-contoh makna konotatif :

a. Dia adalah wanita manis

b. Orang itu manis

c. Hampir semua kota mempunyai daerah hitam

d. Oh, bunga pujaanku

C. SINONIM

Kata sinonim berasal dari sin yang berarti ‘sama’ atau ‘serupa’ dan onim atau anuma yang berarti ‘nama’. Kata sinonim kemudian diartikan sebagai adalah kata-kata yang sama atau hampir sama maknanya. Suatu kata bersinonim dengan kata lainnya apabila dalam kalimat yang sama kata-kata itu dapat menggantikan. Kata benar dan betul adalah bersinonim. Dalam kalimat yang sama, kedua kata itu dapat saling menggantikan.

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.

Sinonim (persamaan makna kata) adalah hubungan antara satu kata dengan kata lainnya yang dianggap mempunyai kesamaan makna.

Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakian bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.

Contoh :

(1) Kebenaran harus kita tegakkan di mana saja.

(2) Kebetulan harus kita tegakkan di mana saja.

Contoh :

(1) Jawaban Ani kali ini benar.

(2) Jawaban Ani kali ini betul.

Contoh:

(1) Setelah sekolah usai, murid-murid kelas enem mengadakan rapat.

(2) Ketika kami tiba dilapangan itu, pertandingan telah selesai.

Contoh :

(1) Adik ingin bertemu dengan kakaknya.

(2) Adik ingin berjumpa dengan kakaknya.

D. ANTONIM

Antonim berasal dari anti atau ant yang berarti ‘lawan’ dan anuma yang berarti ‘sama’. Antonim kemudian diartikan sebagai kata-kata yang berbeda atau berlawanan maknanya. Siang-malam, hidup-mati, dan pulang-pergi, merupakan contoh-contoh pasangan kata yang bersinonim. Makna yang dikandungnya berbeda atau saling berlawanan.

Ketiga pasangan kata diatas merupakan salah satu sekian jenis antonim yang dikenal dalam bahasa Indonesia.

Antonim (lawan kata) adalah hubungan antara satu kata dengan kata lain yang dianggap berlawanan.

Jenis-jenis antonim yang lebih lengkapnya adalah sebagai berikut :

a. Antonim kembar, merupakan antonim yang melibatkan pertentangan antara dua kata. Cirinya, penyangkalan terhadap salah satunya berarti penegasan terhadap pasangannya. Contoh : hidup-mati, bila dikatakan tidak hidup berarti mati, dan bila dikatakan tidak mati berarti hidup; jantan-betina, bila dikatakan bukan jantan berarti betina, dan bila dikatakan bukan betina berarti jantan.

b. Antonim majemuk, merupakan antonim yang melibatkan petentangan antara banyak kata. Antonim ini bertalian terutama dalam anggota-anggota (hiponim) dari suatu jenis kelas, seperti jenus tumbuhan jenis hewan, jenis logam, jenis warna. Ciri utamanya penyangkalan terhadap salah satunya berarti penegasan terhadap anggota-anggota yang lain. Contohnya, bila dikatakan baju itu tidak hijau, maka dalam dalam kalimat tersebut tercakup pengertian baju itu hitam, atau baju itu putih, dan sebagainya

c. Antonim gradual, yaitu pertentangan dua kata dengan melibatkan beberapa tingkatan antara. Cirinya, penyangkalan terhadap yang satu tidak mencakup penegasan terhadap yang lain. Misalnya, bila dikatakan rumah itu sederhana (RS) tidak berarti rumah itu mewah atau megah, yang bisa jadi rumah itu sangat sederhana (RSS).

d. Antonim relasional, adalah pertentangan antara dua buah kata yang kehadirannya saling berhubungan. Kehadiran salah satunya menyebabkan kehadiran kata yang lain. Contohnya: suami-istri, penjual-pembeli, adik-kakak, guru-murid, dan sejenisnya. Bila seseorang dikatakan suami berarti ia sudah beristri dan ia tidak bisa dikatakan seseorang suami bila tidak punya istri.

e. Antonim herarkis, adalah pertentangan yang terjadi antara kata-kata yang maknanya berada dalam proses bertingkat. Jenis antonim ini sebenarnya hampir sama dengan antonim majemuk, namun di sini terdapat kreteria tambahan, yakni tingkat. Misalnya: millimeter, sentimeter, desimeter, meter, dan seterusnya; atau Januari, Febuari, Maret, dan seterusnya.

BAB III

PENUTUP

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Ia juga merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Meski demikian, hanya sebagian kecil dari penduduk Indonesia yang benar-benar menggunakannya sebagai bahasa ibu karena dalam percakapan sehari-hari yang tidak resmi masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa ibu seperti bahasa Melayu pasar, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dll. Untuk sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya, bahasa Indonesia adalah bahasa kedua dan untuk taraf resmi bahasa Indonesia adalah bahasa pertama. Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia.

Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia".

Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap "lahir" atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.

Fonologi dan tata bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Maryani, Yani, dkk. 2005. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Badudu, J.S. 1986. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia.

Kosasih, E. 2004. Kompetisi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: CV. Yrama.

Arifin, Zainal, dkk. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressendo.

0 comments: