YANG KUDUS DAN YANG PROFAN
A. Pengertian
Dalam pengertian lebih luas yang kudus adalah sesuatu yang terlindung dari pelanggaran, pengacauan atau pencemaran. Yang kududus adalah sesustu yang dihormati, dimuliakan, dan tidak dinodai. Maka banyak objek yang baik sesuatuyang bersifat keagamaan maupun bukan, tindakan-tindakan, tempat- tempat kebiasaan- kebiasaan dan gagasan- gahasan dapat dianggap sebagi kudus. Dalam pengertian yang lebih sempit yang kudus adalah sesuatu yang dilundungi, khususnya oleh agama, terhadap pelanggaran, pengacauan, atau pencemamaran.yang kudus adalah sesuatu yang suci, keramat.hal ini kebalikan dengan profan. Yang profan adalah sesuatu yang biasa, umum, tidak dikuduskan, bersifat sementara, pendek, kata yang ada diluar yang religius.[1]
Sebagaimana E. Durkheim menulis hal- hal yang kudus adalah hal- hal yang dilindungi dan disendirikan oleh larangan- larangan ; hal- hal profan adalah hal- hal yang dikenai larangan- larangan itu dan harus berbeda jauh dari yang pertama, kepercayaan religius adalah yangb menyatakan kodrat dari hal- hal yang kudus dan hubungan-hubuangan yang mereka dukung, baik antarmereka sendiri maupun denga
hal- hal yang profan.[2]
1.Yang kudus Pada Bagian Primitif
Ciri- ciri yang kudus yang telah kita teliti disini adalah: disendirikan, dipenuhi rasa hormat dan takut, serta larangan- larangan yang berhubungan dengan hal itu.disini kita menemukan lagi sikap yang melambangkan "yang kudus" keseragaman warn, penundungan benda- benda suci, pengkhususan jumlah untaian, urutan propesi, keharusan diam untuk para calon dsb. Penggunaan kata- kata suci, baik yang dikhususkan maupun kata- kata biasa dengan makna suci, menghasilkan ciri suci dari kegiatan religius.
Suatu objek, pengalaman, fenomena yang suci berkat hubuangan khusus yang dimiliki individu atau sekelompok orang atau anggota sesuatu masyarakat terhadap objek, pengalaman atau fenomena tersebut. Berkat hubungan itulah sesuatu penomenatermuati kekudusan, mengandung arti religiusdan menjadi simbolis. Yang kudus itu termaktub dalam kepercayaan maupun upacara ritual.
2.Konsep Yang Kudus Dalam Hindu
Veda adalah kumpulan lagu atau melodi sama upacara ritual; veda merupakan kumpulan formula pengurbanan, dan Atharva veda ialah kumpulan formula magis- religius. Kumpulan-kumpulan doa- doa atau himne- himne yang berisi pujian bagi dewa- dewa dan permohonan berkat mereka.Upanishad adalah ajaran- ajaran religioteologis dimana gagasan- gagasan religius yang dikembangkan secara bertahap oleh orang- orang bijak India yang saleh, dipertahankan.
Bhagavadgita dianggap oleh orang- orang hindu dewasa ini sebagai kitab wahyukarena mengandung perwahyuan krishna, sebagai inkarnasi Tuhan.
Dharma adalah bentuk dari segala hal, benda- benda sebagaimana adanya dan kekuatan yang membuatnya tetap seperti itu. Hukum abadi (sanatana dharma). Hukum abadi itu dituliskan dalam teks- teks suci Hindu dan mencakup semua kepercayaan religius yang menjadi dasar teks-teks itu.
Moksha adalah keadaan pembebasan dimana semua ketidaktahuan denagn ikatan- ikatan dihancurkan, dan kebenaran kekal bersinar tanpa terhalangi.kitab suci Hindu mengumakakan empat tujuh kehidupan manusia.
3. Konsep- Konsep Tentang Kudus Pada Biddha
Cita- cita religius Buddha adalah pembahasan dari perbudakan dan kelahiran Kembali, dari kematian dan derita, pendeknya untuk memperoleh kedamaian dan kesadaran yang lebih tinggi dalam Nirvana.Sang Buddha sendiri tidak pernah menganggap pengajaran sabda-sabdanya sebagai keramat, atau berpegang bahwa pengajarannya harus dipercaya secara menyeluruh. Hanya ada satu jalan untuk permurnian makhluk, untuk menaklukkan iri hati serta kekecewaan yang berasal dari hawa nafsu dan hasrat, serta untuk menghancurkan rasa rindu dan kebodohan yang mengikat makhluk berperasaan ini kepada lingkungan kematian dan perubahan. Konteks Buddha, paling baik diungkapkan seperti ini:
Pengetahuan tentang jalan yang membimbing kearah kebahagian, pembebasan dari ketidaktetapan dan penderitaan yang berlaku dimana-mana disebut pengetahuan yang sangat mendalam( anna), kebijaksanaan suci. Kebijaksanaan ini biasa diperoleh dengan latihan dan praktik bertahap. Kodrat Sang Buddha sebagai kesucian tertinggi atau ke- Buddha- an dilukiskan penuh arti denagn cara demikian.
Semua keberadaan fenomena(wilayah profan) mempunyai tiga ciri: tidak kekal sementara atau tidak menetap(anicca); penuh penderitaan dan kesedihan (dukkha); penuh dapat disebut'diri'.untuk menjelaskan istilah- istilah itu makayang kudus dilukiuskan sebagai berikut:
Yang kudus tidak dilahirkan, tidak dibuat, tidak dijadikan atau tidak disusun, bisa dicapai melalui meditasi pada tingkat paling akhir. Jadi yang kudus tidak dialamai lewat ketenangan batin dan ketidakacuan tubuh. Dalam keadaan meditatif yang khusyuk segala sesuatu berbeda dalam ketenangan.[3]
Dua ketentuan belas kisah dan kebijaksanaan. Setiap orang empunyai sifat Buddha yang tersembunyi dalam dirinya.kebijaksanaan adalah pemahaman yang seksama[4] dal lengkap tentang kodrat dan makna hidup, kekuatan yang membentuknya( yang profan) dan kenyataan yang ada dibalik itu (yang kudus).
Dewa tertinggi T'ien adalah personal yang ada di puncak pimpinan dari struktur hierarkis dunia supernatural dan suci.kualitas suci ini adalah:Te. Raja- raja dahulu menerima dan memegang perintah T'ien lewat Te. Denag ini mereka dianggap layak untuk mengambil tempat yang tinggi bersama Tuhan, yang merupakan dasar keagunggan T'ien Te pada mulanya berarti kekuatan', kekuatan pribadi yang berlaku dimiliki oleh dewa- dewa dan beberapa orang sudah memperolehnya dengan cara yang istimewa. Te bersifat ambivalen, yakni sekaligus penuh kebaikan dan penuh amarah.Te adalah kekuatan ilahi dan rijawi yang digunakan untuk kebaikan rakyat dan negara sikap ketaatan penuh hormat yang harus ditunjukkan seorang anak kepada orangtua dan leluhurnya.
Tao adalah jalan yang harus dilewati seseorang untuk mencapai tujuan yang diatur oleh surga.kata pokok dalam perjanjian baru untuk sifat yang kudus secara khusus atau yang ilahi dari Yahweh adalah 'kesucian'Yahweh kepada Musa, sebagai suatu persiapan untuk wahyu tentang sepuluh perintah Allah.[5]
Dalam kitab suci , kita juga diberitahukan tentang kedekatan yang menakutkan dan imanensi kesucian Yahweh Yang Transenden.Yahweh sangat memperhatikan Israil dan kesucian-Nya adalah sumber kekuatan keberanian dan kepercayaan Israil.
4. Konsep- Konsep Yang Kudus
Allah sebagai Penguasa Tertinggi, maha kuasa dan maha tahu.Allah juga pengampun dan belas kasih, pemaaf dan sabar. Manusia hendak hidup senantiasa dalam takut hormat kepada Tuhan. Dan selalu siap sedia. Namun manusia harus menyembah Dia,memuliakan dan memuji Dia pula, serta selalu mengingat nama-Nya. Disamping segi- segi yang menakutkan dan agung dari Allah, seperti telah kita sebut, Al-Quran juga menekankan karunia dan kebaikan-Nya yang penuh kasih . Allah bukan hanya yang berbalas kasih manusia tidak dapat membuat ataupun menghapus Hukum Moral tetapi harus tunduk kepadanya . ketaatan kepada perintah Allah itu sendiri disebut islam dan penerapannya dalam hidup disebut Ibada, kebangkitan kepada Tuhan.
Jadi perintah moral bagi manusia menjadi pusat perintah ilahi di dalam keteraturan kosmis. Pusat ini menjadi penting karena keterkaitannya denagn kepekaan religius yang tinggi yang memperhatikan koherensi.[6]
Imam adalah pusat pengalaman Islam dan bentuknya berupa suatu keyakinan yang kuat tethadap kebenaran pewartaan Nabi. Rasa pengabdian merupakan unsur hakiki dari pengalaman religius seorang muslaim, karena mengisyaratkan suatu hubungan erat dengan Allah yang bijaksana dan Maha Kuasa., tunduk kepada kehendak- Nya (Islam) adalah arti dan tujuan hidup manusia. Pengabdian sering ditemuakn dalam Al- Quran sebagai suatu bentuk hubungan manusia denagn Allah.
5. Struktur Dari Yang Kudus
Dalam struktur pengalaman primitif terhadap yang kudus terdapat berbagai unsur yang menunjukkan arti dari yang kudus: tak bisa disentuh, menuntut kewaspadaan dan kehati- hatian berlebihan, lebih dari yang diperluakan sebagaimana dalam pengalaman akan yang profan, keterpisahan dari yang biasa atau profan, tentunan akan rasa takut dan hormat, hening dan menggetarkan jiwa, penggunaan kata- kata suci, semua ini dalam perspektif dari yang kudus, luar biasa , Adikodrati.
Denagnkata lain orang primitif sadar bahwa yang kudus adalah suatu yang lain dari pada biasanya, lain daripada pengalaman yang ia miliki dalam hidup, lain daripada sesamanya teman atau musuh, lain daripada binatang- binatang yang kejar atau yang mengejarnya; pendeknya, lain daripada hal-hal yang sudah biasa baginya.
C.C. J Webb," pengertian tentang Yang Kudus ilahi bukanlah sekedar cermianan dari fakta sosial: dia adalah teori implist dari alam semata. Pikiran manusia selalu memahami dirinya bersama segala sesuatu, meskipun ia selalu mulai melakukan hal itu bersama lingkungan sosial didekatnya., dan halnya secara bertahap menyadari bahwa itu bukan fakta dominan di alam semesta ini.[7]
Bagi yang Hindu yang Kudus adalah ilahi ( tuhan atau Yamh Mutlak),yang sungguh- sungguh nyata, terang. Imorta Abadi , yang tetap tinggal didunia dan pada manusia
Aliran ketuhanan dalam Upanishad mengarjarkan bahwa Tuhan yang senantiasa tinggal dalam keabadian-Nya tetap bekerja didunia kiata ini. Yang profan adalah apa yang dibatasi oleh waktu, ruang, perubahan dan kematian; pendeknya yang menjadi bagian dari eksistensi yang empiris dan fenomental, yang tidak mempunyai kemutlakan arti dan maksud yang harus berputar mengelilingi berbagai eksistensi dan kelahiran.
6. Yang Kudus
Rudolf Otto dengan tepat menganggap bahwa yang kudus merupakan unsur khas yang mencirikan pengalaman religius dalam semua gagasan dan perasaannya yang bervariasi.objek ini menimbulkan rasa kagum atau takut, kuasa atau ketakutan, dan urgensi atau energi. Objek numinus tidak hanya membuat ini terungkap dalam gairah, semangat yang menguap,yang menimbulkan rasa pesona dan keheranan.karena yang kudus juga menarik dan mempesona, maka bisa terjadi dan ada agama- agama dari cinta, penyerahan diri, dan persatuan denagn yang kudus.[8]
Disamping itu, merurut Otto yang numinus adalah yang kudus dalam arti kesucian nonmoral sebagai suatu kategori nilai, serta suatu keadaan pikiran dan pengalaman spritual khusus untuk pengalaman religius.jadi, penjelasan R. Otto tentang yang numinus, sebagai sesuatu yang menimbulkan rasa takut dan cinta, sangat cocok untuk agama Islael, Islam dan juga tipe-tipe agama primitif.
Yang kudus atau yang ahli adalah istialh umum untuk menunjukan objek pengalaman religius. Secara konkret yang kudus berarti banyak hal: Satu Tuhan Yang Maha Tinggi, dewa- dewa, hal- hal supernatural, arwah-arwah, leluhur yang diutuhkan, orang-orang dan objek-objek yang disucikan, ritual-ritual dan mitos- mitos, tergantung pada iman masing- masing orang religius.
Agama Tahliti digambarkan dengan amat baik oleh kuil- kuil mereka, marae. Dahulu ada delapan kelas kuil, tiga kelas ada hubungan dengan kemakmuran masyarakat ,
Oro adalah dewa pelindung yang paling penting dari keluarga kerajaan dan dipuji di kuil-kuil internasional yang paling penting pula.Oro adalah sekaligus dewa perang yang ganas, penerima persembahan panen pada saat damai, dan pelindung penari dan penyayi, yang kegiantannya dihubungkan dengan kultus kesuburan. Atas dasar pengaruh pembuktian genealogis, para dewa memperoleh bentuk penampilan serta kekuatan yang pasti dan khas.
7. Waktu Suci
Unsur waktu dinyatakan dalam silsilah, sedangkan mitos dan lagenda tentang perpindahan jiwa dan asal usul kebudayaan tidak mengenal waktu.[9] Suatu tanggal khusus yang ditentukan dalam kalender tidak punya arti pada dirinya sendiri bagi mereka yang menanti hujan untuk memuali pengolahan tanah. Apa yang penting adalah kejadian itu sendiri turunnya hujan, pertambahan panenan, periode-periode; panenan;oleh karena itu mkna waktu diperoleh untuk sebagian dari rentetan-rentetan peristiwa-peristiwa yang punya arti.[10]
Cina diringkaskan dalam paradoks Hui Shih( 380-300): seorang memperoleh keadaan Yűeh hari ini dan sampai disana kemarin. Setelah periode-perioe kacau datanglah periode –periode keteraturan, dan setiap
Dalam agama Israil waktu berbeda dalam persektif kehidupan yang diatur menurut kehendak ilahi.,yang berkarya lewat bermacam cara, melalui akal dan jiwa, kata yang diucapkan, pengaturan sejarah, berkat yang dianugrahkan atau melalui sarana- sarana alam seperti hujan, badai dan sinar matahari.
Dalam kerangka reinkarnasi (kelahiran kembali), waktu merupakan 'roda perpuratan yang menyedihkan dari eksistensi di dunia yang fenomenal yang bukan dunia nyata. Oleh karena itu, manusia religius mencoba untuk mengatasinya dan dan mencapai apa yang imortal dan abadi.
Bahwa waktu profan pada dirinya tak punya arti, kecuali dalam keutuhannya bersama waktu suci, entah lewat mitos dan rotual yang menekankan pengulangan pola kosmis dalam siklus waktu (waktu mitis) atau lewat seleksi kejadian khusus dalam sejarah sebagai pernyatan kehendak dan kekuatan Tuhan, atau dengan mengatasi roda waktu yang terus berputar lewat asketisme dan disiplin pengetahuan yang lebih tinggi serta cinta Tuhan.
Menurut kosmologi
- Pola pandang dunia pertama: yang dihubungkan dengan orang-orang primitif, mengaggap bahwa dunia sehari- hari.
- pola pandangan dunia yang kedua menggangap dunia dan kehidupan empiris, meski diciptakan oleh mahkluk- makhluk ilahi, pada akhirnya bukanlah kehidupan yang nyata , dan eksitensi yang berarti adalah esistensi yang ilahi dalam setiap manusia individu dan dalam kosmos.
0 comments:
Post a Comment